Tren Ekbis

Indeks Keyakinan Konsumen Naik Setelah Dua Bulan Menyusut, Pertanda Apa?

  • Penguatan keyakinan konsumen seringkali menjadi penanda bahwa permintaan domestik berpeluang tumbuh lebih tinggi.
<p>Pengrajin menyelesaikan pembuatan batik di workshop Batik Marunda, di Rusun Marunda, Jakarta Utara, Selasa, 14 Juli 2020. Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) M. Faisal mengatakan persoalan yang sekarang dihadapi UMKM tak hanya soal akses ke pembiayaan. Penurunan dari sisi permintaan juga berpengaruh terhadap kelangsungan UMKM, terutama mikro, yang tersengat langsung imbas pandemi covid &#8211; 19. Oleh karena itu, akses pasar sangat dibutuhkan oleh para pelaku usaha mikro. Pemerintah perlu memikirkan hal ini supaya kombinasi kebijakan yang telah diterbitkan pemerintah benar-benar menyentuh ke pokok persoalan. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>

Pengrajin menyelesaikan pembuatan batik di workshop Batik Marunda, di Rusun Marunda, Jakarta Utara, Selasa, 14 Juli 2020. Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) M. Faisal mengatakan persoalan yang sekarang dihadapi UMKM tak hanya soal akses ke pembiayaan. Penurunan dari sisi permintaan juga berpengaruh terhadap kelangsungan UMKM, terutama mikro, yang tersengat langsung imbas pandemi covid – 19. Oleh karena itu, akses pasar sangat dibutuhkan oleh para pelaku usaha mikro. Pemerintah perlu memikirkan hal ini supaya kombinasi kebijakan yang telah diterbitkan pemerintah benar-benar menyentuh ke pokok persoalan. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

(Istimewa)

JAKARTA, TRENASIA.ID - Berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia (BI), Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di bulan Oktober tercatat naik ke level 121,2, dari posisi 118,5 pada September 2025. Hal ini menandakan keyakinan konsumen berada dalam zona optimistis, setelah dua bulan mengalami penyusutan. 

Kenaikan ini didorong oleh perbaikan persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini, khususnya pada ketersediaan lapangan kerja dan penghasilan rumah tangga. Dalam laporan hasil survei BI di bulan Oktober 2025, dijelaskan bahwa ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi enam bulan ke depan diperkirakan akan meningkat. Hal ini tercermin dari Indeks Kondisi Ekonomi (IEK) Oktober 2025 sebesar 133,4, lebih tinggi dibandingkan dengan indeks pada bulan sebelumnya sebesar 127,2. 

Kenaikan IEK Oktober 2025 bersumber dari peningkatan seluruh komponen pembentuknya, yaitu Indeks Ekspektasi Penghasilan (IEP), Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja (IEKLK), dan Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha (IEKU), yang tercatat masing-masing sebesar 138,4, 132,0, dan 129,6, lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya sebesar 134,3, 123,1, dan 124,2

Penguatan keyakinan konsumen seringkali menjadi penanda bahwa permintaan domestik berpeluang tumbuh lebih tinggi. Konsumsi rumah tangga yang berkontribusi lebih dari 50% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), menjadi penopang penting momentum pertumbuhan ekonomi dalam beberapa waktu terakhir. 

Pemulihan Konsumsi Siap Dipantau Oleh Pelaku Usaha

Kembalinya IKK ke angka yang jauh lebih baik, menjadi momentum bagi pemulihan daya beli atau konsumsi setelah adanya tekanan harga dan perlambatan aktivitas ekonomi dalam dua bulan terakhir. Keberlanjutan momentum ini akan bergantung pada stabilitas inflasi, kondisi pasar kerja, serta kehati-hatian rumah tangga dalam mengelola tabungan dan pengeluaran. 

Dari sektor usaha, pelaku industri ritel, makanan dan minuman (F&B), hingga jasa transportasi diperkirakan menjadi pihak pertama merasakan dampak positif apabila konsumsi masyarakat kembali meningkat dalam beberapa bulan mendatang. 

Momentum ini juga berpotensi mendorong pelaku usaha untuk kembali meningkatkan aktivitas produksi dan penawaran barang maupun jasa. Pada sektor ritel, misalnya, perusahaan mulai menyiapkan strategi promosi yang lebih agresif menjelang periode akhir tahun untuk menangkap pemulihan permintaan rumah tangga. Sementara itu, pelaku industri makanan dan minuman menilai peningkatan kunjungan konsumen ke pusat kuliner dan kafe dapat menjadi indikator awal perbaikan sentimen belanja di kalangan masyarakat.

Di sisi lain, sektor transportasi dan logistik juga berpotensi mencatat peningkatan volume penumpang dan pengiriman, terutama seiring meningkatnya mobilitas masyarakat pada periode libur akhir tahun. Namun, pemulihan konsumsi ini akan tetap menghadapi tantangan, mulai dari kenaikan beberapa komponen biaya hidup hingga risiko perlambatan ekonomi global yang dapat memengaruhi daya beli.

Namun, peningkatan IKK ini perlu diikuti oleh realisasi konsumsi yang berkelanjutan, tidak sekadar persepsi optimisme. Hal ini mengingat sebagian kelompok konsumen masih menunjukkan kecenderungan menahan belanja untuk kebutuhan non pokok, terutama pada kelas menengah yang sensitif terhadap pergerakan harga dan cicilan.

Oleh sebab itu, dukungan kebijakan yang mendorong stabilitas harga, perluasan kesempatan kerja, serta pemberdayaan usaha mikro dan kecil dinilai menjadi kunci untuk memastikan pemulihan konsumsi berlangsung secara merata dan berkelanjutan dalam jangka menengah. Upaya menjaga kepercayaan konsumen menjadi faktor penting, mengingat persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi sangat memengaruhi pola belanja dan intensitas konsumsi sehari-hari.