<p>Karyawan melayani nasabah di gerai salah satu cabang Bank Mandiri, di Jakarta, Selasa, 6 April 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Kontraksi Ekonomi Menipis, Kredit Perbankan Ditaksir Positif Kuartal II-2021

  • Menipisnya kontraksi ekonomi Indonesia ke level 0,74% pada kuartal I-2021 memberikan optimisme pertumbuhan penyaluran kredit perbankan kuartal II-2021.

Industri

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Menipisnya kontraksi ekonomi Indonesia ke level 0,74% pada kuartal I-2021 memberikan optimisme pertumbuhan penyaluran kredit perbankan kuartal II-2021.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah menaksir penyaluran kredit perbankan bisa tumbuh ke level positif dibandingkan dengan kuartal I-2021 yang masih kontraksi 3,77% year on year (yoy).

“Pasti membaik ya, saya perkirakan sudah mulai positif ya walaupun masih tipis, kira-kira sampai 1 persen,” kata Piter pada TrenAsia.com, Rabu 5 Mei 2021.

Sebagai industri yang responsif terhadap perkembangan perekonomian, Piter optimistis dengan penyaluran kredit kuartal berikutnya. Apalagi, dengan berbagai insentif kredit serta suku bunga acuan yang rendah akan ikut mendorong permintaan.

Sejalan dengan data regulator, Otoritas Jasa Keuangan sejatinya telah melaporkan pertumbuhan kredit perbankan sebesar Rp77,3 triliun secara month to month (mtm) pada Maret 2021. Pertumbuhan bulanan tersebut merupakan yang tertinggi sejak 11 bulan terakhir.

Nilai kredit perbankan pada Maret 2021 mencapai Rp5.496,4 triliun. Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan Februari 2021 senilai Rp5.419,14 triliun. Perolehan pada Februari juga membaik dari kinerja Januari 2021 sebesar Rp5.397,2 triliun.

“Itu salah satu hasil dari bank melakukan penurunan suku bunga dasar kredit (SBDK) sebagai respons penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI),” ujar Piter.

Faktanya, per Februari 2021 SBDK telah turun 171 bps yoy. Penurunan SBDK tersebut terutama terjadi pada kelompok bank milik negara yang turun sebesar 266 bps yoy menjadi sebesar 8,70%, lebih besar dibandingkan penurunan SBDK kelompok bank lainnya.(RCS)