Tren Global

20 .000 Warga Singapura kena PHK, 50.000 Lowongan Baru Dibuka

  • PHK massal melanda Singapura dengan 20.000 pekerja kehilangan pekerjaan pada 2025. Sektor bergaji tinggi seperti teknologi dan jasa profesional tertekan, sementara pekerjaan bergaji rendah justru tumbuh.
Bendera Singapura
Bendera Singapura (https://unsplash.com/photos/w048LF5WgOM)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Singapura tengah menghadapi gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Data pemerintah Singapura menunjukkan 20.000 pekerja kehilangan pekerjaan hanya dalam sembilan bulan pertama tahun 2025, dengan sektor teknologi dan properti menjadi penyumbang terbesar.

Dilansir Channel NewsAsia (CNA), Selasa, 26 November 2025, tingkat pengangguran nasional Singapura justru tetap berada pada level rendah, yakni sekitar 2%, sementara tingkat pengangguran warga lokal (Warga Negara dan Permanent Resident) bertahan di bawah 3%. 

Pemerintah menilai kondisi ini masih dalam batas stabil, terutama karena pasar tenaga kerja tetap menciptakan 30.000 hingga 50.000 pekerjaan baru sepanjang tahun, termasuk untuk tenaga kerja asing.

Peningkatan PHK terutama terjadi di tujuh sektor utama yang secara kolektif kehilangan 19.800 pekerja. Ironisnya, lapangan kerja baru justru tumbuh lebih cepat di sektor bergaji rendah, seperti konstruksi dan pekerja rumah tangga. Kondisi ini menciptakan ketimpangan baru dalam struktur job market Singapura.

Baca juga : APLN Jaga Kinerja Positif di Kuartal III 2025, Rumah Tapak jadi Penyangga

Sektor Bergaji Tinggi Tertekan

Sejumlah sektor dengan upah tinggi dan biasanya menjadi magnet bagi tenaga kerja berpendidikan tinggi sedang mengalami kontraksi. Sektor-sektor tersebut antara lain Teknologi informasi (IT), Jasa profesional, Perdagangan, Real estat

Khusus sektor real estat, tekanan disebabkan kebijakan pemerintah yang berupaya menekan inflasi harga rumah, sehingga mengurangi aktivitas perusahaan properti dan lembaga terkait.

Meskipun pemerintah dan industri kerap menekankan tingginya permintaan terhadap talenta digital, data pemerintah menunjukkan sektor informasi dan komunikasi kehilangan lebih dari 4.000 pekerja sepanjang 2025, dan total 9.500 pekerja sejak 2024.

Fenomena ini mencerminkan paradoks, perusahaan membutuhkan talenta baru dengan keterampilan modern, tetapi banyak posisi lama dipangkas karena otomatisasi, efisiensi, dan percepatan teknologi seperti AI dan analitik data.

Tren PHK juga dipengaruhi oleh perubahan kompetensi yang kini menjadi fokus perusahaan. Beberapa keahlian yang kini paling dicari meliputi Kecerdasan buatan (AI), Pengembangan dan analisis data, Advanced engineering dan teknologi sistem, Posisi yang tidak relevan dengan kebutuhan baru dianggap out of date dan mudah digantikan oleh teknologi.

Baca juga : Jakarta Resmi Jadi Kota Terbesar di Dunia, Tokyo Turun ke Posisi Ketiga

Dalam dua tahun terakhir, sektor teknologi Singapura kehilangan hampir 10.000 pekerja, menjadikan periode ini salah satu fase tersulit bagi industri digital negara tersebut. Hal ini memunculkan kekhawatiran mengenai ketahanan ekosistem teknologi Singapura yang selama ini menjadi pusat inovasi di Asia Tenggara.

Di tengah berbagai tekanan, sektor keuangan dan asuransi justru mencatat pertumbuhan signifikan dengan menambah 10.300 pekerjaan baru. Namun, tidak semua korban PHK memiliki kompetensi yang sesuai untuk bertransisi ke industri keuangan, sehingga mismatch skill masih menjadi tantangan besar.

Jika tren berlanjut, Singapura berisiko kehilangan basis tenaga kerja terdidik dan profesional, yang selama ini menjadi kunci keberhasilan ekonomi berbasis inovasi.