Tren Leisure

Anda Workaholic? Ini Ciri dan Cara Menyembuhkannya

  • JAKARTA – Istilah “gila kerja” pertama kali digunakan pada 1971 oleh psikolog Wayne Oates. Dia mendefinisikannya sebagai suatu keharusan atau kebutuhan yang tidak terkendali untuk bekerja tanpa henti. Sejak itu, psikolog dan peneliti kesehatan mental berdebat tentang definisi tersebut. Meskipun ini bukan gangguan yang dapat didiagnosis secara resmi dalam edisi baru Manual Diagnostik dan Statistik […]

<p>Ilustrasi workaholic. Dok: Pexels.</p>

Ilustrasi workaholic. Dok: Pexels.

(Istimewa)

JAKARTA – Istilah “gila kerja” pertama kali digunakan pada 1971 oleh psikolog Wayne Oates. Dia mendefinisikannya sebagai suatu keharusan atau kebutuhan yang tidak terkendali untuk bekerja tanpa henti.

Sejak itu, psikolog dan peneliti kesehatan mental berdebat tentang definisi tersebut.

Meskipun ini bukan gangguan yang dapat didiagnosis secara resmi dalam edisi baru Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5), satu hal yang jelas: Kecanduan kerja (workaholic) adalah kondisi kesehatan mental yang sangat nyata dan dapat berdampak sangat nyata pada kehidupan masyarakat.

“Kecanduan kerja adalah kondisi kompleks ketika seseorang mengembangkan ketergantungan psikologis, emosional, dan sosial pada pekerjaan,” tutur Matt Glowiak, konselor profesional klinis berlisensi di Illinois, dilansir Healthline.

Dia menyebut kecanduan kerja adalah hal yang kronis dan progresif.

Dr. Brian Wind, psikolog klinis dan kepala petugas klinis di pusat perawatan kecanduan, mengatakan orang dengan kecanduan kerja sering kali bekerja secara kompulsif dengan mengorbankan aspek lain dalam hidup mereka.

“Mereka bekerja berjam-jam bahkan ketika tidak diperlukan, mengorbankan tidur untuk menyelesaikan pekerjaan, dan menjadi paranoid atas kinerja pekerjaan mereka. Mereka terobsesi memikirkan cara untuk meluangkan lebih banyak waktu dalam bekerja dan menjadi stres jika mereka berhenti bekerja,” kata Wind.

Jam Kerja Panjang vs Kecanduan Kerja

Kecanduan kerja tidak sama dengan bekerja dalam waktu yang lama. Pada 1998, Amerika Serikat (AS) diyakini memiliki tingkat tertinggi orang yang bekerja lebih dari 50 jam per minggu. Namun, itu tidak berarti AS adalah negara pecandu kerja.

Profesi tertentu mengandalkan jam kerja yang panjang. Hanya karena seseorang memiliki pekerjaan itu, bukan berarti mereka selalu kecanduan dengan pekerjaannya.

Namun, Wind mengatakan budaya AS menghargai orang yang bekerja keras. Artinya, jika kita memang punya masalah, kita mungkin tidak menyadarinya.

“Kita mungkin mendapatkan pujian dan pengakuan dari supervisor dan rekan satu tim, yang mendorong kita bekerja lebih keras tanpa menyadari bahwa kita memiliki kecanduan,” kata Wind.

“Kita mungkin membenarkan perilaku kita dengan mengatakan bahwa kita memiliki ambisi dan bekerja untuk mencapai kesuksesan.”

Jadi, apa perbedaan antara seseorang yang hanya bekerja berjam-jam dan seseorang yang benar-benar gila kerja?

Orang yang kecanduan kerja berjuang untuk melepaskan diri secara psikologis dari pekerjaan, bahkan saat mereka jauh dari kantor.

Masalah Kesehatan

Saat Anda berjuang melepaskan diri dari pekerjaan, Anda merenung. Hal ini, menurut sebuah studi tahun 2012, dapat menyebabkan stres, kecemasan, depresi, dan masalah tidur yang tinggi.

Di bawah stres kronis, tubuh Anda mulai terkena dampak, seperti tekanan darah tinggi dan tingkat kortisol yang tinggi. Ini membuat Anda berisiko lebih besar terkena penyakit kardiovaskular, diabetes, dan bahkan kematian.

Selain itu, kecanduan kerja dapat memengaruhi hubungan Anda, yang mengarah pada kesendirian, isolasi, dan depresi.

Terkadang, kecanduan kerja dapat muncul bersamaan dengan kondisi kesehatan mental lainnya, seperti gangguan obsesif-kompulsif (OCD) atau gangguan bipolar.

