BNI Perketat Penyaluran Kredit Valas untuk Jaga Kinerja di Tengah Pelemahan Rupiah
- Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo, menyatakan bahwa BNI terus meningkatkan kehati-hatian dan memperkuat manajemen risiko sebagai bentuk antisipasi terhadap dinamika ekonomi global yang tidak menentu.

Idham Nur Indrajaya
Author


JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menegaskan komitmennya untuk menjaga kinerja positif perusahaan di tengah gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Salah satu langkah utama yang diambil adalah dengan memperketat penyaluran kredit dalam denominasi valuta asing (valas), guna meminimalkan risiko terhadap kualitas aset.
Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo, menyatakan bahwa BNI terus meningkatkan kehati-hatian dan memperkuat manajemen risiko sebagai bentuk antisipasi terhadap dinamika ekonomi global yang tidak menentu.
“BNI secara berkala terus menerapkan manajemen risiko yang ketat, salah satunya dengan melakukan stress test terhadap kondisi makro ekonomi termasuk pergerakan nilai tukar guna mengantisipasi agar tidak berdampak terhadap kualitas aset,” ungkap Okki melalui pernyataan tertulis kepada awak media, dikutip Kamis, 10 April 2025.
- Pendapatan Antam (ANTM) Tembus Rp69 Triliun di 2024, Segmen Emas Jadi Kunci Sukses
- Tarif Balasan Trump Resmi Berlaku Hari Ini, Bikin Dunia Gonjang-Ganjing
- Kasus Harun Masiku, KPK Periksa Djoko Tjandra
Fokus pada Debitur dengan Natural Hedge
Dalam menghadapi fluktuasi nilai tukar saat ini, BNI lebih selektif dalam memberikan kredit valas. Kredit diarahkan kepada debitur yang memiliki natural hedge atau lindung nilai alami dalam model bisnis mereka, sehingga dapat mengurangi potensi risiko kerugian akibat gejolak nilai tukar.
Likuiditas Valas Tetap Terjaga
Okki juga menegaskan bahwa posisi likuiditas valas BNI masih sangat kuat. Hal ini dibuktikan dengan rasio keuangan yang jauh melebihi batas minimum yang ditetapkan regulator.
Baca Juga: Akselerasi Pembiayaan Rantai Pasok, Bank Mandiri Percepat Sinergi dengan Kopra Supplier Financing
“BNI menjaga kecukupan likuiditas di atas rasio yang ditetapkan oleh regulator,” jelasnya.
Rasio Liquidity Coverage Ratio (LCR) dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) dalam mata uang dolar AS masing-masing tercatat sebesar 151,72% dan 135,13%, yang berarti jauh di atas ambang batas yang disyaratkan. Selain itu, rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) juga tetap dalam kisaran yang sehat sesuai kebijakan internal.
Posisi Likuiditas yang Kuat Jadi Andalan
BNI juga memiliki instrumen likuid dalam bentuk dolar AS dalam jumlah mencukupi, yang dikelola dengan tetap memperhatikan risk appetite internal. Pendekatan ini menjadi pondasi penting dalam menjaga stabilitas operasional dan keberlanjutan bisnis jangka panjang.
- Apa Itu Reciprocal Tariffs, Kebijakan Trump yang Bikin Geger Ekonomi Global
- Panduan untuk Orang Tua: Mengajak Anak Menonton Film Jumbo
- Harga Emas Sabtu 5 April 2025 Merosot Tajam
“Hal ini mencerminkan kesiapan BNI dalam menghadapi potensi tekanan likuiditas yang mungkin timbul akibat dinamika nilai tukar global,” tutup Okki.
Dengan pengelolaan risiko yang disiplin dan posisi likuiditas yang kokoh, BNI tetap optimistis dapat mempertahankan stabilitas kinerja perusahaan.
Tak hanya itu, langkah strategis ini juga menjadi bagian dari upaya BNI dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian kondisi pasar global.

Ananda Astridianka
Editor
