7 Kiat Mudah Rintis Bisnis yang Peduli Lingkungan
- UMKM didorong kesadaran konsumen untuk menerapkan bisnis berkelanjutan demi efisiensi dan tanggung jawab lingkungan. Strategi utama yang disarankan (termasuk hemat energi/air, kelola limbah, dan rantai pasok lokal) krusial untuk memperkuat fondasi dan citra bisnis UMKM.

Maharani Dwi Puspita Sari
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Praktik bisnis berkelanjutan menjadi salah satu kebutuhan yang mulai diterapkan oleh para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Di tengah meningkatnya kesadaran konsumen terhadap isu lingkungan dan sosial, UMKM tidak hanya dituntut efisien secara ekonomi, tetapi juga bertanggung jawab terhadap dampak operasionalnya.
Namun, seluruh hal tersebut harus dilakukan dengan penuh strategi yang dapat mensukseskan rangkaian bisnis berkelanjutan. Para pelaku usaha harus mengerahkan banyak pihak, seperti karyawan, pengelola, bahkan pemangku kebijakan setempat untuk mewujudkan bisnis ramah lingkungan dan sosial.
Melansir dari Green Business Bureau, Sabtu 20 Desember 2025, terdapat beberapa strategi utama yang dapat diterapkan menuju bisnis yang lebih ramah lingkungan. Berikut 7 strategi yang dapat diterapkan:
1. Melibatkan karyawan dan membangun budaya hijau di tempat kerja
Untuk mewujudkan konsep keberlanjutan, pemilik tidak dapat menjalankan bisnisnya secara sepihak. Keterlibatan karyawan menjadi faktor kunci agar inisiatif lingkungan berjalan konsisten. Selain itu, para pelaku usaha juga disarankan untuk mengomunikasikan visi keberlanjutan secara terbuka.
Hal tersebut dilakukan dengan tujuan yang terukur, serta memberikan ruang bagi karyawan untuk berkontribusi melalui ide dan praktik sehari-hari. Selain itu, pembentukan tim internal yang fokus pada isu lingkungan juga dapat membantu mengoordinasikan program, memantau pelaksanaan, serta menanamkan kebiasaan kerja yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan.
2. Mengurangi konsumsi energi secara sistematis
Penggunaan energi yang tidak efisien akan berdampak langsung pada peningkatan biaya operasional dan jejak karbon perusahaan. Langkah awal yang dapat dilakukan adalah melakukan audit energi untuk mengidentifikasi sumber pemborosan listrik.
Setelah itu, bisnis dapat menerapkan penghematan melalui penggunaan lampu LED, pengaturan jam operasional peralatan listrik, optimalisasi pencahayaan alami, serta perawatan rutin mesin dan perangkat kerja. Dalam jangka panjang, efisiensi energi tersebut dapat membantu menekan pengeluaran dan meningkatkan keberlanjutan usaha.
3. Mengelola dan mengurangi limbah operasional
Limbah menjadi salah satu tantangan terbesar dalam operasional bisnis kecil. Namun, pengurangan limbah dapat dimulai dari hal sederhana, seperti membatasi penggunaan kemasan sekali pakai, memilih bahan baku yang dapat digunakan ulang, serta memilah sampah sesuai jenisnya.
Program daur ulang dan pemanfaatan kembali material yang masih layak pakai, mampu mengurangi dampak lingkungan dan menekan biaya produksi secara berlebih. Dalam beberapa sektor, pendekatan ini mampu membuka peluang melalui penerapan konsep ekonomi sirkular.
4. Menghemat penggunaan air dalam aktivitas bisnis
Air merupakan sumber daya yang semakin terbatas. Setiap hari masih banyak wilayah-wilayah terpencil yang kesusahan dan tidak memiliki akses untuk mendapatkan air bersih. Dalam hal ini, para pelaku bisnis kecil perlu memperhatikan konsumsi air, baik untuk proses produksi maupun operasional harian.
Langkah yang dapat dilakukan antara lain memasang perangkat hemat air, memperbaiki kebocoran secara rutin, serta mengatur penggunaan air agar lebih efisien. Hal yang tidak kalah penting adalah melakukan audit air secara berkala untuk mengidentifikasi titik-titik pemborosan tertinggi dan menetapkan target pengurangan yang terukur.
Dengan memantau konsumsi air per unit produk atau per hari, para pelaku usaha dapat membuat keputusan strategis berbasis data.
5. Mengutamakan pemasok lokal dan rantai pasok pendek
Pemilihan pemasok lokal dapat memberikan manfaat ganda, yaitu mengurangi emisi dari transportasi jarak jauh dan mendukung perekonomian setempat. Rantai pasok yang lebih pendek juga membuat proses distribusi lebih efisien dan mudah dikendalikan.
Hal ini berdampak terkait kerja sama dengan pemasok lokal yang dapat meningkatkan kepercayaan konsumen, terutama bagi masyarakat yang semakin peduli pada transparansi dan keberlanjutan produk yang dikonsumsi.
6. Beralih ke sistem operasional berbasis digital
Digitalisasi menjadi langkah penting dalam upaya mengurangi dampak lingkungan. Penggunaan dokumen elektronik, sistem penyimpanan digital, serta transaksi tanpa kertas dapat secara signifikan menekan penggunaan kertas dan kebutuhan ruang arsip fisik.
Selain manfaat lingkungan, transformasi digital juga meningkatkan efisiensi kerja, mempercepat proses administrasi, serta memudahkan pengelolaan dan pelacakan data bisnis.
7. Mendorong penggunaan transportasi ramah lingkungan
Sektor transportasi memiliki kontribusi besar terhadap emisi gas rumah kaca. Dalam hal ini, para pelaku usaha dapat berperan dengan mendorong karyawan untuk menggunakan transportasi publik, berbagi kendaraan, atau sepeda.
Selain itu, sediakan juga fasilitas pendukung seperti tempat parkir sepeda, yang dapat membantu mendorong hidup yang jauh lebih sehat. Untuk operasional bisnis, lakukan percobaan secara bertahap pada kendaraan listrik atau kendaraan dengan emisi karbon yang lebih rendah.
Ketujuh strategi tersebut menunjukkan bahwa praktik bisnis berkelanjutan dapat diterapkan oleh usaha kecil secara bertahap tanpa harus menimbulkan beban berlebihan. Dengan perencanaan yang tepat dan komitmen jangka panjang, keberlanjutan tidak hanya memberikan manfaat bagi lingkungan, tetapi juga memperkuat fondasi bisnis dan meningkatkan kepercayaan konsumen.

Chrisna Chanis Cara
Editor