Bisa Disembuhkan

Perawatan bisa dterapkan untuk menyembuhkan kecanduan kerja. Namun, langkah awal adalah Anda harus menyadari lebih dulu bahwa Anda memiliki masalah ini.

“Saya sering memberi tahu klien saya ‘Sulit membaca label dari dalam botol,’” kata Terry McDougall, penulis dan pelatih karier.

“Mereka tidak memiliki jarak yang cukup dari diri mereka sendiri untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Mereka begitu fokus untuk mendapatkan validasi mereka melalui pekerjaan sehingga mereka gagal melihat dampak atas relasi atau kesehatan mereka, ”kata McDougall.

Tindakan mereka bahkan mungkin terkait dengan respons bertahan hidup.

“Seringkali orang yang berprestasi bisa menjadi kecanduan kerja. Itu terjadi karena mereka telah diberi penghargaan selama bertahun-tahun karena menunda kepuasan, dan itu menjadi kebiasaan,” lanjutnya.

Pecandu kerja sering kali tumbuh dalam keluarga pecandu kerja, yang membuat perilakunya tampak normal. Hal itu menjadi nilai yang tertanam dalam dan sulit digoyahkan.

Kecanduan kerja juga bisa berkembang dari trauma karena pekerjaan bisa menjadi mekanisme coping untuk membantu mereka bertahan.

Mekanisme coping berarti menginvestasikan upaya sadar sendiri untuk memecahkan masalah pribadi dan interpersonal. Tujuannya, untuk mencoba menguasai, meminimalkan atau menolerir stres dan konflik.

“[Tetapi] jika trauma tidak teratasi, akan sulit menghentikan perilaku yang mereka jalani untuk mengatasi trauma,” kata McDougall.

Dia mencontohkan seorang kliennya mulai bekerja penuh saat remaja sambil merawat ibu dan saudara perempuannya yang sakit. Saat itu, bekerja adalah kebutuhan untuk memastikan kelangsungan hidupnya


Namun, lama kelamaan dia sendirian dan tetap berkarier. Dia masih memiliki keyakinan mendasar yang sama bahwa dia mungkin tidak akan bertahan jika tidak bekerja terlalu keras.

Setelah Anda menyadari bahwa Anda mungkin memiliki masalah, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mencoba mengembangkan etos kerja yang lebih sehat:

  • Tetapkan ‘waktu berhenti’ bekerja dan mematuhinya

Wind mengatakan cara ini memaksa orang untuk berhenti kerja selama waktu tertentu dan menunggu hingga hari berikutnya untuk memulai bekerja lagi.

“Ini dapat membantu kita menyediakan waktu untuk bersantai dan melepas lelah,” ujarnya.

Juga hentikan sementara pekerjaan untuk makan siang. Memang, bagi orang yang merasakan kebutuhan kompulsif dalam bekerja, berhenti kerja untuk makan siang kerap kali merupakan langkah tersulit.

Namun, cobalah ingat bahwa Anda dapat bekerja lebih cerdas dengan membuat hari kerja Anda lebih pendek.

Seseorang yang kecanduan pekerjaan mungkin cenderung berpikir bahwa waktu menentukan kesuksesan. Kenyataannya adalah jika pekerjaan itu dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat dan lebih efisien, itulah cara yang lebih baik dalam bekerja.

Jadi, menetapkan batasan waktu pada diri sendiri dapat memaksa orang untuk efisiensi kerja.

  • Jadwalkan aktivitas setelah selesai bekerja

Misal, rencanakan jalan-jalan, meditasi, menulis jurnal, atau membuat makan malam setelah bekerja. Wind menuturkan membuat rutinitas dapat membantu memberikan struktur pecandu kerja dan membuat mereka tetap terlibat, meski sebenarnya mereka tidak bekerja.

  • Luangkan waktu untuk teman dan keluarga

Jadwalkan waktu di kalender Anda terlebih dahulu agar Anda tidak lupa. Meluangkan waktu untuk keluarga dan teman akan membantu memperbaiki hubungan dan membantu Anda pulih dari kecanduan kerja.

  • Cari bantuan dari terapis atau konselor

Terapis atau konselor dapat bekerja sama dengan Anda untuk memahami kebutuhan kompulsif Anda dalam bekerja. Mereka juga membantu Anda bekerja untuk meminimalkan efek negatif dari kerja berlebihan.

Jika Anda juga memiliki kondisi kesehatan mental yang terjadi bersamaan, seperti OCD atau gangguan bipolar, mereka dapat membantu mengembangkan rencana perawatan yang sesuai untuk Anda.