
Rahasia jadi Duta Besar: Pendidikan, Karier, hingga Fit and Proper Test
- Ingin menjadi duta besar? Simak panduan lengkap tentang jenjang pendidikan, tahapan karier di Kementerian Luar Negeri, hingga proses seleksi menjadi kepala perwakilan diplomatik Indonesia di luar negeri.
Tren Ekbis
JAKARTA – Menjadi duta besar (dubes) merupakan puncak karier yang prestisius dalam bidang diplomasi. Posisi ini tidak hanya menuntut kemampuan komunikasi dan negosiasi tingkat tinggi, tetapi juga dedikasi panjang terhadap kepentingan negara di ranah internasional.
Baru-baru ini, Ketua DPR RI Puan Maharani mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menerima surat dari Presiden RI berisi daftar nama calon duta besar untuk 24 negara dan organisasi internasional, termasuk Amerika Serikat dan PBB di New York.
“Tadi dalam Rapat Paripurna sudah saya sampaikan bahwa nama-nama bersifat rahasia,” katanya seusai Rapat Paripurna, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis 3 Juli 2025.
Proses seleksi para calon dubes akan dilanjutkan dengan uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) oleh Komisi I DPR RI. Puan menegaskan bahwa DPR akan menjalankan proses ini secara tertutup, mengingat sensitivitas dan tanggung jawab tinggi yang melekat pada jabatan tersebut.
Lalu, bagaimana seseorang bisa mencapai posisi sebagai duta besar? Berikut penjabaran lengkap mengenai jenjang karier menuju kursi dubes, sebagai panduan bagi anak muda yang ingin meniti jalan sebagai diplomat profesional.
1. Pendidikan Diplomat
Langkah awal untuk menjadi diplomat, dan kelak seorang duta besar, dimulai dari jenjang pendidikan tinggi. Lulusan dari program studi Hubungan Internasional, Ilmu Politik, Hukum, Ekonomi, hingga Bahasa Asing memiliki peluang besar untuk memasuki dunia diplomasi. Universitas seperti Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Padjadjaran, atau universitas luar negeri seperti Sciences Po, Oxford, dan Harvard banyak melahirkan lulusan yang berkarier di Kementerian Luar Negeri (Kemlu).
Namun, bukan sekadar ijazah yang dibutuhkan. Penguasaan bahasa asing (terutama bahasa Inggris), kemampuan analisis isu global, serta kepekaan budaya menjadi nilai tambah penting.
2. Seleksi Masuk Kementerian Luar Negeri
Jalur utama untuk menjadi diplomat profesional adalah melalui seleksi penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di lingkungan Kementerian Luar Negeri. Setiap tahunnya, Kemlu membuka formasi untuk jabatan fungsional diplomat (Pejabat Dinas Luar Negeri/PDLN) yang dapat diikuti oleh fresh graduate maupun profesional muda.
Peserta seleksi akan melalui tahapan administrasi, seleksi kompetensi dasar (SKD), seleksi kompetensi bidang (SKB), serta wawancara mendalam. Setelah dinyatakan lulus, mereka akan mengikuti pelatihan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kemlu untuk menjadi diplomat junior.
3. Karier Diplomat: Dari First Secretary Hingga Duta Besar
Karier diplomat di Kemlu terdiri atas beberapa tingkatan, mirip dengan sistem kepangkatan militer atau birokrasi lainnya. Tahapan-tahapan umumnya adalah:
Diplomat Muda (Attaché atau Third Secretary): Biasanya bertugas di kantor pusat atau sebagai staf awal di perwakilan RI di luar negeri.
Diplomat Madya (Second Secretary/First Secretary): Sudah memiliki pengalaman, diberi tanggung jawab lebih besar, misalnya menangani bidang ekonomi, politik, konsuler, atau protokol.
Diplomat Senior (Counsellor atau Minister Counsellor): Berperan sebagai penasihat utama bagi duta besar dan memimpin bagian penting dalam perwakilan RI.
Kepala Perwakilan/Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP): Posisi tertinggi, mewakili negara di suatu negara sahabat atau organisasi internasional.
Untuk mencapai posisi duta besar, biasanya dibutuhkan masa pengabdian minimal 15–25 tahun di Kemlu dengan rekam jejak yang baik, penguasaan isu-isu strategis, dan loyalitas terhadap negara.
4. Penunjukan Duta Besar: Profesional vs Non-Karier
Di Indonesia, duta besar terbagi dua jenis: dubes karier dan dubes non-karier.
Dubes karier berasal dari jalur diplomat profesional yang telah lama berkarier di Kemlu. Mereka dipilih berdasarkan jenjang karier, prestasi, dan pengalaman.
Dubes non-karier biasanya berasal dari kalangan profesional, tokoh masyarakat, akademisi, atau politisi. Penunjukan mereka bersifat politis, berdasarkan pertimbangan Presiden dengan masukan dari Menteri Luar Negeri.
Meskipun bukan diplomat murni, dubes non-karier tetap harus melalui fit and proper test di Komisi I DPR RI, sama seperti dubes karier.
5. Tugas dan Tanggung Jawab Duta Besar
Seorang duta besar bukan sekadar simbol negara. Ia memiliki tugas strategis, antara lain:
- Mewakili negara dalam hubungan diplomatik dengan negara atau organisasi tempat ia ditugaskan.
- Melindungi kepentingan nasional, warga negara, dan badan hukum Indonesia di luar negeri.
- Melaporkan perkembangan politik, ekonomi, dan sosial di negara akreditasi ke pemerintah pusat.
- Menjalin hubungan ekonomi, budaya, dan pertahanan antarnegara.
6. Etika, Integritas, dan Kompetensi
Menjadi dubes menuntut lebih dari sekadar kecerdasan. Integritas pribadi, kemampuan adaptasi budaya, ketajaman analisis, dan diplomasi halus adalah kualifikasi utama. Setiap calon dubes akan dinilai tidak hanya berdasarkan pengalaman dan latar belakang, tetapi juga etika dan kapabilitas dalam menjaga nama baik bangsa.
Jabatan duta besar adalah bentuk kepercayaan tertinggi negara terhadap individu yang dinilai mampu membawa misi diplomatik Indonesia secara efektif. Bagi anak muda yang bermimpi duduk di kursi dubes, persiapkan diri sejak bangku kuliah dengan pendidikan yang relevan, pengalaman organisasi internasional, kemampuan bahasa, dan semangat nasionalisme yang kuat.
Seperti proses seleksi yang tengah berlangsung di Komisi I DPR RI saat ini, setiap nama yang diusulkan Presiden telah melalui pertimbangan mendalam. Menjadi duta besar bukanlah akhir, melainkan awal dari pengabdian besar di panggung global atas nama Merah Putih.