Industri

OJK Pastikan Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Terjaga Saat COVID-19

  • Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, meski stabilitas sektor jasa keuangan masih terjaga, namun mengalami penurunan di tengah pandemi COVID-19.

Sukirno

Sukirno

Author

<p>Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso. / Facebook @official.ojk</p>

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso. / Facebook @official.ojk

(Istimewa)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengklaim stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia masih terjaga karena ditunjang rasio modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan dan perasuransian yang masih cukup tinggi.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, meski stabilitas sektor jasa keuangan masih terjaga, namun mengalami penurunan di tengah pandemi COVID-19.

“Pada Maret 2020 rasio kecukupan modal perbankan mengalami penurunan tapi (rasio) masih cukup tinggi sebesar 21,77%, pada Desember 2019 ada di level 23,31%,” kata dia dalam keterangan pers daring di Jakarta, Senin, 11 Mei 2020.

Untuk rasio kecukupan modal asuransi (RBC) untuk asuransi jiwa, lanjut dia, juga masih terjaga dalam batas aman meski menurun yakni sebesar 642,7% dibandingkan dengan Desember 2019 mencapai 789%.

Sementara itu, untuk asuransi umum, rasio kecukupan modalnya mencapai 297,3% dibandingkan Desember 2019 mencapai 345%.

Selain dari sisi CAR, sisi lain yang dinilai masih terjaga di antaranya tingkat kredit bermasalah (non performing loan/NPL) mencapai 2,77%, ada kenaikan dibandingkan Desember 2019 mencapai 2,53%.

Adapun sektor yang menyumbang NPL adalah transportasi, perdagangan, pengolahan dan rumah tangga.

Kecukupan likuiditas perbankan, kata dia, juga masih dalam kondisi cukup baik terlihat dari rasio alat lukuid dana pihak ketiga (DPK) per 29 April 2020 terjaga pada level 24,54%, atau meningkat dibandingkan posisi Desember 2019 mencapai 20,86%.

“Masih di atas threshold sebesar 10%, ini karena kelonggaran likuiditas Bank Indonesia di antaranya penurunan giro wajib minimum,” katanya.

Dengan CAR yang terjaga dan likuditas yang masih cukup baik, kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan khususnya perbankan triwulan pertama tahun ini masih menunjukkan peningkatan.

Wimboh menyebut kredit perbankan tumbuh 7,95% secara tahunan (year-on-year/yoy) per Maret 2020 atau lebih tinggi dibandingkan tahun 2019 keseluruhan mencapai 6,08%.

“Dari jenis penggunaan, pertumbuhan kredit didukung oleh kenaikan kredit invetasi 13,65% yoy dan kredit modal kerja 6,63% yoy.

KKSK Ingatkan Risiko

Sementara itu, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) mengingatkan adanya risiko atas penyebaran COVID-19 yang dapat menimbulkan tekanan kepada sistem keuangan, meski sejumlah indikator ekonomi terlihat baik hingga triwulan I-2020.

“Kondisi ketidakpastian tersebut memerlukan penguatan langkah antisipasi dalam memitigasi risiko terhadap stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” ujar Menteri Keuangan selaku Ketua KSSK Sri Mulyani Indrawati dalam jumpa pers virtual perkembangan ekonomi triwulan I-2020 di Jakarta.

Dalam jumpa pers ini ikut hadir Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah.

Sri Mulyani mengatakan upaya untuk menekan dampak COVID-19 itu adalah dengan melakukan bauran kebijakan makroekonomi dan berbagai langkah kebijakan di bidang kesehatan agar risiko terhadap stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan secara keseluruhan serta pemulihan ekonomi secara bertahap dapat berkurang.

Ia menambahkan keberhasilan langkah penanganan masalah COVID-19 menjadi faktor penentu yang sangat mempengaruhi berbagai risiko rambatan dampaknya ke perekonomian dan sektor keuangan sehingga konsistensi dan kerja sama seluruh komponen bangsa menjadi faktor penting keberhasilan penanganan krisis kesehatan ini.

Menurut dia, apabila penanganan kesehatan itu membuahkan hasil, maka perekonomian nasional diperkirakan kembali membaik mulai triwulan IV-2020, dan secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi tahun 2020 mencapai 2,3% dan akan meningkat lebih tinggi pada tahun 2021.

Saat ini, tekanan terhadap perekonomian global terlihat mulai menurun karena adanya kebijakan penanganan yang baik sehingga mampu membantu perbaikan kondisi pasar keuangan domestik dan meredakan gejolak pasar finansial di akhir April 2020.

Tekanan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai tukar rupiah, serta yield obligasi selama bulan Maret 2020 mulai mereda di bulan April 2020. Per 30 April 2020, rupiah menguat sebesar 10,21% dibandingkan 23 Maret 2020 yang didukung oleh penerbitan global bonds US$4,3 miliar.

Meski demikian, ketidakpastian masih cukup tinggi dan potensi memburuknya aktivitas ekonomi masih dapat terjadi mengingat penyelesaian COVID-19 belum dapat dipastikan. Selain itu, harga komoditas terutama minyak mentah masih bergejolak.

Oleh karena itu, KSSK akan terus melakukan koordinasi dan langkah-langkah yang ekstensif dan sinergis di bidang ekonomi dan sektor keuangan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta dalam upaya pemulihan ekonomi nasional dari dampak COVID-19.

“KSSK juga tetap mewaspadai potensi risiko yang berasal dari dinamika perekonomian dan pasar keuangan global serta penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian domestik dengan meningkatkan koordinasi kebijakan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan pemulihan ekonomi nasional,” katanya. (SKO)