Kisah Charina Prinandita Mendirikan Makanan Cepat Saji Eatlah
- Eatlah, namanya sudah tak asing lagi. Makanan cepat saji (fast food) ini didirikan oleh tiga orang, salah satunya Charina Prinandita.

Distika Safara Setianda
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Eatlah, namanya sudah tak asing lagi. Makanan cepat saji (fast food) ini didirikan oleh tiga orang, salah satunya Charina Prinandita.
Charina lahir pada 1 Februari 1988. Diketahui, ia menempuh pendidikan di luar negeri sejak SMA.
Ia menempuh pendidikan di Australian International School Singapore pada tahun 2005-2008, kemudian melanjutkan studi di Raffles Design Institute dengan jurusan Fashion Marketing and Management.
Sebelum membangun bisnis, Charina pernah magang layaknya mahasiswa pada umumnya. Pada tahun 2006 ia bekerja sebagai Accounting Intern di University of New South Wales
Pada tahun 2010, ia mulai bekerja sebagai Relief Assistant Teacher di Australian International School Singapore. Di tahun yang sama, wanita Raffles Design Institute ini memulai karier di dunia fesyen sebagai Freelance Fashion Stylist untuk Jumius Wong selama 10 bulan.
Tahun 2011, Charina menjadi Marketing Intern di Reebonz Pte Ltd, di mana ia mempelajari pemasaran dan pelaksanaan kampanye promosi. Kemudian, ia diangkat menjadi pegawai tetap sebagai Marketing Executive dan bekerja di perusahaan tersebut selama kurang lebih dua tahun.
Eatlah adalah salah satu restoran cepat saji di Indonesia yang menjual rice box berbahan ayam dan dory, dengan beragam pilihan rasa dan porsi yang ditawarkan.
Eatlah bermula dari kerinduan Charina, Riesky Vernandes, dan Michael Veryanto, terhadap masakan Indonesia saat mereka berada di Singapura.
Karena sulitnya menemukan makanan khas Indonesia di luar negeri, mereka memutuskan untuk membuatnya sendiri dengan bahan-bahan seperti ayam, telur, dan saus telur asin. Dari kombinasi ketiga bahan ini, terciptalah hidangan Indonesia yang kemudian dinamai ayam saus telur asin.
Proses bereksperimen untuk menciptakan menu ini tidak mudah, mereka harus mencoba hingga tujuh kali agar menghasilkan rasa yang lezat dan sesuai dengan selera orang Indonesia.

Dari pengalaman tersebut, ketiga owner Eatlah terinspirasi untuk membuka restoran di Jakarta dengan memperkenalkan Chicken Salted Egg ala Singapura.
Eatlah berdiri pada tahun 2016 di Jakarta, dengan modal awal sebesar Rp45 juta. Bahkan Charina berhasil masuk Forbes 30 Under 30 kategori The Arts tahun 2021 karena keberhasilan itu.
Menariknya, modal yang mereka pinjam dari orang tua berhasil dilunasi dalam waktu kurang dari satu tahun menjalankan bisnis Food & Beverage.
Dalam waktu singkat, tak mudah membuat lidah masyarakat Indonesia terbiasan dengan makanan dari Singapura, perlu penyesuaian rasa selama tujuh bulan agar benar-benar cocok dengan selera lokal.
Selain itu, seluruh bahan yang digunakan merupakan bahan lokal khas Indonesia, mulai dari ayam hingga saus berflavor. Kehadiran Eatlah diharapkan dapat menjadi merek lokal yang digemari oleh semua kalangan dan usia.
Awal mula Outlet Eatlah beroperasi dengan menyewa sebuah tempat kecil berukuran sekitar 4x3 meter di Pasar PIK, yang difungsikan sebagai dapur. Dengan modal awal sebesar Rp45 juta, mereka mulai mendaftarkan resto di GoFood.
Awal peluncurannya, Eatlah hanya menjual sekitar 20 boks per hari. Meski begitu, Charina tetap bersyukur karena ada pembeli yang tertarik dengan produknya. Seiring waktu, hidangan ikonik mereka, salted egg chicken, mulai populer.
Eatlah merupakan brand chicken salted egg dengan konsep casual eating, yaitu makan santai di tempat yang nyaman. Konsep ini membantu Eatlah berkembang hingga memiliki 24 gerai yang tersebar di 6 kota.
Popularitas Eatlah juga didukung oleh strategi branding yang menarik. Nama ‘Eatlah,’ yang mudah diingat, dipadukan dengan akhiran khas Singapura ‘lah’ yang unik. Selain itu, kemasan Eatlah terinspirasi dari Chinese Food Box modern yang praktis.

Distika Safara Setianda
Editor
