Tren Leisure

AI Bikin Mempercepat Pengurangan Pasokan Air Minum

  • Dengan munculnya AI generatif, banyak perusahaan meningkatkan penggunaan air secara besar, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai keberlanjutan praktik tersebut di tengah kelangkaan air global dan tantangan perubahan iklim.
Ilustrasi air.
Ilustrasi air. (freepik.com/@allexxandar)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Ketersediaan air minum di dunia kini menghadapi ancaman serius. Penyebab berkurangnya pasokan air tidak hanya disebabkan oleh kekeringan atau perubahan iklim, tetapi juga dipercepat oleh pesatnya kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI).

Dunia terus bergerak cepat untuk mengintegrasikan kecerdasan buatan ke hampir semua aspek kehidupan. Dengan munculnya AI generatif, banyak perusahaan meningkatkan penggunaan air secara besar, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai keberlanjutan praktik tersebut di tengah kelangkaan air global dan tantangan perubahan iklim.

Melansir dari Forbes, perusahaan teknologi besar telah meningkatkan kebutuhan air mereka secara signifikan untuk mendinginkan pusat data akibat meningkatnya permintaan layanan online dan produk AI generatif.

Laporan menyatakan, setiap kilowatt-jam (kWh) energi yang digunakan untuk mendinginkan server AI, bisa memerlukan hingga 9 liter air.

Selain itu, karena sebagian besar perusahaan teknologi AI berlokasi di Amerika Serikat, penggunaan listrik untuk mengoperasikan pusat data mereka turut memengaruhi konsumsi air. Hal ini dikarenakan banyak pembangkit listrik di AS masih menggunakan sistem termoelektrik, yang membutuhkan air dalam jumlah besar, rata-rata 43,8 liter per kWh.

Melansir dari Bloomberg, setiap kali kamu meminta chatbot AI untuk meringkas dokumen hukum panjang atau membuat gambar seekor tupai kartun dengan kacamata, permintaan tersebut dikirim ke pusat data dan menekan sumber daya yang semakin langka, air.

Pusat data yang menjalankan kecerdasan buatan menggunakan jumlah air yang sangat besar untuk mendinginkan server yang panas, serta secara tidak langsung melalui listrik yang dibutuhkan untuk mengoperasikan fasilitas ini.

Bahkan sebelum ChatGPT diluncurkan pada akhir 2022, masyarakat sudah mengeluhkan pusat data yang menghabiskan jutaan galon air setiap hari dari kota-kota yang pasokannya terbatas. Masalah ini justru semakin memburuk sejak ChatGPT memicu lonjakan penggunaan AI.

Menurut analisis Bloomberg News berdasarkan data dari World Resources Institute dan perusahaan intelijen pasar DC Byte, lebih dari 160 pusat data AI baru telah dibangun di seluruh AS dalam tiga tahun terakhir di wilayah yang menghadapi persaingan tinggi untuk sumber daya air yang terbatas.

Angka ini meningkat 70% dibandingkan periode tiga tahun sebelumnya. Seiring semakin tersebarnya pusat data, daerah dengan tekanan air tinggi justru mengalami pertumbuhan paling pesat.

Perusahaan-perusahaan yang turut mengembangkan pusat data AI seperti Microsoft, Google, dan Meta berjanji untuk mengurangi dampak lingkungan mereka dengan menargetkan pengembalian air lebih banyak daripada yang mereka konsumsi pada tahun 2030 melalui berbagai proyek ekologis. Namun, masih belum jelas bagaimana hal itu bisa tercapai ketika ketersediaan air sendiri terbatas.

Komitmen Google terkait air menyatakan, “Air bersih dan segar adalah salah satu sumber daya paling berharga di Bumi, kami mengambil tindakan segera untuk mendukung keamanan air dan ekosistem yang sehat.”

Diperkirakan pada tahun 2027, konsumsi air industri AI diproyeksikan sekitar 6,6 miliar meter kubik air. Angka ini tergolong sangat besar dan berpotensi memperburuk kelangkaan pasokan air bersih di seluruh dunia.

Menurut Laporan Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, hampir dua pertiga penduduk dunia mengalami kekurangan air yang parah setidaknya selama satu bulan setiap tahunnya. Diperkirakan pada tahun 2030, kondisi ini akan memburuk, dengan hampir setengah populasi masyarakat di dunia menghadapi kelangkaan air yang parah.

Dengan adanya perkiraan kelangkaan air bersih di masa mendatang, para CEO dan anggota dewan perusahaan teknologi disarankan untuk meninjau kembali strategi pengembangan AI mereka.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, pembangunan pusat data AI berpotensi menimbulkan ancaman baru terhadap ketersediaan salah satu sumber daya alam paling penting, yaitu air bersih.

Oleh karena itu, selain mempertimbangkan aspek teknologi dan keuntungan, para pemimpin perusahaan teknologi juga perlu merenungkan dampak yang mungkin timbul terhadap lingkungan dan masyarakat.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan dalam Konferensi Air PBB bahwa air adalah hak asasi manusia dan faktor pembangunan bersama untuk membentuk masa depan yang lebih baik. Namun, air saat ini sedang berada dalam kondisi yang sangat kritis.