Tren Ekbis

Mentan: RI Berkontribusi ke Penurunan Harga Beras Global

  • FAO memberikan penghargaan kepada Indonesia atas kontribusi nyata dalam transformasi sistem pangan global dan penurunan harga beras dunia.
MOU Pordasi Kementan - Panji 4.jpg
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman sebelum menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) tentang Sinergitas Pengembangan Kuda di Indonesia di Jakarta, Rabu, 25 Januari 2025. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA, TRENASIA.ID-- Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan kebijakan Indonesia di sektor perberasan turut berkontribusi terhadap penurunan harga beras dunia.

Menurutnya, harga beras global tercatat mengalami penurunan signifikan hingga 42%, dari sekitar US$ 650 per ton menjadi US$ 340 per ton.

“Karena Kementerian Pertanian berkontribusi pada dunia, di mana harga pangan pada saat kita impor, mencapai US$ 650 per ton, sekarang US$ 340 per ton, turun 42%. Karena Indonesia importir beras terbesar, tapi sekarang tidak impor, sehingga harga pangan dunia turun 42%. Terima kasih, Bapak Presiden,” ujar Amran dalam Sidang Kabinet, Senin, 15 Desember 2025.

Menteri Pertanian menjelaskan salah satu faktor utama penurunan tersebut adalah penghentian impor beras oleh Indonesia. Sebelumnya, Indonesia dikenal sebagai salah satu importir beras terbesar di dunia. 

Sehingga keputusan menghentikan impor berdampak pada sisi permintaan global. Dengan berkurangnya tekanan permintaan dari Indonesia, harga beras di pasar internasional disebut mengalami koreksi yang cukup tajam.

Stok Beras Nasional Capai Rekor

Kebijakan penghentian impor beras didukung oleh capaian produksi dan stok dalam negeri yang dinilai sangat kuat. Pemerintah memproyeksikan stok beras nasional mencapai 3,7 juta ton pada akhir 2025, yang disebut sebagai angka tertinggi sejak 1969. 

Sementara itu, produksi beras nasional tahun 2025 diperkirakan mencapai 34,77 juta ton, menciptakan surplus dibandingkan kebutuhan konsumsi domestik. Capaian ini diklaim sebagai hasil dari berbagai program intensifikasi pertanian, perluasan areal tanam, serta penguatan sistem distribusi pangan nasional.

Tren penurunan harga beras global juga tercermin dalam Indeks Harga Beras FAO (FAO Rice Price Index/FARPI). Data menunjukkan indeks harga beras FAO turun dari 119,2 poin pada Desember 2024 menjadi 100,9 poin pada September 2025, menandakan pelemahan harga secara global.

Namun demikian, FAO dalam laporan terpisah juga menyoroti Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan ketahanan pangan, antara lain tingginya biaya diet sehat dan prevalensi kekurangan gizi yang fluktuatif di beberapa wilayah.

Hal ini menunjukkan keberhasilan di sisi produksi dan stabilitas pasar perlu diimbangi dengan penguatan akses pangan bergizi dan peningkatan kualitas konsumsi masyarakat.

Ke depan, penguatan kerja sama internasional, reformasi sektor pangan domestik, dan kebijakan berbasis data akan menjadi kunci agar capaian ini berkelanjutan dan berdampak luas.

Penghargaan FAO

Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) sebelumnya sempat memberikan penghargaan kepada Kementerian Pertanian Republik Indonesia atas kontribusi nyata Indonesia dalam memajukan sektor pangan dan pertanian global. 

Penghargaan tersebut diberikan dalam ajang Global Technical Recognition Ceremony yang digelar di Markas Besar FAO, Roma, pada 15 Oktober 2025.

Penghargaan ini menjadi pengakuan internasional atas peran strategis Indonesia melalui skema Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST), sekaligus menegaskan posisi Indonesia sebagai salah satu aktor penting dalam transformasi sistem pangan dunia.

“Penghargaan ini merupakan pengakuan dunia atas peran strategis Indonesia sebagai penyedia solusi pertanian bagi negara berkembang," jelas Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementan RI Ali Jamil dalam keterangan resmi di Jakarta beberapa waktu lalu.

Baca juga : Atasi Krisis Energi, 360 Ton Elpiji Digelontor untuk 10 Kabupaten/Kota di Aceh

Dua Kategori Penghargaan

FAO memberikan rekognisi kepada Indonesia dalam dua kategori utama, yakni pada tingkat negara dan institusi. Pada tingkat negara, FAO mengapresiasi Indonesia atas kepemimpinannya dalam mendorong transformasi pertanian, penguatan ketahanan pangan, serta peningkatan kapasitas negara-negara berkembang melalui program KSST.

Melalui skema ini, Indonesia telah berbagi pengalaman, teknologi, dan praktik terbaik di sektor pertanian kepada 74 negara mitra di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Pasifik. Program tersebut mencakup pengembangan produksi pangan, penguatan kelembagaan petani, hingga peningkatan ketahanan pangan berbasis lokal. 

FAO menilai kontribusi Indonesia konsisten, terukur, dan memberikan dampak nyata bagi negara-negara penerima kerja sama. FAO juga memberikan rekognisi institusional kepada Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, Jawa Timur.

BBIB Singosari dinilai sebagai pusat keunggulan (center of excellence) dalam bidang reproduksi ternak, khususnya pengembangan teknologi inseminasi buatan. Lembaga ini berperan penting dalam mendukung peningkatan produktivitas peternakan di dalam negeri sekaligus menjadi rujukan bagi negara-negara mitra KSST.

Baca juga : Rekomendasi Saham LQ45 Hari Ini: JPFA, ADMR dan EXCL Strong Buy

Indonesia Turunkan Harga Beras Dunia

Penghargaan FAO ini juga dikaitkan dengan peran Indonesia dalam dinamika pasar pangan global, khususnya komoditas beras.

Dalam Sidang Kabinet pada 15 Desember 2025,