Tren Leisure

Kesuksesan CORTIS Cermin Selera Baru Pasar K-Pop

  • Boy group CORTIS tengah mengubah dinamika pasar K-pop sesuai dengan ambisi yang mereka usung. Dengan melepaskan diri dari formula idol konvensional dan memperkenalkan diri sebagai “young creator crew,” strategi yang diterapkan CORTIS terbukti efektif
Boy group CORTIS.
Boy group CORTIS. (x.com/cortis_bighit)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Boy group CORTIS tengah mengubah dinamika pasar K-pop sesuai dengan ambisi yang mereka usung. Dengan melepaskan diri dari formula idol konvensional dan memperkenalkan diri sebagai “young creator crew,” strategi yang diterapkan CORTIS terbukti efektif.

CORTIS resmi debut pada September 2025 lewat album perdana berjudul “Color Outside the Lines.” Grup ini menjadi boy group baru pertama yang diluncurkan BigHit Music, anak perusahaan HYBE dalam enam tahun sejak debut BTS dan Tomorrow X Together (TXT).

Bahkan sebelum debut resminya, CORTIS telah menarik perhatian besar, baik dari kalangan industri maupun publik, hanya karena statusnya sebagai boy group BigHit Music.

Mengingat jejak BTS dan TXT, ekspektasi terhadap grup idola bergaya BigHit Music yang sudah dikenal pun tinggi. Namun, CORTIS justru mematahkan ekspektasi tersebut dengan menghadirkan konsep serta arah yang sepenuhnya berbeda dari grup-grup pendahulunya.

Sebagaimana tercermin dalam nama grupnya, yang diambil dari enam huruf secara tidak beraturan dari frasa “Color Outside the Lines” nilai utama CORTIS adalah kebebasan. Sejalan dengan makna berpikir bebas di luar standar dan aturan yang ditetapkan dunia, grup ini memilih untuk membedakan diri melalui musik dan penampilan yang segar daripada mengikuti formula yang sudah mapan.

Di antara berbagai upaya barunya, yang paling mencolok adalah identitasnya sebagai“young creator crew.” Sejak awal, para anggota CORTIS, Martin, James, Juhoon, Seonghyeon, dan Keonho, telah menekankan identitas ini alih-alih menyebut diri mereka sebagai grup idol, dengan menekankan proses penciptaan kolektif dalam musik, koreografi, hingga konten visual.

Semua anggota tercantum dalam album debut, berpartisipasi secara luas dalam pembuatan koreografi, dan bahkan berperan sebagai co-sutradara video musik resmi, yang membedakan mereka dari grup K-pop pendatang baru pada umumnya.

Dilansir dari Forbes, mereka tidak terpaku pada label tertentu, sebaliknya, mereka didefinisikan oleh cerita yang mereka sampaikan melalui musik, penampilan, dan videografi mereka. Inilah alasan di balik nama CORTIS yang berasal dari frasa “Color Outside the Lines,” yang menggambarkan kebebasan berekspresi kreatif mereka dan upaya mereka untuk mendobrak batasan sosial.

Beberapa anggota bahkan telah menunjukkan kemampuan luar biasa dan portofolio yang mengesankan meski masih berusia muda.

Martin, pemimpin grup yang berusia 17 tahun, telah menulis, menggubah, dan memproduksi sejumlah lagu K-pop populer, di antaranya “Magnetic” milik ILLIT, “Deja Vu” dan “Beautiful Strangers” dari TXT, serta “Pierrot” milik LE SSERAFIM.

Boy group CORTIS. (x.com/cortis_bighit)

Sementara, anggota tertua James yang berusia 20 tahun juga aktif menulis dan menggubah lagu untuk berbagai artis, serta menciptakan beberapa gerakan koreografi ikonik dari “Deja Vu” milik TXT dan “Magnetic” dari ILLIT. Kelima anggota CORTIS pun terlibat langsung dalam proses penciptaan musik mereka sendiri, termasuk koreografi dan konsep video.

Dilansir dari The Korea Herald, tekad grup ini untuk tidak mengikuti tren maupun formula standar juga terlihat jelas dalam pengaruh musik yang mereka usung. CORTIS merangkul gaya eksperimental seperti psychedelic rock yang berkembang pesat pada era 1960-an, serta experimental soul yang menembus berbagai batas genre, menegaskan komitmen mereka dalam membangun identitas yang unik dan berbeda.

Hasilnya sukses. Album debut yang menampilkan “warna khas CORTIS” melalui keterlibatan mendalam para anggota di seluruh proses produksi ini dengan cepat menarik perhatian pasar musik, baik di dalam negeri maupun internasional.

Color Outside the Lines” berhasil menduduki peringkat pertama penjualan minggu pertama di antara grup rookie yang debut tahun ini, serta melampaui total penjualan 1,06 juta kopi dalam waktu sekitar tiga bulan sejak dirilis, sehingga meraih status jutaan kopi terjual.

Lagu pembuka album, “Go!” juga masuk ke tangga lagu harian, mingguan, dan bulanan Melon, sebuah pencapaian yang hanya diraih CORTIS di antara grup rookie tahun ini.

Kesukseskan popularitas grup ini juga menarik perhatian dari luar negeri. Majalah musik Amerika Serikat Rolling Stone dan media musik dan budaya global tmrw magazine menyebut CORTIS sebagai “bentuk baru grup K-pop yang tidak dibatasi oleh konvensi.” 

Tak hanya itu, mereka memuji boy group tersebut karena mampu menonjolkan energi mentah dan sensibilitas yang kasar, alih-alih kesempurnaan rapi yang selama ini menjadi ciri khas K-pop.

Berkat apresiasi tersebut, album debut CORTIS berhasil menembus Billboard 200 di peringkat ke-15, menegaskan eksistensi mereka di pasar global. Yang lebih mencolok, lebih dari tiga bulan setelah perilisannya, album tersebut kembali masuk ke Billboard 200, menandakan momentum yang terus berlanjut.

Para pengamat industri menilai pertumbuhan pesat CORTIS sebagai cerminan dari kebutuhan dan arah baru pasar K-pop saat ini.

Sebagai bagian dari gelombang baru artis K-pop muda ini, CORTIS memang terasa lebih kebarat-baratan atau global dibandingkan kebanyakan grup pendatang baru. Hal ini mungkin disebabkan oleh keberagaman beberapa anggotanya seperti Martin berdarah campuran Korea dan Kanada.

James berdarah campuran Tionghoa dan Thailand. Juhoon bersekolah di sekolah internasional di Korea. Sebagian besar dari mereka fasih berbahasa Inggris. Belum lagi, dampak dan pengaruh musik dan artis Barat pada industri K-pop secara umum, dengan grup ini bekerja sama erat dengan produser dan penulis lagu Amerika.

Namun CORTIS tetap menganggap diri mereka sebagai K-pop karena hubungan dekat mereka dengan penggemar dan banyaknya genre yang berasal dari K-pop.