10 Negara dengan Deforestasi Terbesar di Dunia, RI Masuk
- Data World Resources Institute menunjukkan deforestasi masif di dunia. Rusia, Brasil, Kanada, AS, hingga Indonesia alami kehilangan hutan jutaan hektar.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Di tengah kecemasan global soal iklim, satu kenyataan terus menggelayut seperti kabut asap yang tak kunjung hilang, hutan dunia menyusut dalam skala yang sulit dibayangkan.
Dari Siberia hingga Amazon, dari Kalimantan hingga Australia, tutupan pohon hilang jutaan hektar setiap tahun, menciptakan perubahan lanskap yang terasa dari udara yang kita hirup hingga pola hujan yang kian sulit ditebak.
Berdasarkan data World Resources Institute (WRI) yang dikutip TrenAsia, Senin, 8 Desember 2025, berikut adalah potret lengkap sepuluh negara yang mengalami kehilangan tutupan pohon terbesar pada periode 2001–2024,
1. Rusia – Raksasa Hutan yang Terbakar Senyap
Dengan kehilangan 88,8 juta hektar, Rusia memegang “rekor” yang tak pernah diinginkan negara mana pun. Sekitar 75% hilangnya tutupan pohon berasal dari kebakaran, terutama di hutan boreal yang luasnya amat masif.
Fenomena kebakaran di Siberia, terutama pada tahun 2020 menjadi contoh brutal bagaimana pemanasan global memperpanjang musim kering dan memperbesar intensitas api.
Ironisnya, meski kehilangan besar, beberapa penelitian menunjukkan Rusia justru mengalami pertumbuhan hutan bersih di beberapa wilayah bekas pertanian yang ditinggalkan pasca-runtuhnya Uni Soviet.
2. Brasil – Gundulnya Amazon
Brasil kehilangan 73,3 juta hektar tutupan pohon, sebagian besar akibat ekspansi pertanian dan peternakan sapi. Amazon, yang disebut sebagai paru-paru bumi, menjadi saksi bisu tarik menarik antara tekanan ekonomi dan konservasi.
Awal 2000-an sebenarnya menawarkan secercah harapan setelah kebijakan antideforestasi menurunkan kehilangan hutan secara signifikan. Namun sejak 2010-an tren kembali memburuk.
Tahun 2023 sempat menampilkan perbaikan, tetapi 2024 kembali mencatat lonjakan, dipicu kebakaran yang meluas.
Baca juga : Beli Perak Batangan: Pilih Antam atau Galeri 24? Cek Bedanya
3. Kanada – Ekosistem Remuk
Kanada kehilangan 62,6 juta hektar, kebakaran hutan menjadi penyebab dominan. Kebakaran besar 2023 adalah salah satu yang terparah dalam sejarah negara itu, memicu kehilangan hutan lima kali lebih besar dari tahun sebelumnya.
Meskipun demikian, ilmuwan hutan menilai kerusakan di Kanada bersifat non-permanen karena hutan boreal memiliki kemampuan regenerasi yang kuat. Namun, iklim yang semakin ekstrem mulai menguji ketahanan alami ini.
4. Amerika Serikat – Urbanisasi Berdampak
AS mencatat kehilangan 49,3 juta hektar tutupan pohon. Penebangan adalah penyumbang terbesar, namun kontribusi urbanisasi juga tak kecil, bahkan AS memiliki tingkat kehilangan hutan akibat ekspansi kota tertinggi di dunia, yakni 3,3%.
Tetapi AS juga menjadi negara yang cukup agresif melakukan reboisasi dan silvikultur, membuat sebagian wilayah yang hilang dapat pulih dalam jangka panjang.
5. Indonesia – Ekspansi Sawit
Indonesia kehilangan 32 juta hektar, didorong oleh perkebunan kayu dan kelapa sawit dalam skala besar. Di antara angka tersebut terdapat sejarah panjang kebakaran lahan dari El Niño 1997–1998 hingga bencana asap 2015–2016.
Namun sejak 2017, ada perubahan positif. Kebijakan pengendalian kebakaran dan perlindungan hutan primer menurunkan angka kehilangan secara konsisten.
6. Republik Demokratik Kongo
Negara ini kehilangan 21 juta hektar tutupan pohon, sebagian besar disebabkan pertanian berpindah. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, perpindahan penduduk akibat konflik, dan minimnya infrastruktur energi membuat kawasan hutan menjadi sumber kehidupan yang tak tergantikan.
Lonjakan kehilangan sekitar 2013 sebagian dipengaruhi peningkatan akurasi satelit dan algoritma, namun tekanan nyata di lapangan tetap besar.
Baca juga : Aceh Belum Pulih: Air Bersih Hilang, Pengungsian Penuh, Banyak Wilayah Masih Gelap Gulita
7. China
China telah kehilangan 12,8 juta hektar, terutama karena penebangan. Namun cerita China unik: sejak akhir 1990-an mereka menjalankan proyek reboisasi nasional yang sangat masif.
Hasilnya memang menambah luas tutupan pohon, tetapi banyak yang berupa perkebunan monokultur, sehingga hutan asli justru menyusut. Pertumbuhan hijau secara statistik tidak selalu berarti pemulihan ekosistem secara ekologis.
8. Bolivia
Bolivia kehilangan 9,8 juta hektar, terutama akibat pertanian skala besar dan peternakan sapi. Dalam beberapa tahun terakhir, kebakaran hutan kembali menjadi ancaman besar, bahkan pada 2024 kebakaran menyumbang hampir 60% dari total kehilangan.
9. Malaysia
Malaysia mencatat kehilangan 9,5 juta hektar, sebagian besar dari rotasi perkebunan sawit dan karet yang sudah lama ada. Meski deforestasi primer menurun, selama 2001–2024 Malaysia kehilangan hampir 20% hutan primernya, kerusakan yang jauh lebih sulit dipulihkan.
10. Australia
Australia kehilangan 9,2 juta hektar, didominasi kebakaran dan penebangan. Kebakaran 2019–2020, sering disebut Black Summer menjadi salah satu tragedi ekologis terbesar abad ini, diperkirakan jutaan satwa liar mati dan kawasan hutan luas terbakar.
Hutan eukaliptus memang memiliki kemampuan regenerasi yang unik, namun kombinasi kekeringan panjang + kebakaran berintensitas tinggi membuat banyak area tidak bisa pulih secepat dulu.
Data kehilangan tutupan pohon memang mengerikan, namun bukan tanpa harapan. Banyak negara menunjukkan bahwa kebijakan yang tegas, sistem pemantauan yang canggih, dan keterlibatan masyarakat bisa memperlambat bahkan membalikkan tren kehancuran.

Muhammad Imam Hatami
Editor
