
Bebas dari Pajak Hiburan, Berapa Sih Biaya Main Golf di Jakarta?
- Di tengah polemik pajak olahraga, golf jadi sorotan. Simak sejarahnya, biaya mainnya, dan kenapa ia tak masuk kategori hiburan.
Tren Leisure
JAKARTA – Kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta soal pengenaan pajak hiburan 10% terhadap sejumlah cabang olahraga populer menuai kontroversi di tengah masyarakat. Kegiatan seperti padel, tenis, hingga yoga kini dikategorikan sebagai jasa hiburan yang harus dikenakan pajak daerah. Pengenaan pajak ini membuat publik mempertanyakan keadilan regulasi tersebut, terutama karena olahraga lain yang identik dengan kaum elite seperti golf tidak dikenakan pajak hiburan serupa.
Pertanyaan tersebut akhirnya dijawab oleh Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung. Dalam pernyataannya, Pramono menegaskan bahwa olahraga golf tidak dibebaskan dari pungutan negara. Hanya saja, jenis pajaknya berbeda. Golf, kata dia, telah dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 11 persen karena tergolong dalam jasa kena pajak menurut Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).
"Golf itu sudah kena PPN 11 persen. Jadi tidak serta-merta tidak dipungut pajak. Bedanya, kalau padel dan jenis olahraga lain yang masuk kategori hiburan diatur dalam pajak daerah, golf masuk kategori pajak pusat," ujar Pramono saat diwawancarai di Balai Kota Jakarta, Rabu 9 Juli 2025.
Pernyataan tersebut sekaligus menjawab keraguan publik mengenai apakah pemerintah bersikap adil dalam menetapkan pajak terhadap kegiatan olahraga. Namun, penjelasan itu belum cukup meredam kritik yang berkembang. Pasalnya, kegiatan seperti yoga, lari komunitas, hingga sewa lapangan tenis, yang selama ini digemari oleh kalangan menengah, sekarang akan dikenakan tambahan beban biaya, sementara golf yang secara umum lebih mahal, tetap berjalan seperti biasa dengan skema pajak yang sudah berlangsung lama.
Di luar polemik soal regulasi, pertanyaan lanjutan yang muncul adalah: sebenarnya, berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk bermain golf?
Rincian Biaya Bermain Golf di Jakarta
Bermain golf memang bukan kegiatan murah. Namun biaya yang dibayarkan oleh pemain bukan semata untuk sewa lapangan, melainkan paket lengkap yang mencakup berbagai layanan dan fasilitas. Di sejumlah lapangan golf ternama di Jakarta dan sekitarnya, biaya bermain bervariasi tergantung hari, waktu, dan status keanggotaan pemain.
Untuk pemain non-member yang bermain di akhir pekan, total biaya yang harus disiapkan bisa mencapai Rp1,5 juta hingga Rp2,5 juta per satu kali main (18 hole). Sementara pada hari kerja, biaya bisa lebih rendah di kisaran Rp900 ribu hingga Rp1,5 juta. Harga tersebut umumnya sudah termasuk beberapa komponen utama.
Pertama adalah green fee, yaitu biaya utama untuk menggunakan lapangan. Green fee bervariasi, tetapi bisa mencapai Rp800 ribu–Rp1,2 juta per orang di akhir pekan. Kedua adalah caddie fee, yang merupakan bayaran untuk asisten pemain di lapangan. Tarifnya berkisar antara Rp200 ribu–Rp400 ribu, tergantung klub. Ketiga adalah golf cart fee, yakni biaya sewa mobil golf yang umumnya dibagi berdua dengan rekan main. Biaya ini sekitar Rp150 ribu–Rp300 ribu per pemain.
Di luar itu, pemain juga biasanya memberikan tip kepada caddie secara langsung, dengan kisaran Rp100 ribu–Rp200 ribu. Jika dijumlahkan, total biaya satu kali main untuk pemain reguler yang bukan anggota klub bisa menembus Rp2 juta lebih, terutama pada akhir pekan.
Adapun bagi mereka yang menjadi anggota (member) sebuah klub golf, biaya per main bisa lebih murah karena sudah termasuk dalam paket keanggotaan yang dibayar tahunan. Namun biaya keanggotaan itu sendiri tidak murah. Di beberapa klub golf eksklusif seperti Pondok Indah Golf, Royale Jakarta Golf Club, atau Damai Indah Golf, biaya registrasi awal bisa mencapai ratusan juta rupiah, belum termasuk iuran tahunan dan minimum spending untuk fasilitas klub seperti restoran dan toko perlengkapan.
Selain komponen langsung, pemain golf juga biasanya mengeluarkan biaya tambahan untuk perlengkapan pribadi. Sepatu golf, sarung tangan, bola, dan set tongkat golf berkualitas bisa menambah pengeluaran mulai dari jutaan hingga puluhan juta rupiah.
Golf: Dari Skotlandia ke Indonesia
Golf dikenal sebagai salah satu olahraga tertua yang memiliki akar sejarah panjang. Versi modern dari olahraga ini berasal dari Skotlandia abad ke-15, ketika para bangsawan menggunakan tongkat melengkung untuk memukul bola kecil ke lubang yang telah ditentukan. Golf kemudian berkembang menjadi olahraga resmi dengan aturan yang lebih sistematis pada abad ke-18, dan menyebar ke seluruh dunia seiring dengan meluasnya pengaruh kolonial Inggris.
Di Indonesia, golf masuk pada masa kolonial Belanda, bersamaan dengan pembangunan infrastruktur perkotaan dan kawasan elite. Klub golf tertua di Indonesia adalah Jakarta Golf Club (Batavia Golf Club) yang berdiri sejak 1872, menjadikannya salah satu klub golf tertua di Asia. Saat itu, golf hanya dimainkan oleh kalangan pejabat kolonial dan kaum elite Eropa.
Seiring waktu, olahraga ini mulai dikenal lebih luas di kalangan masyarakat Indonesia, terutama pada era 1970–an ke atas, ketika pembangunan kawasan golf komersial seperti Pondok Indah, Cengkareng, dan Damai Indah Golf mulai marak. Meski masih identik dengan kalangan berduit, golf perlahan menjadi simbol prestise dan jejaring sosial yang penting, terutama di kalangan pengusaha dan birokrat.