Logo Allo Bank - Panji 2.jpg
Tren Pasar

BBRI dan BBHI Menguat di Tengah Kasus Korupsi, Waktunya Jual atau Beli?

  • Saham BRI dan Allo Bank menguat di tengah isu korupsi. Apa kata analis? Dan bagaimana sikap terbaik buat investor pemula?

Tren Pasar

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Saham dua emiten perbankan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) mencatat penguatan meskipun tengah dihadapkan pada isu dugaan korupsi pengadaan mesin Electronic Data Capture (EDC) di BRI. 

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) baru-baru ini menetapkan lima tersangka dalam perkara tersebut yang terjadi pada periode 2020–2024. Dalam keterangan resminya, Direktur Penyidikan KPK Asep Guntur Rahayu mengungkapkan bahwa salah satu tersangka adalah mantan Wakil Direktur Utama BRI, Catur Budi Harto (CBH), serta Indra Utoyo, Direktur Utama Allo Bank yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI. 

“Tersangka lainnya adalah Dedi Sunardi (DS), SEVP Manajemen Aktiva dan Pengadaan BRI, serta dua pihak swasta yakni Elvizar dari PT Pasifik Cipta Solusi (PCS) dan Rudi Suprayudi (RSK) dari PT Bringin Inti Teknologi,” jelas Asep, Rabu 9 Juli 2025.

KPK menduga proyek pengadaan mesin EDC senilai Rp2,1 triliun menimbulkan potensi kerugian negara hingga Rp744 miliar atau sekitar 30% dari total anggaran. Kerugian terdiri dari skema sewa senilai Rp505 miliar dan pembelian langsung senilai Rp241 miliar.

Meski diwarnai kasus, saham BBRI dan BBHI menunjukkan pergerakan positif. Pada perdagangan Kamis 10 Juli 2025), saham BBRI dibuka naik 0,54% ke level Rp3.700 per saham dari penutupan sebelumnya di Rp3.680. Hingga pukul 09.50 WIB, saham BBRI menguat hingga 2,72% ke Rp3.780 per saham, dengan volume transaksi mencapai 93,71 juta lot senilai Rp354,7 miliar.

Sementara itu, saham BBHI dibuka di zona hijau pada Rp945 dan sempat menyentuh level Rp1.000 atau menguat 6,95% pada pukul 09.56 WIB. Volume perdagangan BBHI tercatat sebesar 2,98 juta lot dengan nilai transaksi Rp2,96 miliar.

Rekomendasi BBRI

Mengutip data Bloomberg, mayoritas analis tetap optimistis terhadap prospek BBRI meski diterpa isu hukum. Dari 38 analis yang mengulas saham ini, 32 analis memberikan rekomendasi “buy”, 5 analis menyarankan “hold”, dan 1 analis merekomendasikan “sell.”

Target konsensus harga saham BBRI saat ini berada di kisaran Rp4.820 per saham, mengindikasikan potensi kenaikan (upside potential) sekitar 27,6% dari harga saat ini.

Samuel Sekuritas dalam riset terbarunya menyebutkan bahwa fundamental BBRI tetap solid didukung oleh pertumbuhan kredit segmen mikro dan transformasi digital yang agresif. Meski ada risiko jangka pendek dari sentimen negatif kasus korupsi, pengaruhnya dinilai terbatas secara fundamental terhadap kinerja bank.

Mandiri Sekuritas juga mempertahankan rekomendasi overweight untuk saham BBRI, dengan alasan struktur dana murah (CASA) yang kuat serta margin bunga bersih (NIM) yang stabil. Kinerja semester I-2025 juga dinilai akan tetap tumbuh dobel digit secara tahunan (YoY).

Analisis Saham BBHI

Berbeda dengan BBRI, saham BBHI masih dipandang spekulatif oleh beberapa analis. Mirae Asset Sekuritas belum merekomendasikan “buy” dan menilai harga saham BBHI saat ini sudah cukup premium dibandingkan dengan kinerja keuangannya yang masih dalam tahap konsolidasi.

Namun demikian, Ciptadana Sekuritas mencatat bahwa BBHI memiliki peluang jangka panjang dari kolaborasi ekosistem digital yang dibangun bersama Bukalapak dan Salim Group. Meski terimbas nama Dirut dalam kasus, analis menilai peran operasional belum tentu terganggu karena proses hukum masih berjalan.

Kendati tersandung kasus dugaan korupsi pengadaan EDC, saham BBRI tetap dipandang positif oleh mayoritas analis karena didukung fundamental yang kuat. Saham BBHI turut menguat, tetapi analis masih berhati-hati menilai prospek jangka pendeknya. Investor disarankan mencermati perkembangan proses hukum sambil tetap fokus pada kinerja operasional masing-masing bank.

Kalau Saham Pilihan Kena Kasus, Harus Bagaimana? Ini Tips Buat Investor Pemula

Kasus dugaan korupsi seperti yang terjadi di BRI dan Allo Bank bisa bikin bingung, apalagi buat investor pemula. Di satu sisi, ada ketakutan harga saham akan anjlok. Di sisi lain, justru sahamnya malah naik. Jadi, apa yang harus dilakukan?

Berikut beberapa langkah yang bisa kamu pertimbangkan:

1. Jangan Panik, Lihat Dulu Dampaknya

Saat ada kabar buruk, reaksi pertama investor sering kali panik. Tapi buat investor jangka panjang, penting banget untuk tahan diri dan menganalisis dampaknya secara rasional. Tanya ke diri sendiri:

Apakah masalah ini langsung mengganggu operasional inti perusahaan? Apakah hanya menyangkut oknum atau sistemnya rusak? Contohnya kasus BRI, meskipun ada dugaan korupsi, analis menilai model bisnis dan kekuatan pasar BRI tidak terganggu.

2. Pantau Reaksi Pasar dan Rekomendasi Analis

Lihat bagaimana pasar merespons. Jika sahamnya justru naik, bisa jadi pasar melihat kasusnya “tidak terlalu mengkhawatirkan” atau malah sudah diperhitungkan sebelumnya (priced in).

Selain itu, ikuti update riset dari sekuritas. Kalau mayoritas analis masih kasih rekomendasi “buy” seperti pada BBRI, itu sinyal bahwa secara fundamental masih kuat.

3. Lihat Laporan Keuangan dan Kinerja Terbaru

Kabar negatif seringkali bersifat sementara. Tapi kinerja keuangan menunjukkan realita yang lebih objektif. Cek pendapatan, laba bersih, pertumbuhan kredit, hingga rasio NPL (kredit macet). Kalau angkanya tetap sehat, kamu bisa lebih tenang.

4. Hindari Jual Rugi Gegara Panik

Kalau kamu beli sahamnya untuk jangka panjang, dan yakin bisnisnya tetap solid, hindari jual rugi hanya karena takut. Ingat, harga saham selalu naik turun. Tapi keputusan jual atau tahan harus berdasarkan analisis, bukan emosi.

5. Diversifikasi itu Wajib

Jangan taruh semua dana di satu emiten. Kasus seperti ini mengingatkan kita bahwa diversifikasi penting banget. Kalau salah satu saham kena masalah, portofolio kamu tetap aman karena ada penyangga dari saham-saham lain.