Resep IHSG Hari Ini Menurut Analis: Antara Kepanikan dan Data Ekonomi
- IHSG anjlok akibat demo, tapi berhasil rebound berkat fundamental ekonomi yang kokoh. Simak analisis lengkap dari Pilarmas Sekuritas.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Pasar saham Indonesia bergerak liar seperti roller coaster pada perdagangan hari ini, Senin, 1 September 2025. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat anjlok hingga 3,5% pada awal sesi, merespons gejolak sosial dan politik yang sedang memanas di dalam negeri.
Namun, di tengah kepanikan tersebut, IHSG secara dramatis berhasil memangkas penurunannya. Indeks berhasil rebounddan ditutup hanya melemah 0,76% ke level 7.770,982 pada akhir sesi pertama, menunjukkan adanya perlawanan kuat dari pasar.
Menurut analisis dari Pilarmas Sekuritas, pasar kini berada di tengah pertarungan antara sentimen negatif politik melawan data ekonomi yang positif. Lantas, seberapa kuat 'benteng' pertahanan ini dan bagaimana investor harus menyikapinya? Mari kita bedah tuntas.
1. Guncangan Awal: Pasar Panik Akibat Gejolak Politik
Pemicu utama dari anjloknya IHSG di awal sesi adalah kekhawatiran investor terhadap memanasnya situasi sosial dan politik. Gelombang demonstrasi lanjutan yang menyuarakan ketidakpuasan terhadap elite politik menjadi sentimen negatif utama yang menekan pasar.
“Pasar masih khawatir akan ada demontrasi lanjutan,” tulis riset Pilarmas, menjelaskan bahwa isu stabilitas politik dan keamanan adalah faktor yang sangat sensitif bagi para pelaku pasar, baik domestik maupun asing yang berinvestasi di Indonesia.
Kekhawatiran inilah yang memicu aksi jual di awal perdagangan, di mana saham-saham seperti VOKS, UANG, dan COIN menjadi korban. Para investor terlihat berbondong-bondong keluar dan masuk dalam jajaran top losers pada sesi pagi hari ini.
2. Benteng Pertahanan dari Fundamental Ekonomi
Di tengah kepanikan tersebut, rilis serangkaian data ekonomi domestik terbaru menjadi 'benteng pertahanan' yang menopang IHSG. Pilarmas menyoroti bahwa data-data ini memberikan gambaran bahwa kondisi ekonomi dalam negeri sebenarnya masih bertumbuh dan sangat solid.
Indeks Manufaktur Indonesia tercatat berekspansi ke level 51,5 pada Agustus, neraca perdagangan Juli kembali mencatatkan surplus US$4,18 miliar, dan inflasi Agustus tetap terkendali di 2,31%. Ini adalah sinyal-sinyal kesehatan ekonomi yang sangat positif.
Data ini menopang pertumbuhan perekonomian nasional yang berkelanjutan. “Dan ini tentunya akan memberikan katalis positif dan meredakan di pasar keuangan dalam negeri sehingga akan mampu menahan koreksi indeks IHSG,” jelas Pilarmas.
3. Sentimen Eksternal yang Penuh Ketidakpastian
Di luar sentimen domestik, pasar global juga diwarnai oleh ketidakpastian. Pilarmas menjelaskan bahwa indeks saham Asia secara umum melemah, salah satunya terpengaruh oleh putusan pengadilan banding di AS yang menyatakan sebagian besar tarif timbal balik Trump adalah ilegal.
Keputusan ini justru menciptakan ketidakpastian baru mengenai arah kebijakan perdagangan AS ke depan. “Dengan tenggat waktu banding tersebut, tentunya ini memberikan ketidakpastian terkait tarif timbal balik Presiden Donald Trump,” jelas riset tersebut.
Di sisi lain, ada sedikit kabar baik dari meredanya tensi antara India dan China. Para pemimpin kedua negara menegaskan kembali bahwa mereka adalah mitra, bukan rival, setelah pertemuan bilateral dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Shanghai Cooperation Organisation.
4. Rekomendasi Analis di Tengah Gejolak
Di tengah kondisi pasar yang sedang bergejolak ini, Pilarmas Sekuritas memberikan satu rekomendasi spesifik bagi para trader yang berani mengambil peluang. Saham tambang PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dinilai menarik untuk strategi beli.
Secara teknikal, IHSG kini diprediksi akan bergerak mendekati area support penting di kisaran 7.800–7.840. Area ini diperkirakan akan menjadi penahan pertama bagi tekanan jual yang sedang berlangsung di pasar.
Rekomendasi untuk saham BRMS adalah buy dengan support dan resistance di level 470 – 505. Ini memberikan panduan teknikal yang jelas bagi para pelaku pasar yang ingin memanfaatkan volatilitas di sesi kedua perdagangan.

Alvin Bagaskara
Editor
