Tawarkan Dividen 85% dan DNA Berbasis AI, Ini 5 Fakta Menarik IPO Superbank (SUPA)
- Selain menawarkan potensi imbal hasil tinggi, Superbank yang didukung konsorsium Grab, Singtel, dan Emtek ini juga mengusung keunggulan strategi perbankan berbasis kecerdasan buatan (AI)

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) bersiap melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham SUPA pada 17 Desember 2025. Bank digital di bawah naungan Grup Emtek ini membawa proposisi nilai yang unik, memadukan kekuatan ekosistem raksasa teknologi dengan kebijakan dividen yang agresif.
Langkah IPO ini bukan sekadar pencarian dana, melainkan pembuktian model bisnis bank digital yang didukung konsorsium strategis global. Dengan target dana hingga Rp3,06 triliun, Superbank berambisi memperkuat posisinya di pasar keuangan digital Indonesia yang kompetitif.
Berikut adalah 5 fakta kunci dan daya tarik strategis di balik IPO Superbank, mulai dari dukungan investor kakap, strategi berbasis kecerdasan buatan, hingga komitmen pengembalian nilai kepada pemegang saham.
1. Dukungan Konsorsium Raksasa Teknologi
Transformasi Superbank dari Bank Fama didukung oleh pemegang saham pengendali yang kuat. Grup Emtek masuk pada 2021, disusul Grab dan Singtel pada 2022, serta KakaoBank pada 2023. Kolaborasi ini membentuk konsorsium strategis yang memperkuat posisi bank dalam persaingan industri.
Sinergi ini memberikan akses langsung ke basis pengguna ekosistem yang masif. Integrasi dengan Grab dan OVO memungkinkan Superbank menjangkau segmen pasar underbanked secara efisien, yang terbukti dari lonjakan jumlah nasabah hingga mencapai 5 juta orang dalam waktu singkat sejak peluncuran aplikasi.
2. DNA Berbasis Kecerdasan Buatan (AI)
Keunggulan kompetitif Superbank terletak pada adopsi teknologi. Prospektus menyebutkan bahwa bank ini memiliki DNA berbasis kecerdasan buatan (AI). Teknologi ini digunakan untuk mendorong inovasi produk, skalabilitas tinggi, serta efisiensi operasional melalui pengelolaan biaya yang lebih cerdas dan organisasi yang ramping (lean).
Strategi usaha perseroan berfokus pada siklus kredit berbasis AI. Penggunaan machine learning dan big data dari multi-ekosistem memungkinkan bank melakukan penilaian risiko yang lebih akurat, mempercepat proses persetujuan kredit, dan menawarkan produk personalisasi yang relevan dengan kebutuhan nasabah.
3. Kebijakan Dividen Agresif hingga 85%
Salah satu daya tarik utama bagi investor adalah kebijakan dividen. Manajemen Superbank berkomitmen membagikan dividen tunai setelah IPO, dengan rasio pembayaran (payout ratio) maksimal hingga 85% dari laba bersih tahun berjalan. Angka ini tergolong tinggi untuk ukuran bank digital yang sedang bertumbuh.
Namun, realisasi pembagian ini tetap mempertimbangkan kondisi keuangan. Syarat utamanya adalah perusahaan harus mencatatkan saldo laba positif. Faktor lain seperti kebutuhan permodalan, rencana ekspansi, dan kepatuhan regulasi juga akan menjadi pertimbangan direksi sebelum memutuskan besaran dividen setiap tahunnya.
4. Lonjakan Kinerja Fundamental 2025
Strategi digital-first terbukti efektif mendongkrak kinerja. Hingga kuartal III-2025, Superbank membukukan laba sebelum pajak Rp80,9 miliar. Pendapatan bunga bersih (NII) tumbuh 176% YoY menjadi Rp1,1 triliun, didorong oleh aktivitas transaksi harian yang meningkat lebih dari 40% dibanding kuartal sebelumnya.
Indikator keuangan lainnya juga solid. Penyaluran kredit tumbuh 84% YoY menjadi Rp9,04 triliun, sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) meroket 203% menjadi Rp9,8 triliun. Efisiensi membaik drastis dengan Cost to Income Ratio (CIR) turun ke 70,14%, dan kualitas aset terjaga dengan NPL net 1,21%.
5. Struktur Penawaran dan Penggunaan Dana
Dalam IPO ini, Superbank melepas 4,40 miliar saham baru (13%) dengan harga penawaran Rp525–Rp695. Potensi dana segar yang diraih mencapai Rp3,06 triliun. Aksi ini dikawal oleh empat penjamin emisi: Mandiri Sekuritas, CLSA, Trimegah, dan Sucor Sekuritas.
Dana hasil IPO akan difokuskan untuk ekspansi bisnis inti. Sekitar 70% dana dialokasikan untuk modal kerja penyaluran kredit, sementara 30% sisanya untuk belanja modal pengembangan teknologi informasi. Masa penawaran umum perdana dijadwalkan berlangsung pada 10–15 Desember 2025.

Alvin Bagaskara
Editor
