
3 Tips Aman dari Serangan Siber untuk Anak Muda
- Penjahat siber kini menyasar siapa saja, termasuk anak muda. Simak tiga langkah bertahan di era digital dari Ardi Sutedja K., pakar keamanan siber, agar kamu tetap aman dan kritis di dunia online.
Tren Leisure
JAKARTA – Di era serba online, serangan tidak hanya datang dalam bentuk virus komputer atau peretasan sistem besar. Kini, setiap pengguna internet bisa menjadi target kejahatan digital, termasuk anak muda yang aktif di media sosial dan dunia digital.
Ardi Sutedja K., pakar keamanan siber dan pendiri Indonesia Cyber Security Forum, menggambarkan dunia digital sebagai "hutan belantara yang gelap dan tak berujung" yang dipenuhi predator. “Di setiap sudut, predator mengintai, bukan harimau atau ular, tapi penjahat siber bersenjatakan teknologi canggih," tulis Ardi dalam keterangan resmi, Senin 30 Juni 2025.
Agar kamu tidak tersesat dan menjadi korban di dunia digital, berikut tiga langkah penting untuk memperkuat pertahanan diri di era siber.
1. Bangun Imunitas Digital lewat Literasi
Kemampuan membaca dan memahami konten digital bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan. Banyak jebakan online yang dikemas rapi: mulai dari phishing, hoaks, iklan palsu, hingga penipuan donasi bermodus bencana.
Ardi menekankan pentingnya edukasi digital sebagai benteng pertama pertahanan diri:
“Mulailah dengan memahami dasar-dasar keamanan siber. Ikuti webinar gratis dari Kominfo, baca panduan BSSN, atau gunakan fitur verifikasi fakta di platform media.”
Anak muda juga bisa berperan aktif mengedukasi keluarga di rumah, misalnya dengan membantu orang tua mengenali pesan WhatsApp mencurigakan, atau menjelaskan cara membedakan akun asli dan palsu di media sosial.
2. Biasakan Sikap Skeptis dan Waspada
Saat menerima pesan berisi penawaran hadiah, kerja sama bisnis mendadak, atau tautan mencurigakan, jangan langsung klik. Sikap skeptis adalah bagian dari pertahanan digital.
“Pasang aturan praktis: 'Jika terlalu bagus untuk jadi kenyataan, mungkin itu jebakan',” ujar Ardi.
Selalu verifikasi konten atau pesan melalui sumber resmi sebelum menyebarkannya. Ini penting agar kamu tidak ikut menjadi bagian dari rantai penyebaran hoaks dan penipuan online.
3. Gunakan Teknologi untuk Melindungi Diri
Langkah teknis sederhana juga bisa sangat efektif dalam menjaga keamanan digital. Gunakan password yang kuat dan berbeda untuk setiap akun, aktifkan autentikasi dua faktor (2FA), dan manfaatkan VPN saat mengakses jaringan publik.
Pastikan perangkat lunak di laptop atau ponselmu selalu diperbarui. Dan bila pernah mengalami penipuan digital, jangan malu untuk berbagi cerita dan melapor ke pihak berwenang. Ceritamu bisa menyelamatkan banyak orang dari jebakan serupa.
“Hutan siber tak akan hilang, tapi kita bisa belajar navigasinya,” tulis Ardi dalam penutup esainya. Tantangan utama anak muda hari ini bukan lagi menghindari teknologi, melainkan menggunakannya secara cerdas, sadar, dan kritis.
Mulailah dari langkah kecil: periksa ulang pengaturan privasi media sosial, diskusikan berita viral secara kritis bersama teman atau keluarga, dan ikut komunitas literasi digital. Dalam dunia yang makin kompleks, kewaspadaan kolektif bisa menjadi cahaya yang menuntun kita menuju ruang digital yang lebih aman dan manusiawi.