Antrean IPO EMAS Menggila, Apa yang Sebenarnya Dijual Selain Mimpi?
- Antrean IPO EMAS tembus 500 ribu investor. Di balik euforia, perusahaan masih merugi. Lalu apa yang sebenarnya dijual selain mimpi Proyek Pani?

Alvin Bagaskara
Author


Presiden Direktur MDKA Albert Saputro memberikan pemaparan pada public expose usai pelaksanaan RUPST dan RUPSLB MDKA di Jakarta, Selasa, 25 Mei 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
(Istimewa)JAKARTA, TRENASIA.ID – Hari ini, Jumat, 19 September 2025, menjadi hari penentuan bagi para investor yang ingin ikut serta dalam Penawaran Umum Perdana (IPO) PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS). Antusiasme pasar ternyata luar biasa, di mana antrean pemesanan di platform e-IPO dilaporkan telah tembus 500.000 pihak.
Perang memperebutkan saham ini sontak menjadi sorotan utama, mengingat IPO ini digadang-gadang akan menjadi yang terbesar tahun ini dengan target dana Rp4,65 triliun. Namun, di balik euforia ini, ada sebuah paradoks yang sangat tajam: perusahaan ini ternyata masih terus membukukan kerugian.
Fenomena ini tentu memicu pertanyaan besar: kenapa investor begitu bernafsu 'berebut' saham dari perusahaan yang fundamentalnya masih 'berdarah-darah'? Lantas, apa yang sebenarnya mereka beli? Mari kita bedah tuntas.
1. Jualan Mimpi Harta Karun Emas Pani
Jawaban utamanya adalah, investor tidak ditawari keuntungan saat ini, melainkan 'mimpi' atau potensi masa depan dari aset utamanya: Proyek Emas Pani. Berlokasi di Gorontalo, tambang ini digadang-gadang akan menjadi salah satu tambang emas primer terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Pasifik.
Proyek ini diperkirakan memiliki kandungan lebih dari 7 juta ons emas dengan umur tambang yang bisa mencapai puluhan tahun. Inilah aset kelas dunia yang menjadi 'harta karun' sesungguhnya, yang nilainya akan coba 'dibuka' (unlock value) melalui proses IPO ini.
2. Prospek Emas yang Menjanjikan
Keyakinan perusahaan ini juga didukung oleh prospek harga emas global yang sangat cerah. Dalam prospektusnya, perusahaan mengutip laporan dari CRU Consulting yang memproyeksikan harga emas akan terus meningkat dalam jangka pendek hingga menengah.
Dua pendorong utamanya adalah permintaan emas yang kuat dari bank-bank sentral di seluruh dunia dan tantangan pasokan dari tambang global yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 2026. Kombinasi ini menciptakan skenario yang sangat positif bagi harga emas.
CRU Consulting bahkan memproyeksikan harga emas rata-rata bisa mencapai US$3.729 per troy ounce pada tahun 2029. Prospek inilah yang menjadi 'bensin' utama di balik keyakinan perusahaan untuk maju dengan IPO di tengah kondisi keuangannya saat ini.
3. Realita Saat Ini
Namun, investor perlu menyadari realita saat ini. Merdeka Gold Resources belum mencatatkan keuntungan. Sepanjang tahun 2024, perusahaan membukukan rugi bersih US$12,7 juta, membengkak dari rugi US$6,83 juta pada 2023.
Tren ini berlanjut hingga kuartal pertama 2025. Rugi bersih periode berjalan tercatat sebesar US$9,21 juta, semakin dalam dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya rugi US$4,17 juta. Ini adalah risiko yang harus dipertimbangkan.
4. Siapa Sultan di Balik IPO?
Di balik kinerja yang masih merugi ini, ada deretan nama 'sultan' atau investor kawakan yang memberikan kepercayaan diri bagi pasar. Setelah IPO, MDKA akan tetap menjadi pemegang saham mayoritas dengan porsi 62,01%.
Selain itu, akan ada nama-nama besar seperti Winato Kartono yang akan menggenggam 9,18% saham, dan Garibaldi 'Boy' Thohir sebesar 6,14%. Kehadiran para investor strategis inilah yang menjadi jaminan bagi prospek jangka panjang perusahaan.
5. Apa Artinya Ini Bagi Investor?
Bagi investor, IPO Merdeka Gold Resources adalah sebuah investasi high-risk, high-reward. Anda tidak membeli kinerja masa lalu, melainkan bertaruh pada potensi masa depan dari Proyek Emas Pani dan tren kenaikan harga emas global.
Antrean yang membludak mengindikasikan adanya potensi oversubscribed yang tinggi, artinya penjatahan yang akan didapat investor ritel kemungkinan sangat kecil. Saham EMAS akan resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada Selasa, 23 September 2025.

Alvin Bagaskara
Editor
