Tren Pasar

Badai Likuiditas Berlalu, Saham BBCA dan BBRI Jadi Top Pick Perbankan

  • Sucor Sekuritas optimistis: badai perbankan telah berlalu. BBCA & BBRI jadi top pick dengan target harga Rp11.500 dan Rp5.300.
Aktifitas Bursa Saham - Panji 4.jpg
Pekerja berjalan di depan layar yang menampilkan pergerakan saham di Mail Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta 17 Oktober 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi top pickatau pilihan utama di sektor perbankan. Riset terbaru dari Sucor Sekuritas dengan tegas menyatakan bahwa kondisi terburuk bagi sektor ini telah terlewati, membuka ruang bagi reli lanjutan.

Kombinasi antara valuasi yang sudah sangat murah, likuiditas yang mulai pulih, dan 'bensin' pendorong dari pemerintah dinilai akan menjadi 'resep' sempurna bagi dimulainya 'pesta' di saham-saham perbankan, terutama pada kedua emiten raksasa tersebut.

Lantas, apa saja resep yang membuat analis begitu yakin bahwa badai telah berlalu? Dan kenapa BBRI serta BBCA yang menjadi jagoan utamanya? Mari kita bedah tuntas analisisnya.

1. Banjir Likuiditas: Keran Uang Mulai Dibuka

Salah satu kekhawatiran utama investor selama ini, yaitu masalah likuiditas yang ketat, kini menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Saldo SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia) yang beredar telah turun dari puncaknya, sementara imbal hasilnya juga ikut melandai.

Secara paralel, pertumbuhan jumlah uang beredar (M2) juga mulai pulih, naik menjadi 6,5% pada Juli 2025. Rasio pinjaman terhadap simpanan atau LDR industri juga turun, menandakan ruang bagi bank untuk kembali berekspansi.

Analis Sucor Sekuritas, Edward Lowis, menulis bahwa perbaikan likuiditas ini akan sangat membantu bank. “Perbaikan likuiditas ini akan membantu bank untuk mengelola biaya dana dengan lebih baik, mendukung potensi reboundNIM pada paruh kedua 2025,” tulisnya dikutip pada Jumat, 12 September 2025.

2. Suntikan Dana Rp200 Triliun dari Pemerintah

'Bensin' pendorong paling kuat datang dari pemerintah. Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, mengonfirmasi bahwa dana sebesar Rp200 triliun yang berasal dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) akan disalurkan ke enam bank Himbara.

Ada satu aturan main yang sangat krusial: dana ini dilarang digunakan untuk membeli SBN atau SRBI. Tujuannya adalah untuk 'memaksa' bank agar menyalurkan dana tersebut dalam bentuk kredit ke sektor riil.

Langkah ini diyakini akan mendorong peredaran uang dan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. “Jadi yang kita paksa adalah diberi bahan bakar supaya market mechanism berjalan, sehingga mereka terpaksa menyalurkan,” sambung Purbaya. 

3. Kualitas Aset dan Permodalan yang Kokoh

Di tengah rencana ekspansi kredit, Sucor Sekuritas menilai bahwa risiko kualitas aset masih sangat terkendali. Rasio kredit bermasalah atau NPL industri berada di level sehat 2,2%, sementara rasio Special Mention Loan (SML) juga stabil.

Lebih dari itu, bank-bank besar juga masih memiliki 'benteng pertahanan' yang sangat tebal. Rasio pencadangan kerugian pinjaman (LLR coverage) mereka masih jauh di atas rata-rata pra-COVID, memberikan bantalan yang sangat kuat untuk menyerap potensi kerugian.

4. Valuasi Saham Bank di Level Pandemi

'Magnet' terkuat bagi investor saat ini adalah valuasi saham perbankan yang sudah sangat murah. Sucor Sekuritas menyoroti bahwa valuasi sektor ini kini diperdagangkan pada level -1 standar deviasi di bawah rata-rata PBV 10 tahunnya, mendekati level saat pandemi COVID-19.

Lebih menarik lagi, rasio ROE-to-PBV sektor ini justru telah membaik, yang menyoroti adanya perbedaan antara peningkatan profitabilitas bank dengan valuasi pasarnya yang masih tertekan. Ini adalah sebuah anomali yang sangat menarik.

“Kami melihat kesalahan harga ini sebagai peluang bagi investor jangka panjang untuk mengakumulasi bank-bank berkualitas tinggi dengan profitabilitas berkelanjutan,” terang Edward Lowis.

5. Skuad Saham Pilihan Sucor Sekuritas: BBCA dan BBRI

Dengan mempertimbangkan semua faktor ini, Sucor Sekuritas mempertahankan pandangan overweight terhadap sektor perbankan. Dari sekian banyak pilihan, mereka secara spesifik hanya memilih dua 'jagoan' utama.

BBCA menjadi pilihan teratas (top pick) mereka dengan rekomendasi "Beli" dan target harga Rp11.500. BBCA dinilai memiliki kekuatan franchise yang tak tertandingi, kualitas aset superior, dan konsistensi profitabilitas.

Rekomendasi "Beli" juga diberikan untuk  BBRI dengan target harga Rp5.300. Rekomendasi ini didasari oleh valuasi yang menarik, imbal hasil dividen yang kompetitif, serta 'benteng' pencadangan yang kuat untuk melindungi dari risiko.