Mengenal Omnichannel, Konsep Belanja Hybrid yang Mudahkan Konsumen
- Omnichannel merupakan strategi bisnis atau pemasaran, yang dimana sebuah perusahaan mengintegrasikan semua saluran penjualan dan komunikasi, baik online maupun offline.

Maharani Dwi Puspita Sari
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkapkan bahwa pelaku fesyen harus memaksimalkan konsep hybrid yaitu antara penjualan dan pelayanan toko dilakukan dalam waktu yang bersamaan.
Konsep tersebut mampu memberikan pengalaman berbelanja secara langsung di toko offline, maupun online yang dapat menjangkau pasar secara luas.
"Jadi semuanya jalan bareng, karena sekarang pengalaman berbelanja juga harus melihat secara fisik. Jadi juga berjualan secara online atau omnichannel," ujar Budi Santoso dalam acara Jakarta Muslim Fashion Week 2026 di Jakarta, Minggu 9 November 2025.
Sebagai informasi, omnichannel merupakan strategi bisnis atau pemasaran, yang dimana sebuah perusahaan mengintegrasikan semua saluran penjualan dan komunikasi, baik online maupun offline.
Strategi ini dibentuk agar pelanggan mendapatkan pengalaman yang mulus dalam berbelanja. Dalam hal ini, para pelaku usaha fesyen didorong untuk memperkuat strategi penjualan melalui pendekatan omnichannel, seiring perubahan perilaku belanja konsumen muda di kota-kota besar.
Strategi omnichannel ini diterapkan dengan adanya tren belanja melalui e-commerce yang hasilnya mampu menopang sektor transaksi ekonomi Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai transaksi dari e-commerce di Indonesia mencapai Rp512 triliun pada 2024.
Laporan Digital Economy Outlook 2025 yang dirilis CELIOS juga menunjukkan e-commerce menjadi salah satu dari sektor utama penyumbang transaksi ekonomi digital terbesar di Indonesia, di bawah pembayaran digital. Nilainya diperkirakan mencapai Rp471,01 triliun pada 2025 atau meningkat sebanyak 0,51% dibandingkan tahun sebelumnya.
Menteri Perdagangan menilai, omnichannel dapat menjadi strategi efektif untuk memperluas pasar sekaligus membangun hubungan jangka panjang dengan konsumen. Toko fisik tidak lagi diposisikan sebagai lokasi utama transaksi, tetapi berfungsi sebagai ruang pengalaman untuk melihat, menyentuh, hingga mencoba produk.
Sedangkan transaksi final sering berpindah ke platform digital yang menawarkan promo, potongan harga, atau sistem pembayaran yang lebih fleksibel. Saat ini, banyak konsumen yang melakukan pencarian produk melalui media sosial sebelum membeli.
Konten ulasan, rekomendasi influencer, dan interaksi real time pada live shopping menjadi faktor yang memengaruhi keputusan konsumen. Sementara itu, riset Populix 2025 mencatat 54 persen konsumen muda tetap mengunjungi toko fisik untuk memastikan ukuran, warna, dan bahan sebelum menyelesaikan pembelian melalui platform e-commerce yang menawarkan harga lebih kompetitif.
Tren ini mengarah pada pola belanja hybrid, yang dimana konsumen dapat melihat produk secara langsung di toko, tetapi melakukan pembelian melalui aplikasi atau marketplace (online purchase). Kini, keputusan belanja tidak lagi linear, melainkan terjadi melalui beberapa tahap dan kanal yang berbeda.
Bagi pelaku usaha fesyen, terutama brand lokal skala kecil hingga menengah, strategi omnichannel menuntut pengelolaan katalog produk, ketersediaan stok, metode pembayaran, hingga layanan pelanggan yang terintegrasi. Dalam hal ini, konsistensi informasi di setiap kanal menjadi faktor penting menjaga kepercayaan konsumen.
Namun, penerapan sistem yang terintegrasi membutuhkan investasi dan kemampuan manajerial digital. Selain itu, kompetisi di kanal online semakin ketat, sehingga diferensiasi brand dan strategi membangun komunitas konsumen diperlukan untuk mempertahankan nilai serta daya saing dari masing-masing pelaku usaha fesyen.

Maharani Dwi Puspita Sari
Editor
