Indikator Bahaya Tahun 2026, Buffett Soroti Shiller CAPE dan Risiko Koreksi
- Shiller CAPE ratio menyentuh level 40, sinyal pasar mahal menurut Warren Buffett. Investor disarankan menahan diri, memanfaatkan koreksi, dan fokus pada saham berkualitas.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Warren Buffett, investor legendaris dan CEO Berkshire Hathaway, kembali menjadi sorotan pasar. Selama hampir enam dekade, Buffett berhasil mencetak return rata-rata 20% per tahun, jauh melampaui kinerja indeks S&P 500 yang hanya sekitar 10% per tahun.
Strategi Buffett sederhana namun konsisten, membeli perusahaan berkualitas tinggi dengan harga wajar dan tetap tenang ketika pasar panik atau euforia. Kesabaran dan disiplin inilah yang membuatnya menjadi legenda di dunia investasi.
Namun, bahkan bagi Buffett, tantangan investasi kini semakin berat. Ia mengakui sulit menemukan peluang yang benar-benar menarik karena banyak saham sudah dinilai terlalu mahal.
Fenomena ini menjadi pertanda bahwa pasar saham sedang berada pada kondisi valuasi tinggi, membuat investor harus lebih selektif dalam memilih instrumen investasi.
Baca juga : Gelar RUPSLB, OCBC Setujui Perubahan Anggaran Dasar dan Pergantian Komisaris
Seiring persiapan pensiun sebagai CEO Berkshire Hathaway yang akan digantikan Greg Abel pada Januari 2026, Buffett menunjukkan perubahan strategi signifikan.
Selama 12 kuartal berturut-turut, ia lebih banyak menjual saham daripada membeli. Dampaknya, kas Berkshire membengkak mencapai US$ 381 miliar, rekor tertinggi sepanjang sejarah perusahaan.
Langkah ini bukan tanpa alasan, Buffett sengaja menahan diri dari pembelian saham karena harga saat ini dianggap terlalu tinggi. Ia menegaskan, menumpuk kas ketika pasar mahal adalah strategi bijak untuk menghindari risiko penurunan nilai investasi.
Indikator Bahaya Tahun 2026
Salah satu indikator yang menjadi sorotan Warren Buffett adalah Shiller CAPE ratio, rasio harga saham terhadap laba rata-rata 10 tahun yang sudah disesuaikan inflasi.
Tahun 2025–2026, rasio ini mencapai level 40, level yang hanya pernah terjadi sekali sepanjang sejarah pasar saham Amerika Serikat. Angka setinggi ini menandakan bahwa saham-saham saat ini relatif overvalued, atau harganya jauh melebihi nilai fundamental perusahaan.
Menurut Buffett, rasio CAPE yang tinggi menjadi sinyal peringatan bagi investor, ketika pasar berada di valuasi ekstrem, risiko koreksi meningkat.
Historisnya, setiap kali Buffett menumpuk kas saat pasar mahal, koreksi biasanya menyusul dalam waktu dekat. Sebagai contoh, pada periode 2016-2017, Berkshire Hathaway menahan pembelian saham besar-besaran karena valuasi tinggi.
Beberapa bulan kemudian, pasar saham sempat terkoreksi, meski kemudian pulih dan melanjutkan tren kenaikan jangka panjang.
Meski demikian, Buffett menekankan bahwa koreksi bukanlah akhir dunia finansial. Pasar saham bersifat siklikal, dan penurunan sementara adalah bagian alami dari dinamika pasar.
Baca juga : Mengenal Taman Nasional Tanjung Puting, Benteng Terakhir Orangutan
Investor yang tetap disiplin, tidak terburu-buru membeli saham overpriced, dan fokus pada strategi jangka panjang cenderung mendapatkan hasil yang lebih baik.
Indikator ini juga memberi pelajaran penting, bukan sekadar “jangan beli saat mahal”, tetapi manfaatkan momen koreksi sebagai peluang. Investor dengan kas atau likuiditas yang siap dapat membeli saham berkualitas dengan harga lebih wajar ketika pasar menyesuaikan diri.
Buffett sendiri mencontohkan hal ini berulang kali dalam sejarahnya, menumpuk kas saat pasar tinggi, lalu membeli saat harga menjadi masuk akal.
Selain CAPE ratio, Buffett juga melihat faktor-faktor lain seperti tingkat suku bunga, inflasi, dan sentimen investor. Kombinasi indikator ini membantu menilai apakah pasar sedang euforia, normal, atau mendekati titik risiko tinggi.
Tahun 2026, sinyal dari Shiller CAPE ratio mengingatkan investor untuk lebih berhati-hati, tapi bukan berarti harus panik. Koreksi bisa menjadi kesempatan strategis bagi mereka yang sabar dan disiplin.

Amirudin Zuhri
Editor
