Tren Ekbis

Tren Pasar Properti Bergeser: Tangerang Resmi Salip Jakarta Selatan Jadi Lokasi Paling Dicari

  • Efek suku bunga BI turun: Pembeli rumah bangkit, Tangerang kini jadi primadona baru salip Jakarta Selatan.
Festival Investasi Properti Berkelanjutan Agung Podomoro.jpg
Ilustrasi hunian berkualitas. (Pexels/Eziz Charyyev)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Pasar properti Indonesia akhirnya mulai mencair setelah dua tahun penuh kehati-hatian. Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) menjadi 4,75% pada September lalu sukses mengembalikan kepercayaan diri para pembeli rumah, yang kini mulai merasakan ringannya cicilan.

Namun, di balik kebangkitan ini, data terbaru dari Rumah123 mengungkap sebuah pergeseran yang sangat signifikan. Tangerang (14,1%) secara resmi telah meny salip Jakarta Selatan (12,7%) sebagai lokasi pencarian rumah terpanas di seluruh Indonesia.

Fenomena ini mengindikasikan adanya pergeseran fundamental dalam perilaku konsumen. Ini bukan lagi sekadar soal harga murah, tetapi soal perpaduan antara infrastruktur baru, gaya hidup hybrid, dan digitalisasi yang mengubah cara orang membeli rumah.

1. Katalis Utama: Efek Psikologis Suku Bunga Turun

Faktor pendorong utama kebangkitan pasar adalah keputusan BI memangkas suku bunga acuan. Langkah ini tidak only berdampak pada angka cicilan, tetapi juga pada aspek psikologis para pembeli yang telah lama menahan diri.

“Turunnya bunga KPR bukan hanya membuat cicilan lebih ringan, tapi juga mengembalikan rasa percaya diri masyarakat untuk mulai membeli properti,” ujar Marisa Jaya, Head of Research Rumah123.

Menurutnya, dalam situasi ekonomi yang kini lebih stabil, momentum seperti ini sangat penting. Sinyal pelonggaran moneter dari bank sentral inilah yang dibutuhkan untuk mendorong pasar properti kembali bergerak.

2. Kenapa Tangerang Menjadi Primadona Baru?

Kenaikan Tangerang sebagai lokasi primadona baru didorong oleh dua faktor utama. Pertama adalah konektivitas infrastruktur yang semakin baik, seperti proyek Tol Serpong–Balaraja dan perluasan jaringan transportasi massal yang terus berlanjut.

Kedua adalah perubahan gaya hidup. Tren work-from-anywhere yang bertahan pasca-pandemi membuat lokasi yang sedikit di luar pusat kota menjadi pilihan realistis. Tangerang kini menawarkan keseimbangan ideal antara harga, akses, dan kualitas hidup.

Sementara itu, Jakarta Selatan tetap populer di kalangan profesional urban yang mencari kedekatan dengan pusat bisnis. Diikuti oleh Jakarta Barat (11,2%) yang mulai menyaingi dengan stok rumah tapak dan fasilitas publik yang berkembang pesat.

3. Digitalisasi Mengubah Permainan

Perubahan perilaku konsumen juga sangat dipengaruhi oleh digitalisasi. Platform seperti Rumah123 mencatat adanya peningkatan signifikan pada penggunaan fitur-fitur seperti simulasi KPR dan perbandingan harga antar wilayah secara online.

Proses yang dulu dianggap kompleks, kini menjadi jauh lebih transparan dan efisien. Pembeli rumah saat ini dapat menghitung kemampuan finansial mereka dan bahkan mengajukan KPR secara daring sebelum bertemu dengan agen.

“Pembeli rumah saat ini jauh lebih rasional dan digital-savvy. Mereka tak hanya mencari lokasi strategis, tapi juga mempertimbangkan kemampuan bayar, akses transportasi, dan nilai jangka panjang,” tambah Marisa.

4. Prospek Pasar ke Depan

Menjelang akhir tahun, prospek pasar properti Indonesia terlihat stabil dengan arah pertumbuhan yang positif. Kombinasi antara suku bunga rendah, infrastruktur baru, dan kepercayaan konsumen yang pulih menjadi fondasi yang kuat.

Data dari BPS juga menunjukkan bahwa NTB, Jakarta, dan Sumatra Barat menjadi tiga provinsi yang mencatatkan pertumbuhan tingkat hunian kamar. Sinyal positif ini diharapkan terus berlanjut dan menjadikan sektor properti sebagai salah satu motor pertumbuhan ekonomi pada 2026.