Di Balik Pendapatan US$1,3 Triliun Apple dari App Store, Ada 6 Fakta Mengejutkan Ini
- Studi ini dilakukan oleh Analysis Group, sebuah firma yang memiliki rekam jejak panjang bekerja sama dengan Apple dalam kasus-kasus hukum untuk menyajikan data dari sudut pandang yang menguntungkan perusahaan.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA - Apple baru saja merilis laporan fantastis yang menunjukkan para pengembang menghasilkan US$1,3 triliun melalui ekosistem App Store sepanjang tahun 2024. Namun, di balik angka triliunan dolar ini, ada banyak detail menarik yang mengubah cara kita memandang App Store.
Penting untuk dicatat, data ini berasal dari studi yang didanai langsung oleh Apple. Studi ini dilakukan oleh Analysis Group, sebuah firma yang memiliki rekam jejak panjang bekerja sama dengan Apple dalam kasus-kasus hukum untuk menyajikan data dari sudut pandang yang menguntungkan perusahaan.
- Target Laba Medco Energi (MEDC) 2025 Direvisi Turun, Efek Penundaan Proyek Hilirisasi
- OECD Kembali Downgrade Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI, Sentimen Domestik Jadi Sumber Tekanan
- Pasar Optimistis The Fed Pangkas Suku Bunga, IHSG Naik Meski Asing Jualan
1. Angka Fantastis: US$1,3 Triliun dalam Setahun
Angka US$1,3 triliun ini tidak mencerminkan pendapatan Apple, melainkan total aktivitas ekonomi yang mengalir melalui platformnya. Bagi Apple, angka ini adalah alat komunikasi strategis untuk menunjukkan bahwa mereka adalah "mesin pencipta peluang" bagi pengembang, sebuah narasi penting untuk melawan tuduhan praktik monopoli yang sedang gencar dihadapinya di seluruh dunia.
2. Bukan Aplikasi yang Jadi Jagoan, Tapi Pesan Antar Makanan
Fakta yang paling mengejutkan adalah bahwa kontributor terbesar, yakni lebih dari US$1 triliun, datang dari penjualan barang dan jasa fisik. Ini membuktikan bahwa App Store telah berevolusi dari sekadar toko aplikasi menjadi sebuah gerbang utama menuju ekonomi riil, seperti layanan transportasi, pesan-antar makanan, dan belanja online.
3. Rincian Pendapatan Lainnya
Selain jasa fisik, pendapatan ini ditopang oleh iklan dalam aplikasi (US$150 miliar) dan penjualan barang digital (US$131 miliar). Ironisnya, meskipun penjualan digital merupakan porsi terkecil, segmen inilah yang paling vital bagi pendapatan langsung Apple, karena di sinilah komisi kontroversial sebesar 15-30% diterapkan.
4. Klaim Apple: 90% Bebas Komisi
Apple menekankan bahwa 90% dari total transaksi tersebut bebas komisi. Klaim ini secara teknis benar karena mereka tidak memotong pendapatan dari jasa fisik dan iklan. Namun, para kritikus melihat ini sebagai strategi cerdik untuk mengalihkan perhatian dari komisi tinggi yang dikenakan pada segmen digital, satu-satunya area di mana mereka memiliki kontrol absolut untuk menarik biaya.
5. Pertumbuhan Meledak Sejak 2019
Laporan ini menunjukkan bahwa total nilai transaksi telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2019. Pertumbuhan ini didorong oleh percepatan adopsi digital sejak pandemi, yang telah mengubah perilaku konsumen secara global dan menjadikan perangkat Apple sebagai pusat kendali untuk berbagai aktivitas sehari-hari.
6. Tembok Mulai Runtuh: Apple Dipaksa Berubah
Di balik semua kesuksesan ini, "taman berdinding" Apple mulai retak akibat tekanan hukum. Kekalahan dari Epic Games di AS dan penerapan Digital Markets Act (DMA) di Eropa kini memaksa Apple untuk mengizinkan opsi pembayaran alternatif. Ini adalah langkah awal yang signifikan menuju era baru yang berpotensi menantang model bisnis dan kendali absolut Apple atas ekosistemnya.

Amirudin Zuhri
Editor
