Tren Global

Angka Harapan Hidup Indonesia Naik, Tapi Tetap Kalah dari Malaysia dan Singapura

  • Meta Deskripsi: BPS mencatat angka harapan hidup Indonesia naik ke 72,7 tahun pada 2025. Meski meningkat, capaian ini masih di bawah Malaysia dan Singapura.
portrait-senior-couple-visiting-great-wall-china (1).jpg
Ilustrasi lansia di Jepang. (Freepik)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Angka Harapan Hidup (AHH) di Indonesia terus menunjukkan tren kenaikan. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan pada 2025 AHH nasional mencapai 72,7 tahun, naik tipis dibandingkan periode sebelumnya. Meski demikian, capaian ini masih tertinggal dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

Mengacu pada jurnal Universitas Sebelas Maret bertajuk “Pengaruh Faktor AHH pada Masyarakat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2021”, kenaikan angka harapan hidup di Indonesia dipengaruhi sejumlah faktor, mulai dari layanan kesehatan, kondisi sosial-ekonomi, hingga perbaikan lingkungan.

Dari sisi kesehatan, peningkatan akses layanan medis, meluasnya kepesertaan BPJS Kesehatan, serta menurunnya angka kematian bayi dan ibu melahirkan menjadi kontributor utama. Kesadaran masyarakat menjaga pola hidup sehat juga semakin meningkat, salah satunya berkat kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).

Faktor sosial-ekonomi tak kalah berperan. Peningkatan pendapatan per kapita memungkinkan masyarakat lebih mudah mengakses gizi dan layanan kesehatan. Sementara itu, pendidikan yang lebih baik membuat masyarakat lebih peka terhadap pentingnya pencegahan penyakit.

“PDRB per kapita berpengaruh signifikan terhadap angka harapan hidup,” tulis laporan jurnal tersebut, dikutip Senin, 15 September 2025.

Dari sisi lingkungan, perbaikan sanitasi dan akses air bersih turut mengurangi risiko penyebaran penyakit menular yang selama ini menjadi masalah klasik di Indonesia. Pemerintah melalui Perpres No. 88/2021 telah meluncurkan Strategi Nasional Kelanjutusiaan yang menekankan perlindungan sosial dan pembangunan lingkungan ramah lansia. Perluasan cakupan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) juga berhasil menjangkau lebih dari 80% populasi.

Namun, ketimpangan regional masih jadi tantangan. AHH di Jawa Timur mencapai 74,5 tahun, sementara di Sulawesi Barat hanya 64,5 tahun. Kesenjangan ini dipicu disparitas layanan kesehatan dan kondisi ekonomi daerah. Di sisi lain, meningkatnya rasio ketergantungan lansia juga berpotensi menjadi beban ekonomi jika tidak diimbangi produktivitas. Selain itu, kebijakan yang ada dinilai belum sepenuhnya terintegrasi dengan isu kemiskinan dan pengangguran di wilayah tertinggal.

Perbandingan dengan Negara Tetangga

Jika dibandingkan negara lain, Indonesia masih berada di papan tengah. Singapura mencatat AHH 83,6 tahun berkat sistem kesehatan yang terdigitalisasi dan investasi besar dalam layanan preventif. Malaysia berada di angka 75,9 tahun dengan program subsidi kesehatan bagi keluarga berpenghasilan rendah.

Vietnam sedikit di atas Indonesia dengan AHH 73,6 tahun, hasil reformasi layanan kesehatan pedesaan, meski masih menghadapi persoalan stunting. Di tingkat global, Jepang tetap menjadi pemimpin dengan AHH 84,6 tahun, ditopang sistem kesehatan preventif dan pemanfaatan teknologi medis.
Secara keseluruhan, kenaikan angka harapan hidup Indonesia didorong oleh kombinasi perbaikan layanan kesehatan, peningkatan kesadaran hidup sehat, dan penguatan faktor ekonomi. Kebijakan pemerintah sudah berada di jalur yang tepat, tetapi perlu ditopang anggaran kesehatan yang lebih besar serta integrasi dengan program pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja.

Pengalaman negara lain menunjukkan, investasi pada layanan kesehatan preventif dan teknologi medis menjadi kunci untuk mendorong angka harapan hidup Indonesia lebih tinggi di masa depan.