<p>JAKARTA - Peringatan Hari Buruh Internasional atau <i>May Day</i> yang jatuh pada 1 Mei lalu kembali membuka ruang diskusi publik soal kondisi ketenagakerjaan, khususnya terkait upah layak dan kesejahteraan buruh. Di tengah tuntutan pekerja Indonesia akan kenaikan upah minimum dan pengendalian biaya hidup, muncul perbandingan mencolok dengan negara tetangga: Malaysia.</p><p>Fakta yang ramai dibicarakan di media sosial dan diskusi publik menunjukkan bahwa UMR di Malaysia tidak hanya lebih tinggi dibanding Indonesia, tetapi juga dibarengi dengan biaya hidup yang lebih murah. Fenomena ini memunculkan pertanyaan mendasar: bagaimana mungkin negara tetangga mampu memberikan standar hidup lebih layak, sementara Indonesia masih bergulat dengan ketimpangan antara upah dan kebutuhan dasar?</p><p>Beberapa hal kemudian dibandingkan dalam angka dengan Indonesia. Misalnya soal tarif tol, untuk menempuh jarak 480 km dari Kuala Lumpur ke Penang, warga Malaysia cukup membayar sekitar Rp170.000. Sementara di Indonesia, perjalanan dari Jakarta ke Semarang—yang jaraknya lebih pendek—bisa menelan biaya tol hingga Rp500.000.</p><p>Belum lagi soal harga bahan bakar minyak (BBM). Di Malaysia, harga BBM RON 95 yang murni hanya sekitar Rp7.000 per liter. Sementara di Indonesia, harga BBM dengan kualitas lebih rendah (RON 90–92) justru bisa lebih mahal.&nbsp;</p><p>Fakta-fakta ini memunculkan pertanyaan besar: bagaimana Malaysia bisa memberikan standar hidup yang lebih tinggi dengan biaya yang lebih terjangkau?</p><ul><li>Baca Juga: <strong>Bisakah Membeli Rumah dengan Gaji UMR?</strong></li></ul><h2>Kenaikan UMR Malaysia 2025</h2><p>Menambah kontras dengan kondisi Indonesia, Malaysia resmi menaikkan upah minimum nasional menjadi RM1.700 per bulan (sekitar Rp6,3 juta) mulai Februari 2025. Mengutip berbagai sumber, ini adalah kelanjutan dari kebijakan kenaikan UMR sebelumnya dari RM1.200 pada 2021 menjadi RM1.500 pada 2022. Meskipun begitu, rata-rata gaji pekerja di Malaysia bahkan bisa mencapai lebih dari RM2.500 (Rp9,2 juta), dan untuk pekerja kantoran bisa menyentuh angka RM6.610 (Rp22,4 juta).</p><h2>Perbandingan UMR dan Rata-Rata Gaji</h2><figure class="table"><table><thead><tr><th>Negara</th><th>UMR 2025</th><th>Rata-rata Gaji Bulanan</th></tr></thead><tbody><tr><td>Malaysia</td><td>Rp6.290.000 (RM1.700)</td><td>Rp9.250.000 (RM2.500)</td></tr><tr><td>Indonesia (Jakarta)</td><td>Rp5.396.761</td><td>Rp3.050.000 – Rp4.500.000*</td></tr></tbody></table></figure><p>*Estimasi berdasarkan data BPS dan survei gaji berbagai sektor.</p><p>Sebagai perbandingan, berikut beberapa besaran UMR di sejumlah provinsi besar di Indonesia untuk tahun 2025:</p><ol><li>DKI Jakarta Rp5.396.761</li><li>Jawa Barat Rp2.191.232</li><li>Jawa Tengah Rp2.169.349</li><li>Jawa Timur Rp2.305.985</li><li>DI Yogyakarta Rp2.264.080</li><li>Bali Rp2.996.561</li><li>Nusa Tenggara Timur Rp2.328.969</li><li>Nusa Tenggara Barat Rp2.602.931</li></ol><h2>Biaya Hidup: Malaysia vs Indonesia</h2><figure class="table"><table><thead><tr><th>Kebutuhan</th><th>Malaysia (RM)</th><th>Indonesia (Rp)</th></tr></thead><tbody><tr><td>Tempat Tinggal</td><td>RM110–RM350</td><td>Rp500.000–Rp1.500.000</td></tr><tr><td>Transportasi Bulanan</td><td>RM50</td><td>Rp250.000–Rp400.000</td></tr><tr><td>Makanan Harian</td><td>RM15 per makan</td><td>Rp25.000–Rp60.000</td></tr><tr><td>BBM (RON 95)</td><td>RM2.05/liter</td><td>Rp13.400 (RON 92)</td></tr><tr><td>Tol Jarak Jauh</td><td>RM48 (480 km)</td><td>Rp500.000 (Jakarta–Semarang)</td></tr></tbody></table></figure><p>Hasilnya? Dengan UMR yang lebih tinggi dan biaya kebutuhan pokok yang lebih rendah, Malaysia saat ini menawarkan standar hidup yang secara ekonomis lebih “efisien” dibanding Indonesia.