Terbukti, Daya Beli Masyarakat Anjlok Selama Ramadan dan Lebaran
- Data yang dipaparkan menunjukkan, kelompok berpendapatan rendah mengalami pelemahan paling tajam. Indeks tabungan kelompok bawah turun ke poin 79,8 pada bulan Maret 2025, lebih rendah dibandingkan 84,4 pada periode yang sama tahun lalu.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA - Survei terbaru Mandiri Institute mengungkapkan bahwa daya beli masyarakat Indonesia selama Ramadan dan Idulfitri 2025 mengalami tekanan. Kondisi tersebut ditandai dengan adanya pergeseran pola konsumsi yang cukup signifikan di seluruh kelompok pendapatan.
Data yang dipaparkan menunjukkan, kelompok berpendapatan rendah mengalami pelemahan paling tajam. Indeks tabungan kelompok bawah turun ke poin 79,8 pada bulan Maret 2025, lebih rendah dibandingkan 84,4 pada periode yang sama tahun lalu.
Hal ini menandakan kelompok ini semakin kesulitan menyisihkan penghasilan untuk ditabung, bahkan untuk memenuhi kebutuhan pokok sekalipun.
Sementara itu, kelompok menengah cenderung lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya. Meskipun indeks tabungan mereka stabil di angka 101,8, angka ini hampir tidak berubah dari tahun lalu (101,1), menunjukkan sikap wait-and-see dalam merespons kondisi ekonomi.
Sebaliknya, konsumsi justru lebih aktif di kalangan kelompok berpendapatan tinggi, meskipun indeks tabungan mereka juga menurun dari 97,4 menjadi 93,3.
Kondisi ini menunjukkan adanya kecenderungan konsumsi di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil, dengan belanja yang didorong oleh gaya hidup atau kebutuhan tersier.
- Untuk Senangkan Trump, Bahlil Usul Tambah Impor LPG dan Minyak dari AS Senilai Rp167,73 Triliun
- Kenalan dengan Vico Lomar, Co-Founder dan CEO Fore Coffee
- Legalisasi Ganja dan Kratom Kembali Dibahas
Pola Belanja Ramadan Bergeser
Mandiri Institute juga mencatat bahwa puncak belanja Ramadan terjadi lebih awal, yaitu pada minggu ke-4 bulan puasa, bukan saat libur Idulfitri seperti biasanya.
Pertumbuhan belanja Ramadan dan Idulfitri tahun ini hanya mencapai 11,2%, sedikit menurun dibandingkan 12,1% pada 2024. Kondisi tersebut menunjukkan tekanan ekonomi yang mulai berdampak pada kebiasaan konsumsi masyarakat saat momen keagamaan besar.
“Hal ini berbeda dari pola tahun-tahun sebelumnya dimana puncak belanja terjadi di periode libur Idulfitri. Hal ini juga menandakan aktivitas mudik dan liburan Ramadan 2025 lebih terbatas,” tulis laporan Mandiri Institute, dikutip Rabu 16 April 2025.
Ketergantungan pada THR Meningkat
Fakta lain yang menarik adalah bahwa lonjakan konsumsi mulai terasa pada minggu ke-3 Ramadan, tepat setelah Tunjangan Hari Raya (THR) mulai cair.
Hal tersebut memperlihatkan bahwa konsumsi masyarakat sangat bergantung pada pendapatan tambahan tahunan, dan bukan berasal dari penghasilan rutin bulanan.
Frekuensi Belanja Meningkat, Nilai Transaksi Menurun
Di sisi lain, masyarakat tetap melakukan pembelanjaan secara frekuen, tetapi dengan nilai transaksi yang lebih kecil. Hal ini menandakan adanya penyesuaian konsumsi, di mana masyarakat tetap menjaga rutinitas belanja namun memilih produk dengan harga lebih terjangkau.
Tren Mudik Menurun, Belanja Berpindah ke Daerah Asal
Survei juga menemukan bahwa aktivitas mudik mengalami penurunan, terutama ke wilayah seperti Jawa Tengah (turun 19%) dan Yogyakarta (okupansi hotel hanya 30-50%). Menariknya, belanja justru meningkat di daerah asal pemudik, bukan di daerah tujuan mudik seperti tahun-tahun sebelumnya.
- Untuk Senangkan Trump, Bahlil Usul Tambah Impor LPG dan Minyak dari AS Senilai Rp167,73 Triliun
- Kenalan dengan Vico Lomar, Co-Founder dan CEO Fore Coffee
- Legalisasi Ganja dan Kratom Kembali Dibahas
Fenomena Doom Spending dan Prioritas Baru
Fenomena “doom spending” atau belanja impulsif turut meningkat, terutama pada kategori hiburan, olahraga, dan hobi, yang naik drastis sebesar 231%, dibandingkan hanya 48% di tahun 2024.
“Di Ramadan 2025, masyarakat terindikasi melakukan doom spending, dimana belanja yang bersifat gaya hidup dan impulsif seperti sport, hobby, entertainment, dan handphone tumbuh lebih tinggi,” tambah laporan tersebut.
Pembelian handphone juga naik 51%. Pola ini berbanding terbalik dengan tahun 2024, di mana masyarakat lebih banyak berbelanja kebutuhan pokok dan barang tahan lama.
Di sisi lain, masyarakat kini mulai mengalihkan penggunaan THR ke kebutuhan yang lebih strategis. Salah satunya adalah pendidikan, menunjukkan adanya pergeseran prioritas ke arah kebutuhan primer dan perencanaan jangka menengah, bukan semata-mata konsumsi musiman.
Secara keseluruhan, survei Mandiri Institute menunjukkan bahwa daya beli masyarakat masih bergerak, namun dibayangi oleh tekanan ekonomi dan ketidakpastian global.
Konsumsi masih terjadi, tetapi lebih selektif, berhati-hati, dan sangat bergantung pada stimulus seperti THR. Kebijakan fiskal ke depan perlu mempertimbangkan dinamika ini agar tetap mampu menjaga pertumbuhan konsumsi rumah tangga, yang selama ini menjadi motor utama perekonomian nasional.

Amirudin Zuhri
Editor
