Pasar Modal

Dibuka Melemah, Kurs Rupiah Berpotensi Merosot Lagi karena Bank Sentral China Memangkas Suku Bunga

  • Menurut data perdagangan Bloomberg, Selasa, 20 Juni 2023, nilai kurs rupiah dibuka melemah 38 poin di posisi Rp15.032 per-dolar Amerika Serikat (AS).
<p>Karyawan menunjukkan uang Dolar Amerika Serikat (AS) di salah satu Bank BUMN di Jakarta, Selasa 2 Juni 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>

Karyawan menunjukkan uang Dolar Amerika Serikat (AS) di salah satu Bank BUMN di Jakarta, Selasa 2 Juni 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

(Istimewa)

JAKARTA - Setelah dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Selasa, 20 Juni 2023, nilai kurs rupiah berpotensi merosot lagi karena bank sentral China baru saja memangkas suku bunganya.

Menurut data perdagangan Bloomberg, Selasa, 20 Juni 2023, nilai kurs rupiah dibuka melemah 38 poin di posisi Rp15.032 per-dolar Amerika Serikat (AS).

Pada perdagangan sebelumnya, Senin, 19 Juni 2023, nilai kurs rupiah ditutup melemah 54 poin di level Rp14.994 per-dolar AS.

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra menilai bahwa rupiah masih berpotensi melemah pada perdagangan hari  ini karena terimbas oleh kebijakan The People's Bank of China (PBoC) yang memangkas suku bunga acuannya.

Pada Selasa, 20 Juni 2023, PBoC memutuskan untuk memangkas suku bunga dasar pinjaman tenor satu tahun sebeesar 10 basis poin menjadi 3,55% sementara suku bunga dasar pinjaman tenor lima tahun dipangkas dengan besaran yang sama menjadi 4,2%.

Menurut Ariston, kebijakan tersebut mengindikasikan bahwa ekonomi China masih melemah sehingga bank sentral pun memutuskan untuk memangkas suku bunga demi menggenjot pertumbuhan.

"Isu perlambatan ekonomi di China masih memberikan sentimen negatif," ujar Ariston kepada TrenAsia, Selasa, 20 Juni 2023.

Tidak hanya sentimen yang datang dari China, dampak dari komentar petinggi bank sentral AS alias The Federal Reserve (The Fed) pun dapat menjadi faktor yang mendorong rupiah untuk melemah.

Walaupun The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga di level 5%-5,25% pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung pada 13-14 Juni 2023, namun Gubernur The Fed Jerome Powell mengisyaratkan bahwa pihaknya belum akan memangkas Fed Fund Rate.

Bahkan, The Fed mengeluarkan sinyal bahwa pihaknya berpotensi untuk menaikkan suku bunganya dua kali lagi di tahun ini demi meredam inflasi.

Menurut Ariston, untuk perdagangan hari ini, Selasa, 20 Juni 2023, nilai kurs rupiah berpotensi melemah ke arah Rp15.050 per-dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp14.950 per-dolar AS.

Dampak dari prospek kenaikan suku bunga The Fed di tahun ini turut menjadi faktor yang melemahkan kurs rupiah pada perdagangan kemarin.

Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, dolar AS menguat pada perdagangan hari ini karena para pelaku pasar masih mencerna dampak dari keputusan The Fed pada pekan lalu, termasuk komentar Gubernur The Fed Jerome Powell yang mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Menurut data CME FedWatchTool. 74,4% pelaku pasar memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin menjadi 5,25%-5,5% pada pertemuan Juli 2023, sedangkan 25,6% lainnya memprediksi bank sentral AS akan menahan lagi suku bunganya di posisi 5%-5,25%.

"Dengan mengingat hal ini, data di pasar perumahan AS serta klaim pengangguran dan neraca berjalan akan dipelajari dengan cermat di minggu ini," kata Ibrahim dikutip dari riset harian, Senin, 19 Juni 2023.

Sementara The Fed menahan suku bunganya, bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) memutuskan untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan pekan lalu sementara Bank of Japan melanjutkan sikap dovish-nya dengan menahan suku bunga seperti halnya bank sentral AS.

Menurut Ibrahim, untuk perdagangan hari ini, nilai kurs rupiah berpotensi melemah di rentang Rp14.980-Rp15.060 per-dolar AS.