Tren Global

Persepsi Keliru Soal Produk Tembakau Alternatif Bisa Halangi Upaya Berhenti Merokok

  • Persepsi keliru terhadap produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin, yang dianggap lebih berbahaya dari rokok telah menjadi penghambat dalam upaya mengurangi bahaya tembakau.
Ilustrasi Penjualan Rokok Elektrik - Panji 4.jpg
Nampak aktifitas para pengguna rokok elektrik di sebuah toko vape di kawasan Depok Jawa Barat, Kamis 19 Januari 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID—Persepsi keliru terhadap produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin, yang dianggap lebih berbahaya dari rokok telah menjadi penghambat dalam upaya mengurangi bahaya tembakau. 

Tinjauan sistematis terbaru dengan judul “Interventions to change vaping harm perceptions and associations between harm perceptions and vaping and smoking behaviours” yang dipublikasikan di jurnal Addiction pada Juli 2025 menunjukkan bahwa salah kaprah mengenai produk tembakau alternatif telah menyebabkan perokok dewasa enggan beralih ke produk rendah risiko kesehatan tersebut. 

Profesor Ann McNeill, Pakar Kecanduan Tembakau dari King’s College London, menegaskan kesalahpahaman publik mengenai perbedaan risiko antara merokok dan penggunaan produk alternatif berdampak besar terhadap perubahan persepsi serta perilaku.

“Anggapan penggunaan produk tembakau alternatif sama berbahayanya dengan merokok bisa menghalangi perokok dewasa untuk berhenti merokok dan mencoba alternatif yang lebih rendah risiko. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa produk ini, meskipun tidak bebas risiko, lebih efektif daripada terapi pengganti nikotin,” jelas Ann McNeill.

Tinjauan tersebut mengkaji 85 studi tentang komunikasi risiko terkait penggunaan produk tembakau alternatif yang mencakup intervensi untuk remaja dan orang dewasa. Hasilnya, pesan yang menekankan bahaya dan sifat adiktif produk tembakau alternatif memang efektif mengubah persepsi. 

Namun, sering kali, memperkuat kesalahpahaman bahwa produk tembakau alternatif setara atau bahkan lebih berbahaya dari pada rokok. “Kesalahpahaman ini bisa diluruskan jika masyarakat mendapatkan informasi yang akurat. Komunikasi yang jelas dan berbasis bukti ilmiah diperlukan untuk meningkatkan pemahaman publik,” tambah Ann McNeill.

Indonesia Hadapi Tantangan Serupa

Ketua Asosiasi Konsumen Vape Indonesia (AKVINDO), Paido Siahaan, mengatakan, kondisi di Indonesia tidak jauh berbeda. Masyarakat masih memiliki persepsi keliru terhadap produk tembakau alternatif. Kondisi tersebut menjadi hambatan serius untuk mengurangi konsumsi merokok di Indonesia. 

“Banyak perokok dewasa menjadi ragu atau takut beralih, sehingga tetap terjebak merokok dan kehilangan kesempatan mengurangi risiko kesehatannya,” ujar Paido. Paido meneruskan produk tembakau alternatif seharusnya dipandang sebagai bagian dari strategi pengurangan risiko (harm reduction). 

Khususnya bagi perokok dewasa yang selama ini kesulitan mengurangi kebiasaan buruknya tersebut melalui metode konvensional seperti terapi pengganti nikotin maupun konseling. 

“Studi di Inggris, Selandia Baru, dan Jepang membuktikan penggunaan produk tembakau alternatif mampu menurunkan prevalensi merokok secara signifikan. Sayangnya di Indonesia, informasi publik yang mendukung pendekatan ini masih minim, bahkan sering kalah oleh stigma dan misinformasi,” jelasnya.

Menurut Paido, produk tembakau alternatif memang tidak sepenuhnya bebas risiko. Akan tetapi, berdasarkan sejumlah kajian ilmiah independen di dalam dan luar negeri, produk tersebut telah teruji lebih rendah risiko daripada rokok. 

Baca Juga: Studi UNSW: Vape Lebih Efektif Bantu Berhenti Merokok Dibanding Terapi Nikotin

Fakta-fakta tersebut yang perlu diinformasikan secara luas untuk mendorong perokok dewasa beralih ke produk tembakau alternatif sekaligus mengedukasi publik bahwa produk ini tidak diperuntukkan bagi anak-anak dan non-perokok. 

“Masyarakat harus mendapat informasi yang jujur dan seimbang. Produk tembakau alternatif bukan tanpa risiko, tetapi risikonya jauh lebih rendah dibanding rokok,” kata Paido. 

AKVINDO pun telah melakukan berbagai langkah, mulai dari kampanye edukasi berbasis data, dialog dengan regulator, kerja sama bersama tenaga kesehatan, hingga kampanye digital dan pendampingan konsumen dewasa agar mereka yang ingin beralih mendapat panduan yang benar. 

Jadi, kunci keberhasilan untuk menurunkan prevalensi merokok ada pada komunikasi publik yang jelas, proporsional, dan berbasis bukti. “Kami ingin memastikan perokok dewasa yang ingin beralih mendapat informasi yang tepat, cara penggunaan yang aman, dan dukungan yang memadai,” ujar Paido.