Brimob dalam Sorotan: Insiden 28 Agustus dan Jejak Sejarahnya di Indonesia
- Korps Brimob Polri kembali jadi sorotan usai insiden di Gedung DPR/MPR, 28 Agustus 2025. Simak perjalanan sejarahnya dari masa pendudukan Jepang hingga transformasi menjadi satuan elit Polri.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Korps Brigade Mobil (Brimob) Polri dikenal sebagai salah satu satuan elit yang menjadi garda terdepan negara dalam menghadapi situasi berisiko tinggi, mulai dari konflik bersenjata, penanggulangan terorisme, penjinakan bom, hingga misi kemanusiaan.
Namun, reputasi Brimob kembali jadi sorotan publik setelah insiden tragis pada malam 28 Agustus 2025. Sebuah kendaraan taktis Brimob dilaporkan menabrak dan melindas seorang pengemudi ojek online bernama Affan Kurniawan saat berlangsungnya aksi demonstrasi di sekitar Gedung DPR/MPR, Jakarta.
Peristiwa ini memicu kecaman luas dari masyarakat. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo bersama Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri pun menyampaikan permintaan maaf resmi dan menjanjikan pengusutan tuntas. Proses investigasi disebut akan melibatkan Divisi Propam serta pihak eksternal seperti Kompolnas untuk memastikan transparansi.
Meski demikian, Brimob bukanlah satuan yang hadir begitu saja. Keberadaannya punya akar sejarah panjang sejak masa pendudukan Jepang hingga menjadi unit kebanggaan Polri.
Dari Polisi Istimewa ke Garda Kemerdekaan
Cikal bakal Brimob berawal pada April 1944 ketika pemerintah militer Jepang membentuk Tokubetsu Keisatsu Tai atau Polisi Istimewa. Anggotanya berasal dari polisi pribumi yang dilatih dengan disiplin militer, diasramakan, dan dipersenjatai lengkap.
Tujuan Jepang membentuk satuan ini adalah memperkuat cadangan tempur. Namun, situasi berbalik ketika Jepang menyerah pada Sekutu. Polisi Istimewa justru tampil di garda depan, merebut gudang senjata Jepang dan membagikannya kepada pejuang kemerdekaan.
Momen krusial terjadi 21 Agustus 1945, saat Inspektur Polisi Mochammad Jasin menyatakan Polisi Istimewa bergabung dengan Polisi Republik Indonesia yang baru lahir. Inilah titik awal kiprah kepolisian dalam mempertahankan kemerdekaan.
Lahirnya Mobile Brigade
Pada 14 November 1945, Perdana Menteri Sutan Sjahrir melebur Polisi Istimewa menjadi Mobile Brigade (Mobrig). Satuan ini dirancang sebagai pasukan bergerak cepat menghadapi ancaman militer maupun politik. Tanggal tersebut kini diperingati sebagai hari lahir Brimob.

Dalam usianya yang masih belia, Mobrig langsung terjun di Pertempuran Surabaya 1945. Setelahnya, mereka berperan dalam penumpasan pemberontakan PKI Madiun 1948, gerakan separatis DI/TII, hingga melawan APRA dan RMS.
Reorganisasi besar pada 1959 membuat Mobrig semakin profesional dengan sistem batalyon serta pembentukan pasukan khusus Pelopor (Ranger) yang mahir operasi hutan dan perang gerilya. Mereka terlibat dalam menumpas PRRI dan Permesta yang sempat mengancam keutuhan NKRI.
Transformasi Menjadi Brimob
Perubahan besar berikutnya terjadi pada 14 November 1961, ketika Presiden Soekarno meresmikan Mobrig menjadi Korps Brigade Mobil (Brimob). Brimob juga mendapat Pataka Nugraha Sakanti Yana Utama sebagai bentuk penghargaan.
Pada 1974, Polri membentuk satuan Gegana di bawah Brimob dengan spesialisasi penjinakan bom, anti-teror, dan penanganan ancaman Kimia, Biologi, serta Radioaktif (KBR). Kini, Brimob memiliki dua pilar utama: Gegana yang berfokus pada penanggulangan teror dan bahan berbahaya, serta Pelopor yang menangani pengendalian massa, operasi paramiliter, hingga misi SAR.
Brimob di Medan Operasi
Sejarah panjang Brimob sarat dengan kiprah di berbagai medan, dari Operasi Trikora merebut Irian Barat, Dwikora saat konfrontasi dengan Malaysia, hingga Operasi Seroja di Timor Timur. Di dalam negeri, Brimob kerap diturunkan untuk meredam konflik di Aceh dan Papua, serta menghadapi kerusuhan sosial di berbagai daerah.
Namun, Brimob tidak selalu lekat dengan operasi militer. Mereka juga sering tampil dalam misi kemanusiaan, termasuk evakuasi korban bencana alam, penyelamatan sandera, dan pencarian korban hilang.

Muhammad Imam Hatami
Editor