&nbsp;</p><h2>4 Faktor Harga BBM di Malaysia Lebih Murah dari Indonesia</h2><h3>1. Subsidi Pemerintah dan Mekanisme Penetapan Harga</h3><p>Salah satu faktor utama adalah besarnya anggaran subsidi BBM dari pemerintah Malaysia, khususnya untuk BBM berkualitas tinggi seperti RON 95. Dengan subsidi yang kuat, harga di tingkat konsumen bisa ditekan meski harga minyak mentah dunia naik.</p><p>Selain itu, Malaysia menerapkan kebijakan Automatic Pricing Mechanism (APM) yang berfungsi menyeimbangkan harga BBM berdasarkan fluktuasi harga minyak global. Saat harga minyak dunia naik di atas US$81 per barel, subsidi akan diberikan. Sebaliknya, jika harga turun di bawah angka tersebut, subsidi dikurangi atau bahkan digantikan oleh pungutan pajak.</p><p>Menariknya, Malaysia juga mulai menerapkan subsidi berskema terbatas, di mana hanya kelompok konsumen tertentu yang bisa mengakses BBM bersubsidi menggunakan kartu khusus dengan kuota 100 liter per bulan. Saat kartu digunakan untuk bertransaksi, diskon otomatis diterapkan.</p><p>Meskipun begitu, besaran subsidi BBM Malaysia secara total justru lebih kecil dibandingkan Indonesia, karena sistem penyalurannya yang lebih efisien dan terfokus.</p><h3>2. Malaysia adalah Negara Eksportir Minyak</h3><p>Berbeda dengan Indonesia yang merupakan negara net importir minyak, Malaysia adalah net eksportir. Artinya, Malaysia memproduksi lebih banyak minyak mentah daripada yang dikonsumsi di dalam negeri.</p><p>Kondisi ini membuat Malaysia tidak terlalu terdampak oleh fluktuasi harga minyak global, karena pendapatan dari ekspor minyak bisa membantu menstabilkan harga di pasar domestik. Sementara Indonesia, yang harus mengimpor hampir setengah kebutuhan minyak mentahnya, sangat rentan terhadap gejolak harga dunia.</p><h3>3. Distribusi Lebih Mudah Berkat Geografi yang Sederhana</h3><p>Malaysia memiliki kondisi geografis yang jauh lebih sederhana dibandingkan Indonesia. Dengan luas wilayah yang lebih kecil dan topografi yang tidak terlalu kompleks, jalur distribusi BBM di Malaysia lebih pendek dan efisien.</p><p>Sebaliknya, Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki tantangan logistik yang jauh lebih besar. Distribusi BBM ke daerah-daerah terpencil memerlukan biaya transportasi yang tinggi, yang tentu saja turut mempengaruhi harga jual di konsumen akhir.</p><h3>4. Jumlah Kendaraan dan Populasi yang Lebih Sedikit</h3><p>Faktor lain yang turut memengaruhi harga BBM di Malaysia adalah jumlah kendaraan bermotor yang lebih sedikit dibanding Indonesia. Populasi Malaysia juga jauh lebih kecil, sehingga permintaan BBM relatif lebih rendah.</p><p>Permintaan yang lebih rendah berarti pemerintah tidak perlu mengalokasikan subsidi dalam jumlah besar. Dengan volume konsumsi yang lebih terkendali, pengelolaan subsidi pun menjadi lebih efisien, yang berdampak langsung pada harga BBM yang lebih stabil dan terjangkau.</p>

ANANDA.png

Malaysia

Dengan UMR yang lebih tinggi dan biaya kebutuhan pokok yang lebih rendah, Malaysia saat ini menawarkan standar hidup yang secara ekonomis lebih “efisien” dibanding Indonesia.

Perbandingan Biaya Hidup dan UMR Indonesia Vs Malaysia

Nasional