Tren Global

Kisah Black Wednesday, Kala George Soros Bikin Inggris Krisis Moneter

  • George Soros berhasil mengguncang pondasi Bank of England, meraup keuntungan lebih dari US$1 miliar (Rp16,35 triliun), dan mengubah arah kebijakan moneter Inggris.
images (16).jpg

JAKARTA, TRENASIA.ID - Pada tanggal 16 September 1992, dunia keuangan diguncang oleh sebuah drama yang kemudian tercatat dalam sejarah dengan nama “Black Wednesday”. 

Hari itu, seorang investor asal Hungaria bernama George Soros berhasil mengguncang pondasi Bank of England, meraup keuntungan lebih dari US$1 miliar (Rp16,35 triliun), dan mengubah arah kebijakan moneter Inggris. 

Kisah ini bukan sekadar soal angka dan transaksi valuta asing. Ini adalah kisah tentang intuisi, keberanian, dan filosofi investasi seorang pria yang kemudian dijuluki “The Man Who Broke the Bank of England”.

Untuk memahami Black Wednesday, kita harus melihat ke tahun 1990 ketika Inggris masuk ke dalam European Exchange Rate Mechanism (ERM). Sistem ini mewajibkan negara anggota menjaga nilai tukar mata uang mereka agar tidak melewati batas fluktuasi tertentu terhadap German Mark (DEM), mata uang paling kuat saat itu. 

Inggris masuk dengan kurs £1 = 2,95 DEM. Namun, masalah muncul sejak awal. Inggris sedang berjuang dengan inflasi tinggi dan suku bunga mencapai 15%, sementara Jerman yang baru saja reunifikasi justru menaikkan suku bunga untuk menahan inflasi, membuat Mark makin perkasa. 

Perbedaan fundamental ini membuat banyak analis percaya Pound terlalu mahal (overvalued). Salah satunya adalah George Soros.

Baca juga : Ya Ampun, Gelang Emas Firaun Berusia 3000 Tahun Dicuri dan Dilebur

Black Wednesday

Pada pertengahan September 1992, rumor bahwa Inggris tidak mampu mempertahankan nilai tukarnya semakin kuat. Soros, melalui Quantum Fund, mengambil posisi besar dengan melakukan short selling Pound Sterling. 

Pada pagi hari 16 September, para trader menyerbu Pound. Bank of England mencoba bertahan dengan membeli Pound dalam jumlah besar dan menaikkan suku bunga dari 10% ke 12%. Namun pasar tidak gentar. 

Pada sore hari, Bank of England bahkan berjanji menaikkan suku bunga lagi ke 15%, tetapi upaya ini tetap gagal menghentikan gelombang penjualan. Menjelang malam, tekanan pasar sudah tak tertahankan. Inggris akhirnya mengumumkan keluar dari ERM dan membiarkan Pound jatuh bebas. 

Soros yang sudah memposisikan dana sekitar US$10 miliar (Rp163,5 triliun) meraup keuntungan besar. Begitu Pound runtuh, ia membeli kembali Pound dengan harga lebih rendah, mengembalikan pinjamannya, dan menyimpan selisih sebagai keuntungan bersih.

Dampak yang Menggema

Peristiwa itu menghasilkan pemenang dan pecundang yang jelas. Soros meraup keuntungan lebih dari US$1 miliar (Rp16,35 triliun) hanya dari satu hari perdagangan, sementara Quantum Fund dilaporkan untung sekitar US$2 miliar (Rp32,7 triliun). 

Sebaliknya, pemerintah Inggris menderita kerugian sekitar £3,3 miliar dari cadangan devisa yang habis untuk mempertahankan Pound. Secara politik, peristiwa ini merusak kredibilitas pemerintah Konservatif pimpinan John Major. 

Namun, ironisnya, keputusan keluar dari ERM justru membantu pemulihan ekonomi Inggris karena Pound yang lebih lemah membuat ekspor lebih kompetitif.

Kemenangan Soros di Black Wednesday bukanlah keberuntungan semata. Kondisi tersebut lahir dari filosofi investasinya. Ia selalu menekankan pentingnya mengakui kesalahan lebih cepat daripada orang lain. 

Baca juga : Info Grafis: Nilai Aset Bank BUMN Usai Diguyur Rp200 Triliun

Soros kerap berkata: “I’m only rich because I know when I’m wrong.” Baginya, yang terpenting bukanlah seberapa sering benar, tetapi seberapa besar keuntungan saat benar dan seberapa kecil kerugian saat salah. 

Strateginya juga berbasis pada pendekatan Global Macro, yaitu membaca kondisi politik dan ekonomi global untuk menemukan ketidakseimbangan besar yang bisa dieksploitasi. 

Dalam kasus ini, ia melihat perbedaan fundamental antara ekonomi Inggris dan Jerman mustahil dipertahankan dalam kurs tetap, sehingga menjadi peluang emas untuk menyerang Pound.

Black Wednesday bukan sekadar kemenangan Soros, tetapi juga pelajaran besar dalam dunia keuangan. Peristiwa itu menunjukkan bahwa bahkan bank sentral sekuat Bank of England pun bisa kalah melawan pasar global, terutama ketika kebijakan ekonomi tidak sejalan dengan realitas fundamental.

Bagi Soros, peristiwa ini mengukuhkan namanya dalam sejarah. Sejak saat itu, ia dikenal bukan hanya sebagai investor sukses, tetapi juga sebagai sosok yang mampu mengubah arah sebuah negara hanya dengan strategi finansial.