Merasa Sudah Hemat? 5 Kebiasaan Ini Diam-Diam Bikin Dompet Terkuras
- Tidak semua cara berhemat itu tepat. Kenali 5 kebiasaan hemat yang justru bikin keuangan boncos dan pelajari cara menghindarinya.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Di tengah kondisi ekonomi yang menantang dan biaya hidup yang terus meningkat, semakin banyak orang berusaha keras menerapkan berbagai cara untuk berhemat. Mulai dari memangkas pengeluaran, mencari harga termurah, hingga menunda sejumlah keperluan dianggap sebagai langkah bijak untuk menjaga stabilitas keuangan.
Namun, kenyataannya tidak semua strategi yang terlihat “hemat” benar-benar efektif menyelamatkan dompet. Tanpa disadari, ada kebiasaan yang tampak cerdas secara finansial tetapi justru menggerogoti keuangan perlahan, baik karena menguras waktu, tenaga, maupun menimbulkan biaya lebih besar di kemudian hari.
Agar tidak terjebak dalam ilusi penghematan, penting untuk memahami bahwa menghemat bukan hanya soal mengeluarkan uang sesedikit mungkin, melainkan memastikan setiap pengeluaran memberikan manfaat optimal.
Dengan begitu, Anda dapat memilah mana kebiasaan yang benar-benar menguntungkan dan mana yang justru merugikan dalam jangka panjang. Dilansir dari laman New Trader U, Selasa, 5 November 2025, berikut lima kebiasaan “hemat” yang tampaknya masuk akal, tetapi sebenarnya bisa membuat keuangan semakin bocor.
Baca juga : Pilwalkot New York: Zohran Mamdani, Obama dan Kemenangan Gemilang
1. Berkeliling ke Banyak Toko demi Diskon Kecil
Mencari harga termurah memang menggoda, apalagi jika terpampang tulisan “Diskon Besar!” di etalase. Namun, sering kali biaya yang dikeluarkan untuk mengejar potongan harga justru lebih tinggi daripada nilai diskonnya.
Bayangkan seseorang yang menghabiskan dua jam waktu dan Rp50.000 untuk bensin hanya demi potongan harga Rp40.000. Hasil akhirnya? Bukannya hemat, justru tekor.
2. Terlalu Sibuk Mengejar Kupon dan Barang Gratis
Banyak orang bangga berhasil mengumpulkan kupon belanja atau cashback besar. Namun, jika kupon itu mendorong pembelian barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan, maka sama saja dengan pemborosan terselubung.
Beberapa orang bahkan rela menghabiskan hingga 20 jam per minggu untuk berburu promo, waktu yang bisa digunakan untuk kegiatan yang lebih produktif. Hemat bukan berarti harus mendapatkan semua yang gratis. Kadang, yang benar-benar hemat adalah tahu kapan harus berhenti.
3. Menunda Perawatan demi “Menghemat”
Banyak yang berpikir, menunda perbaikan rumah, kendaraan, atau kesehatan bisa menghemat uang. Padahal, kebiasaan ini justru menimbulkan biaya yang lebih besar di kemudian hari.
Aturan praktisnya, sisihkan 2–6% dari pendapatan untuk biaya perawatan rutin. Perawatan kecil hari ini bisa mencegah kerusakan besar esok hari. Sama seperti tubuh, keuangan juga butuh “cek kesehatan” secara berkala agar tidak kolaps mendadak.
Baca juga : Tesla Ingin Musk Digaji Rp16.724 Triliun, akankah Pemegang Saham Setuju?
4. Terlalu PD Mengerjakan Semua Sendiri
Gairah DIY (do it yourself) memang menyenangkan, terutama saat ingin menghemat biaya jasa profesional., tpi tidak semua hal bisa dilakukan sendiri. Kesalahan kecil saat memperbaiki pipa atau kabel listrik, misalnya, bisa berujung kerusakan besar dan biaya berlipat.
DIY sebaiknya hanya dilakukan untuk hal-hal yang benar-benar dikuasai. Untuk urusan kompleks, seperti perbaikan rumah atau kendaraan, lebih aman dan efisien menyerahkannya pada ahlinya.
5. Menahan Semua Kesenangan Kecil
Banyak orang menafsirkan hidup hemat sebagai meniadakan semua bentuk kesenangan, tidak ngopi, tidak makan di luar, tidak berlibur. Namun, menekan diri secara berlebihan justru bisa menimbulkan stres dan memicu “balas dendam finansial” di kemudian hari.
Keseimbangan adalah kuncinya, fokuslah untuk berhemat pada pengeluaran besar seperti cicilan atau tagihan, tapi tetap beri ruang bagi kesenangan kecil agar hidup tetap terasa manusiawi. Menikmati secangkir kopi di kafe bukan dosa finansial, selama kamu tahu batasnya.
Pada akhirnya, hemat sejati bukan soal memangkas semua pengeluaran, melainkan tentang memilih mana yang bernilai dan mana yang tidak. Dengan memahami perbedaan antara “hemat cerdas” dan “hemat yang keliru”, kita bisa menjaga keuangan tetap sehat tanpa kehilangan kualitas hidup.

Muhammad Imam Hatami
Editor
