Industri

Genjot Pertumbuhan Ekonomi 6%, RI Butuh Rp1.200 Triliun

  • Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia membutuhkan investasi Rp1.200 triliun untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 6%. Saat ini, pertumbuhan ekonomi rerata 5%. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan dapat menyentuh angka 6%. Artinya, dibutuhkan investasi sebesar 7% dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia. “Untuk mencapai target RPJMN 6%, […]

<p>Airlangga Hartarto, saat ditemui di Business Law Forum 2020, Jakarta, Kamis 5 Maret 2020</p>

Airlangga Hartarto, saat ditemui di Business Law Forum 2020, Jakarta, Kamis 5 Maret 2020

(Istimewa)

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia membutuhkan investasi Rp1.200 triliun untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 6%. Saat ini, pertumbuhan ekonomi rerata 5%.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan dapat menyentuh angka 6%. Artinya, dibutuhkan investasi sebesar 7% dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

“Untuk mencapai target RPJMN 6%, kita harus punya investasi 7% dari PDB, atau sekitar Rp1.200 triliun,” terangnya saat diwawancara media di Hotel Four Seasons, Jakarta, Kamis 5 Maret 2020.

Angka Rp1.200 tersebut, menurut Airlangga, harus diperkuat dengan transformasi struktural, yang dalam hal ini masuk dalam Rancangan Undang-undang (RUU) Cipta Kerja. Jika tidak menggunakan percepatan, maka terget ini diprediksi baru akan tercapai pada 10 tahun mendatang.

Sebagai pintu masuk investasi di Indonesia, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan total realisasi investasi senilai Rp886 triliun tahun ini. Ikmal Lukman, Deputi Bidang BKPM mengatakan salah satu investor terbesar di Indonesia adalah China, dengan nilai realisasi sebesar US$4,7 miliar dengan total proyek sebanyak 2.130.

Pada 2019 lalu, nilai realisasi investasi dari China melonjak hingga 99,6% dan jumlah proyek naik 36,4% dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan pertumbuhan positif pada 2019 lalu, Ikmal belum menilai perlunya koreksi target BKPM tahun ini akibat dampak virus corona.

“Tidak direvisi targetnya, masih kita kawal investasi yang masuk,” ungkapnya di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu 4 Maret 2020.