Tren Pasar

Harga Emas Bisa Tembus US$5.000? Ini Prediksi Panas Bank Dunia untuk 2026

  • Harga emas global terus menanjak dan berpotensi naik lagi hingga 20% pada 2026, menurut proyeksi Bank of America, Goldman Sachs, dan Deutsche Bank. Pembelian agresif bank sentral dan ekspektasi pemangkasan suku bunga jadi pendorong utama reli emas.
<p>Nampak antrian pembelian logam mulia ANTAM di sebuah pusat perbelanjaan kawasan Tangerang Selatan, Sabtu 19 Juni 2021. Anjloknya harga emas selama sepekan membuat masyarakat berlomba untuk membeli. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia</p>

Nampak antrian pembelian logam mulia ANTAM di sebuah pusat perbelanjaan kawasan Tangerang Selatan, Sabtu 19 Juni 2021. Anjloknya harga emas selama sepekan membuat masyarakat berlomba untuk membeli. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia

(Istimewa)

JAKARTA, TRENASIA.ID — Harga emas dunia kembali bergerak menguat tipis pada perdagangan Rabu sore (3/12). Emas spot berada di level US$4.207 per ons, naik 0,03% dibanding hari sebelumnya. Meski kenaikannya kecil, tren reli emas sepanjang tahun ini masih mengundang perhatian pelaku pasar. Sepanjang 2025, harga emas telah melonjak sekitar 57% secara year-to-date (YTD).

Mengutip Business Insider, sejumlah analis di Wall Street menilai laju kenaikan ini belum mencapai puncaknya. Sejumlah bank besar, mulai dari Bank of America hingga Goldman Sachs, memperkirakan harga emas masih bisa menambah kenaikan hingga 20% dan berpotensi berlangsung sampai 2026.

Proyeksi optimistis ini didorong oleh kombinasi faktor bullish yang diperkirakan tetap kuat tahun depan: pembelian agresif oleh bank sentral dunia, ekspektasi pemangkasan suku bunga global, melemahnya dolar AS, serta meningkatnya minat investor swasta terhadap aset lindung nilai.

Prediksi Harga Emas dari Bank-Bank Besar Dunia

1. Bank of America (BofA): Target US$5.000

BofA memproyeksikan harga emas bisa menembus US$5.000 per ons, atau sekitar 19% lebih tinggi dari posisi saat ini. Mereka menilai defisit anggaran Amerika Serikat yang terus melebar dan kebijakan ekonomi pemerintahan Donald Trump yang dianggap “tidak ortodoks” akan mendorong investor mencari aset aman. BofA juga melihat emas masih relatif underinvested di portofolio global.

2. Goldman Sachs: Target US$4.900

Goldman memperkirakan kenaikan sekitar 17% hingga tahun depan. Dua faktor utama yang mereka soroti adalah pembelian emas yang semakin agresif oleh bank sentral, serta ekspektasi The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 75 bps tahun depan. Selain itu, kekhawatiran investor atas pelemahan dolar ikut menambah dorongan permintaan.

3. Deutsche Bank: Target US$4.950

Prediksi Deutsche Bank sedikit lebih tinggi, dengan target kenaikan hingga 18%. Mereka melihat permintaan bank sentral yang stabil, arus dana masuk ke ETF emas, serta sinyal teknikal bahwa fase koreksi harga sudah berakhir sebagai alasan harga emas masih bisa menguat.

4. HSBC: Target US$4.400

Berbeda dari tiga bank lainnya, HSBC cenderung lebih konservatif dengan proyeksi kenaikan sekitar 5%. Meski begitu, mereka tetap menilai ketidakpastian geopolitik, tarif dagang, dan volatilitas pasar akan menopang harga emas di level tinggi.

Apa Artinya untuk Investor Indonesia?

Konsistensi kenaikan harga emas sepanjang 2025 membuat aset ini kembali menjadi salah satu pilihan lindung nilai paling menarik, terutama di tengah pelemahan mata uang dan ketidakpastian global.

1. Emas Tetap Jadi Aset Lindung Nilai yang Kuat

Dengan prediksi kenaikan 5–20%, emas dianggap tetap relevan menghadapi inflasi, gejolak geopolitik, maupun pelemahan rupiah.

2. Prospek Cuan hingga 2026 Masih Terbuka

Jika skenario proyeksi bank-bank besar terwujud, investor yang mulai masuk secara bertahap tahun ini masih berpeluang mendapatkan harga rata-rata ideal.

3. Namun Waspadai Potensi Koreksi Jangka Pendek

Kenaikan besar sepanjang 2025 membuka ruang koreksi teknikal. Investor disarankan memperhatikan momentum pembelian agar tak masuk di harga puncak.

Rekomendasi Strategi untuk Investor

Akumulasi Bertahap (DCA)
Strategi ini membantu mengurangi risiko timing yang salah ketika harga sedang tinggi.

1. Diversifikasi Portofolio

Emas sebaiknya dikombinasikan dengan SBN, reksadana, atau saham agar lebih seimbang.

2. Fokus pada Jangka Menengah hingga Panjang

Dengan prospek yang masih positif hingga 2026, emas cocok bagi investor dengan horizon investasi lebih dari satu tahun.

3. Gunakan Instrumen Emas yang Aman dan Praktis

Investor dapat mempertimbangkan emas digital yang mudah dibeli, transparan, dan diawasi otoritas, seperti melalui platform investasi resmi yang menawarkan kemudahan transaksi kapan saja. Dengan berbagai sentimen pendukung yang masih kuat, harga emas tampaknya belum kehilangan kilaunya sebagai instrumen andalan di tengah ketidakpastian ekonomi global.