
Dulu Merugi, Kini COIN Panen Laba! Apa Rahasianya?
- PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) catat laba Rp25,5 miliar pada semester I-2025, berbalik dari rugi tahun lalu. Lonjakan ini didorong pendapatan besar dan prospek cerah industri aset digital di Indonesia.
Tren Ekbis
JAKARTA, TRENASIA.ID – Emiten penyedia layanan aset digital, PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN), mencatatkan kinerja impresif sepanjang paruh pertama 2025. Hingga akhir Juni 2025, COIN berhasil membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp25,5 miliar. Capaian ini berbalik arah dari kondisi akhir tahun sebelumnya, ketika COIN mencatatkan rugi sebesar Rp1,99 miliar per 31 Desember 2024.
Lompatan kinerja ini didorong oleh lonjakan pendapatan yang signifikan. Hingga semester I-2025, pendapatan COIN tercatat sebesar Rp113,14 miliar, melonjak 88 kali lipat dibandingkan posisi akhir 2024 yang hanya Rp600 juta.
Namun demikian, kenaikan pendapatan ini juga diiringi dengan peningkatan tajam pada pos beban umum dan administrasi. Per Juni 2025, beban tersebut tercatat mencapai Rp90,5 miliar, naik drastis dari posisi akhir tahun sebelumnya sebesar Rp2,58 miliar.
Industri Kripto Makin Prospektif
Kinerja cemerlang COIN juga mencerminkan cerahnya prospek industri aset digital di Indonesia. Berdasarkan Global Crypto Adoption Index 2024, kawasan Asia Tengah, Asia Selatan, dan Oseania menempati posisi terdepan dalam adopsi kripto di tingkat akar rumput (grassroots crypto adoption).
Indonesia sendiri mencatat lonjakan signifikan dalam indeks tersebut, naik dari peringkat ke-7 pada 2023 menjadi peringkat ke-3 pada 2024. Kenaikan ini menunjukkan bahwa potensi pertumbuhan industri aset kripto di Tanah Air sangat besar.
Hingga Desember 2024, jumlah investor kripto di Indonesia telah mencapai 22,91 juta, dengan rata-rata pertambahan 400.000 pelanggan baru setiap bulan. Di saat yang sama, volume transaksi aset kripto menembus angka Rp650,61 triliun sepanjang 2024, terdorong oleh reli harga Bitcoin yang mencapai rekor tertinggi menjelang akhir tahun.
Data dari BAPPEBTI dan DataIndonesia.id menunjukkan bahwa jumlah investor kripto di Indonesia meningkat 25,5% dibandingkan tahun sebelumnya, memperlihatkan tren pertumbuhan yang konsisten sejak 2020.
Sejumlah faktor mendukung tren ini, mulai dari pertumbuhan kelas menengah muda dengan daya beli yang meningkat, hingga meningkatnya kesadaran akan peluang investasi alternatif di tengah volatilitas ekonomi. Antusiasme terhadap akses investasi global, kondisi inflasi yang fluktuatif, serta depresiasi mata uang rupiah turut menjadi katalis pertumbuhan minat terhadap aset kripto.
Tak kalah penting, kebijakan pemerintah yang relatif akomodatif terhadap inovasi aset digital ikut menciptakan ekosistem yang kondusif untuk pertumbuhan industri ini ke depan.