33,7 Juta Akun Warga Korsel Bocor, RI Patut Waspada Risiko Serupa
- Data pribadi jutaan pelanggan Coupang bocor, termasuk nama, email, dan nomor telepon. Indonesia perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap keamanan digital.

Muhammad Imam Hatami
Author


Ilustrasi perlindungan kebocoran data dari peretasan. / Pixabay
((Foto: Pixabay))JAKARTA, TRENASIA.ID – Platform e-commerce raksasa Korea Selatan, Coupang, mengonfirmasi terjadi kebocoran data besar-besaran yang berdampak pada sekitar 33,7 juta akun pelanggan. Dalam keterangan resminya, perusahaan menyebut data yang terekspos mencakup nama lengkap, alamat email, nomor telepon, alamat pengiriman, serta sebagian riwayat pesanan.
Coupang memastikan informasi pembayaran seperti data kartu kredit, nomor rekening, hingga kredensial login tidak ikut bocor. Meski begitu, pakar keamanan siber menilai bahwa kebocoran data pribadi dasar saja sudah cukup meningkatkan risiko pelanggan menjadi target kejahatan siber, termasuk serangan phishing, penipuan, dan penyalahgunaan identitas.
Penyelidikan awal menunjukkan bahwa kebocoran ini sangat mungkin dilakukan bukan oleh peretas eksternal, tetapi oleh mantan pegawai Coupang yang memiliki akses internal ke sistem. Mantan pegawai tersebut dilaporkan telah mengundurkan diri dan diduga meninggalkan Korea Selatan setelah insiden terjadi. Akses tidak sah dikabarkan berlangsung sejak sekitar 24 Juni 2025 melalui server luar negeri, sehingga mempersulit deteksi dini.
Aktivitas mencurigakan baru terdeteksi pada 18 November 2025, memicu langkah darurat perusahaan untuk memutus jalur akses dan meningkatkan pengawasan internal. Coupang menyatakan telah menutup celah yang digunakan pelaku serta melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem dan prosedur keamanan mereka.
Dilansir Korean Times, Senin, 1 Desember 2025, meskipun data finansial pelanggan tidak terpengaruh, para pakar menilai kebocoran informasi seperti nama, nomor telepon, dan alamat rumah sudah cukup untuk digunakan dalam berbagai bentuk kejahatan digital.
Pengguna berpotensi lebih rentan menerima email dan SMS palsu yang terlihat seolah-olah berasal dari Coupang, diikuti panggilan telepon yang mencoba menggali informasi tambahan. Regulator dan pakar keamanan di Korea Selatan telah memperingatkan masyarakat agar lebih berhati-hati, terutama terhadap pesan yang meminta data pribadi atau mengarah pada tautan mencurigakan.
Coupang telah mengeluarkan permintaan maaf terbuka kepada pelanggan dan berjanji melakukan langkah-langkah tegas untuk mengamankan sistem mereka. Perusahaan menyatakan akan bekerja sama sepenuhnya dengan pemerintah Korea untuk mengusut insiden ini, termasuk aspek apakah terjadi pelanggaran terhadap aturan perlindungan data pribadi.
Pemerintah Korea Selatan melalui lembaga keamanan siber kini melakukan penyelidikan resmi untuk mengevaluasi kemungkinan adanya kelalaian di pihak perusahaan, terutama terkait pengawasan akses internal dan mekanisme pencegahan penyalahgunaan data oleh pegawai. Insiden ini menjadi peringatan bagi seluruh perusahaan teknologi dan e-commerce untuk memperkuat perlindungan data dan meningkatkan pengawasan internal.
Kondisi e-Commerce Indonesia
Di tengah sorotan global terhadap keamanan data, Indonesia sebagai salah satu pasar e-commerce terbesar di Asia Tenggara juga menghadapi tantangan serupa seiring pertumbuhan pesat pengguna layanan digital.
Survei terbaru Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2025 menunjukkan bahwa Shopee menjadi platform e-commerce paling banyak diakses oleh masyarakat Indonesia, dengan 53,22% pengguna internet rutin mengunjungi platform tersebut.
Posisi berikutnya ditempati oleh TikTok Shop, yang kini menjadi bagian dari Tokopedia dengan total 27,37%, disusul Tokopedia 9,57%, Lazada 9,09%, Blibli 0,29%, dan Facebook Marketplace 0,25%.
Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) memperkirakan jumlah pengguna e-commerce di Indonesia akan mencapai 73,06 juta orang pada 2025, menegaskan potensi pasar yang sangat besar.
idEA juga memperkirakan Shopee menguasai sekitar 38% pangsa pasar e-commerce ritel, disusul Tokopedia sekitar 23%. Data lalu lintas digital juga menunjukkan dominasi Shopee. Pada 2024, platform ini mencatat lebih dari 133 juta kunjungan bulanan, jauh lebih tinggi dibanding pesaing lainnya.
Meski jumlah pelanggan spesifik tiap platform bersifat rahasia perusahaan, laporan keuangan Sea Limited (induk Shopee) maupun GoTo (induk Tokopedia) menjadi rujukan penting untuk membaca skala pengguna aktif dan pergerakan pasar.
Kondisi ini menunjukkan bagaimana tingginya aktivitas digital masyarakat Indonesia turut meningkatkan urgensi perlindungan data pribadi. Dalam konteks kebocoran data Coupang, Indonesia mendapatkan pengingat nyata bahwa keamanan informasi pengguna harus menjadi prioritas utama di tengah pesatnya perkembangan industri e-commerce tanah air.

Muhammad Imam Hatami
Editor
