Makroekonomi

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2025: RI Ungguli Singapura dan Thailand

  • Pertumbuhan diperkirakan mencapai 4,92 persen, didorong oleh beberapa faktor domestik yang memberi sentimen positif terhadap aktivitas perekonomian nasional.
<p>Wisma BNI 46 menjadi simbol gedung-gedung pencakar langit di Jakarta / Shutterstock</p>

Wisma BNI 46 menjadi simbol gedung-gedung pencakar langit di Jakarta / Shutterstock

(Istimewa)

JAKARTA — Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 diperkirakan menunjukkan tren positif, meskipun masih berada di bawah angka 5%.

Berdasarkan kajian Bank Mandiri, pertumbuhan diperkirakan mencapai 4,92%, didorong oleh sejumlah faktor domestik yang memberikan sentimen positif terhadap aktivitas perekonomian nasional.

Salah satu pendorong utama berasal dari sisi fiskal, khususnya belanja pemerintah. Setelah sebelumnya sempat terhambat akibat pemblokiran anggaran oleh Kementerian Keuangan, pemerintah mulai meningkatkan realisasi belanja seiring dengan dibukanya kembali alokasi dana.

Kondisi ini memberikan dorongan langsung terhadap perputaran uang di berbagai sektor, terutama pada proyek infrastruktur, program perlindungan sosial, dan inisiatif strategis nasional lainnya.

“Salah satu pendorongnya adalah belanja pemerintah, karena anggaran sudah di-unlock. Ini bisa mendukung akselerasi belanja pemerintah ke depan dan menopang pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan,” ujar Head of Macroeconomic & Financial Market Research Department Bank Mandiri, Dian Ayu Yustina, dalam media briefing virtual, Senin, 19 Mei 2025.

Dari sisi konsumsi rumah tangga, aktivitas konsumsi diperkirakan tetap stabil. Meskipun tidak sekuat kuartal sebelumnya yang terdorong oleh momentum Ramadan dan Lebaran, daya beli masyarakat dinilai masih terjaga dengan baik.

Normalisasi konsumsi pasca musim liburan tetap memberikan kontribusi solid terhadap struktur pertumbuhan, mengingat konsumsi domestik merupakan komponen terbesar dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Di sisi kebijakan, terdapat potensi pelonggaran baik dari sisi moneter maupun fiskal. Otoritas moneter diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 25 basis poin, mengikuti tren penurunan suku bunga global, termasuk sinyal pelonggaran dari The Federal Reserve di Amerika Serikat.

Penurunan suku bunga ini diperkirakan akan memberi ruang tambahan bagi sektor riil untuk tumbuh, terutama dalam hal pembiayaan usaha dan peningkatan investasi.

Sementara itu, dari sisi fiskal, pemerintah juga dinilai masih memiliki ruang untuk melakukan ekspansi. Defisit anggaran yang tercatat masih rendah hingga Maret 2025 memberikan keleluasaan untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi melalui tambahan stimulus fiskal.

Sejumlah Risiko Masih Membayangi

Kendati prospek domestik cukup menjanjikan, beberapa risiko eksternal masih perlu diwaspadai. Salah satunya adalah potensi kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat, khususnya jika Presiden Donald Trump kembali mengadopsi pendekatan dagang proteksionis terhadap sejumlah negara mitra, termasuk Indonesia.

“Kita juga melihat adanya beberapa risiko dari sisi penerimaan, terutama jika terjadi penerapan tarif dari Trump,” tambah Dian.

Kebijakan semacam itu bisa berdampak pada kinerja ekspor nasional. Oleh karena itu, proses negosiasi tarif antara Indonesia dan AS akan sangat krusial agar tidak mengganggu neraca perdagangan maupun ketahanan sektor eksternal Indonesia.

Secara keseluruhan, Bank Mandiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2025 akan berada di kisaran 4,9%. Meski dibayangi tantangan dari dinamika global, penguatan belanja domestik, stabilitas konsumsi rumah tangga, serta peluang pelonggaran kebijakan dipandang sebagai faktor utama yang menjaga optimisme terhadap arah pertumbuhan ekonomi nasional.

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2025 Negara ASEAN

Berikut adalah proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk kuartal II tahun 2025 di beberapa negara ASEAN menurut Bank Dunia.

  1. Filipina: Diperkirakan menjadi yang tercepat di ASEAN dengan pertumbuhan sekitar 5,5% pada 2025, meskipun mengalami penurunan dari proyeksi sebelumnya sebesar 6,1%.
  2. Vietnam: Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan mencapai 5,2% pada 2025, didorong oleh pemulihan ekspor dan investasi asing.
  3. Malaysia: Pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 4,1% pada 2025, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,3%, akibat melemahnya konsumsi rumah tangga dan ekspor.
  4. Singapura: Pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 2,0% pada 2025, dengan risiko resesi teknikal akibat kontraksi ekonomi pada kuartal pertama tahun tersebut.
  5. Thailand: Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan sebesar 1,8% pada 2025, terendah di ASEAN, akibat melemahnya investasi dan konsumsi domestik serta dampak dari tarif AS.