TAPG Raup Laba di Tengah Penurunan Produksi, Ini Rahasianya
- TAPG mencatat kenaikan laba bersih 51,4% YoY di kuartal III-2025 meski produksi dan volume penjualan CPO turun. Phintraco Sekuritas turunkan rekomendasi ke Hold usai target harga tercapai.

Alvin Bagaskara
Author


Nampak seorang petani tengah melakukan panen tanaman kelapa sawit di kawasan Bogor Jawa Barat, Kamis 28 Mei 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
(Istimewa)JAKARTA, TRENASIA.ID – Emiten kelapa sawit, milik konglomerat TP Rachmat, PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) mencatatkan kinerja yang anomali pada kuartal III-2025. Di satu sisi, aktivitas operasional dan volume penjualan Crude Palm Oil (CPO) mengalami penurunan. Namun di sisi lain, perseroan justru berhasil mencatatkan kenaikan laba bersih yang signifikan.
Laba bersih TAPG tercatat sebesar Rp986 miliar pada kuartal III-2025, tumbuh 10,9% secara kuartalan (QoQ) dan 51,4% secara tahunan (YoY). Kinerja bottom line yang solid ini terjadi di tengah penurunan pendapatan segmen CPO yang terkoreksi 5,1% (QoQ) menjadi Rp2,24 triliun.
Anomali ini memicu Phintraco Sekuritas untuk menurunkan rekomendasinya. Analis Aditya Prayoga dalam laporannya yang dipublikasikan pada Rabu, 29 Oktober 2025, mengubah rekomendasi dari "Buy" menjadi "Hold" dengan target harga Rp1.700, seiring target harga yang telah tercapai.
1. Tekanan di Sisi Operasional dan Produksi
Kinerja TAPG yang moderat pada kuartal III-2025 dipengaruhi oleh penurunan produksi internal. Volume Tandan Buah Segar (TBS) yang diproses tercatat turun 12,2% QoQ menjadi 958 ribu ton, akibat pelemahan aktivitas panen.
Efek domino dari pelemahan ini menyebabkan produksi CPO dan Palm Kernel (PK) terkoreksi masing-masing 12,6% QoQ dan 14,8% QoQ. Volume penjualan CPO juga ikut turun 7,3% QoQ menjadi 156,4 ribu ton, yang menekan pendapatan segmen utama.
Segmen Palm Kernel (PK) dan Palm Kernel Oil (PKO) juga menunjukkan moderasi. Pendapatan PK turun 9,4% QoQ menjadi Rp315 miliar, sementara PKO melemah 27,4% QoQ menjadi Rp127 miliar, sejalan dengan penurunan volume dan harga jual (ASP).
2. Kunci Profitabilitas: Disiplin Biaya
Meskipun pendapatan tertekan, kunci profitabilitas TAPG terletak pada disiplin biaya yang ketat. Biaya pokok penjualan (COGS) berhasil ditekan turun 8,8% QoQ menjadi Rp1,61 triliun pada kuartal III-2025, lebih dalam dari penurunan pendapatannya.
Penurunan COGS ini terutama didukung oleh efektivitas perseroan dalam menekan biaya bahan baku. Biaya bahan baku tercatat turun 20,7% QoQ menjadi Rp976 miliar, sejalan dengan berkurangnya volume pembelian TBS eksternal.
Dengan disiplin biaya yang terjaga, margin laba kotor (GPM) justru meningkat menjadi 40,4% pada kuartal III-2025, dibandingkan 38,9% pada kuartal sebelumnya. Ini menunjukkan kemampuan manajemen dalam mengelola biaya secara efektif.
3. Pendorong Laba Bersih
Margin yang tetap solid ini juga tercermin pada bottom line. Margin laba bersih menguat signifikan menjadi 36,5% dari sebelumnya 30,8% di kuartal kedua. Penguatan ini didukung oleh dua faktor non-operasional yang signifikan.
Pertama, adanya peningkatan kontribusi dari entitas asosiasi sebesar Rp294 miliar, atau naik 7,9% secara kuartalan. Kedua, terjadi penurunan beban keuangan yang sangat drastis, yaitu sebesar 89,2% secara kuartalan (QoQ).
4. Prospek Jangka Panjang Tetap Solid
Phintraco Sekuritas meyakini prospek jangka panjang TAPG masih positif. Hal ini didukung oleh struktur umur tanaman yang relatif muda, dengan rata-rata usia 14 tahun, yang memberikan potensi stabilitas output produksi di masa depan.
Selain itu, upaya perseroan untuk mempercepat program replanting (penanaman kembali) juga dinilai akan menjadi penopang keberlanjutan output dalam jangka menengah. Ini merupakan langkah strategis untuk menjaga produktivitas kebun.
Rencana pembangunan pabrik kelapa sawit baru di Kalimantan Timur juga dinilai sebagai langkah antisipasi manajemen. Pabrik baru ini disiapkan untuk mengolah potensi peningkatan produksi seiring bertambahnya tanaman yang akan memasuki usia produktif.
5. Alasan di Balik Penurunan Rekomendasi
Meskipun fundamental jangka panjang dinilai solid, Phintraco Sekuritas menurunkan rekomendasi dari "Buy" menjadi "Hold" dengan target harga Rp1.700. Penurunan ini dilakukan murni karena target harga sebelumnya telah tercapai oleh pergerakan saham.
Kendati demikian, Phintacro tetap menyukai TAPG, namun mencermati adanya penurunan produksi pada kuartal III-2025. "Kami mencermati penurunan produksi pada 3Q25 serta potensi tekanan lanjutan pada output di 4Q25 akibat kondisi cuaca," tutup Aditya.

Alvin Bagaskara
Editor
