Tren Ekbis

Bank Sentral Dunia Pertebal Timbunan Emas, Apa Artinya untuk Investor?

  • Pembelian emas bank sentral dunia naik tajam pada Oktober 2025 dengan total 53 ton, tertinggi sepanjang tahun. Polandia dan Brasil memimpin akumulasi emas, disusul sejumlah negara Asia termasuk Indonesia. Tren ini menunjukkan kuatnya permintaan emas sebagai aset lindung nilai di tengah gejolak ekonomi global.
Perdaganagn Emas Logam Mulia - Panji 1.jpg
Nampak karyawan menunjukkan logam mulia di sebuah gerai emas di kawasan BSD Tangerang. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia)

JAKARTA, TRENASIA.ID — Minat bank sentral dunia terhadap emas kembali menguat pada Oktober 2025. Dalam laporan terbarunya, World Gold Council mencatat pembelian bersih mencapai 53 ton, melonjak 36% dibandingkan bulan sebelumnya. Angka ini menjadi rekor permintaan bulanan tertinggi sepanjang tahun, sekaligus sinyal bahwa emas masih menjadi pegangan utama di tengah gejolak ekonomi global.

Kenaikan pembelian ini dipimpin oleh Bank Nasional Polandia dan Bank Sentral Brasil, masing-masing menambah 16 ton emas ke cadangannya. Sejumlah negara lain seperti Uzbekistan, Turki, China, Filipina, hingga Indonesia juga terlihat aktif menambah kepemilikan logam mulia ini.

Sejak awal 2025 hingga Oktober, total pembelian emas bank sentral mencapai 254 ton. Meski tidak seagresif tiga tahun terakhir, laju pembelian ini tetap menunjukkan minat yang solid terhadap emas sebagai aset aman atau safe haven.

Mengapa Bank Sentral Balik Borong Emas?

Di tengah kondisi global yang masih penuh ketidakpastian, ada beberapa alasan yang membuat bank sentral memperkuat cadangan emasnya seperti dikutip dari riset Bareksa, Kamis 4 Desember 2025.

1. Harga emas yang tinggi bukan halangan

Kenaikan harga justru dibaca sebagai sinyal kebutuhan memperkuat cadangan aset aman. Logam mulia ini tetap dianggap stabil dalam jangka panjang.

2. Ketidakpastian makro dan geopolitik

Mulai dari inflasi yang belum sepenuhnya terkendali, ketegangan geopolitik, hingga pelemahan mata uang di beberapa negara, semuanya mendorong permintaan terhadap aset safe haven.

3. Diversifikasi cadangan devisa

Sejumlah negara termasuk Polandia, Brasil, Serbia, dan Indonesia menggeser porsi portofolionya ke emas untuk menstabilkan cadangan devisanya. Bank Indonesia (BI) juga tercatat membeli 4 ton emas pada Oktober 2025. Langkah ini dilakukan untuk memperkuat ketahanan cadangan devisa RI, terutama ketika nilai tukar dan arus modal global cenderung bergejolak.

Hingga Oktober 2025, Polandia masih menjadi pembeli emas paling agresif dengan total akumulasi 83 ton. Kazakhstan berada di posisi kedua dengan 41 ton. Negara seperti Brasil, Uzbekistan, dan Indonesia juga konsisten menambah cadangan emasnya sepanjang tahun. Beberapa negara lain termasuk Serbia, Madagaskar, dan Korea Selatan mengisyaratkan rencana peningkatan cadangan emas dalam beberapa tahun ke depan.

Apa Artinya untuk Investor Pemula?

1. Harga emas berpotensi tetap tinggi

Pembelian bank sentral biasanya bersifat jangka panjang dan tidak mudah berubah arah. Ini memberi dukungan kuat terhadap harga emas global.

2. Emas semakin valid sebagai aset lindung nilai

Jika negara-negara memperkuat cadangan emasnya, investor ritel pun bisa melihatnya sebagai sinyal penting untuk mengamankan nilai kekayaan.

3. Peluang di produk investasi emas masih terbuka

Investor bisa mempertimbangkan beberapa pilihan:

  1. emas fisik,
  2. reksa dana emas,
  3. ETF berbasis emas,
  4. tabungan emas digital.

4. Diversifikasi jadi kunci

Ketika bank sentral saja menambah porsi emasnya, investor ritel juga bisa meninjau kembali keseimbangan portofolio mereka.

Lonjakan pembelian emas oleh bank sentral pada Oktober 2025 menunjukkan bahwa logam mulia ini tetap menjadi sandaran utama di tengah ketidakpastian global. Dengan inflasi yang masih membayangi dan pasar yang gampang bergejolak, emas terus menjadi aset yang diandalkan institusi terbesar dunia dan ini bisa menjadi panduan penting bagi investor pemula dalam menentukan strategi investasi mereka.