Korporasi

Sentuh Rp41,4 Triliun, Laba Bersih BRI Tertinggi Sepanjang Sejarah Perbankan

  • Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, perseroan mencatat laba bersih senilai Rp51,4 triliun dengan pertumbuhan 67,15% secara year-on-year (yoy). Sementara itu, total aset tumbuh sebesar 11,18% yoy ke angka Rp1,86 kuadriliun.
Update Logo BRI - Panji 5.jpg
Pejalan kaki melintas depan logo BRI di Kantor Pusat Bank Rakyat Indonesia Jl Jend Sudirman Jakarta Pusat. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia (trenasia.com)

JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mencatat laba bersih tertinggi sepanjang sejarah perbankan karena didorong oleh jumlah nasabah mikro yang terus meningkat.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, perseroan mencatat laba bersih senilai Rp51,4 triliun dengan pertumbuhan 67,15% secara year-on-year (yoy). Sementara itu, total aset tumbuh sebesar 11,18% yoy ke angka Rp1,86 kuadriliun.

Marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) BRI dalam hal ini bukan menjadi faktor utama yang mendorong pencapaian laba bersih BRI pada tahun 2022.

Disampaikan oleh Sunarso, faktor utama yang mendorong capaian laba bersih BRI adalah pertumbuhan volume kredit dan peningkatan nasabah yang dilayani, khususnya di segmen mikro.

Pada tahun 2022, nasabah mikro BRI tercatat sebanyak 15 juta. Sunarso pun membandingkan jumlah tersebut dibandingkan pada 2008, yang mana jumlahnya hanya sekitar sepertiga dari jumlah pada tahun kemarin.

"Pendorong capaian laba bersih BRI adalah jumlah nasabah mikro yang terus meningkat," ujar Sunarso dalam konferensi pers paparan kinerja BRI 2022 yang ditayangkan secara virtual, Rabu, 8 Februari 2023.

Hingga akhir tahun 2022, BRI tercatat telah menyalurkan kredit senilai Rp1,13 kuadriliun atau meningkat 20,7% dari Rp943,7 triliun pada 2021.

Secara khusus, penyaluran kredit mikro BRI tercatat mengalami pertumbuhan 13,9% yoy dan proporsinya terhadap total kredit meningkat menjadi sebesar 84,74%.

Sepanjang tahun 2022, BRI telah menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR) sebesar Rp252,38 triliun kepada 6,5 juta debitur.

Sunarso menyampaikan, BRI akan terus berkomitmen untuk menyalurkan KUR sebagai upaya untuk mendorong roda perekonomian akar rumput serta mendukung penyediaan lapangan pekerjaan untuk masyarakat.

"BRI telah mendapatkan alokasi penyaluran KUR tahun 2023 dari pemerintah sebesar Rp270 tiliun dan BRI optimis dapat mencapai target tesebut. Hal tersebut tak lepas dari kemampuan BRI dalam memproses dan mencairkan KUR dengan rata-rata Rp1 triliun perhari," kata Sunarso.

Pendapatan berbasis komisi atau fee based income perseroan pun mengalami pertumbuhan 10,16% yoy ke angka Rp18,8 triliun dan fee to income ratio mencapai 11,37%.

Dana pihak ketiga (DPK) BRI tumbuh 14,85% yoy menjadi Rp1,3 kuadriliun karena ditopang oleh lonjakan dana murah (current account saving account/CASA) yang meningkat 21,46% yoy.

"Kemampuan BRI dalam meningkatkan proporsi CASA berdampak positif terhadap efisiensi yang dilakukan perseroan. Hal tersebut tercermin dari biaya dana atau cost of fund yang turun dari 2,05% pada akhir 2021 menjadi 1,87% pada akhir 2022," ungkap Sunarso.

Ditinjau dari segi rasio keuangan, rasio beban operasional dan pendapatan operasional (BOPO) tercatat sebesar 69,1%, menurun dari 78,54% pada 2021.

Kemudian, rasio efisiensi biaya (cost efficiency ratio/CER) BRI menurun dari 50,25% menjadi 48,16% sementara rasio biaya terhadap pendapatan (cost to income ratio/CIR) menurun dari 48,56% menjadi 47,38%.

"Di samping itu, membaiknya kualitas kredit yang disalurkan memberikan dampak positif terhadap efisiensi yang dilakukan oleh perseroan. Dampaknya, BRI berhasil menurunkan cost of credit dari 3,78% di akhir 2021 menjadi 2,55% pada akhir 2022," ungkap Sunarso.

Rasio kredit bermasalah alias nonperforming loan (NPL) BRI pada 2022 tercatat di posisi 2,67%, menurun dari 3,15% pada 2021.

Pencadangan untuk NPL atau NPL coverage perseroan tercatat sebesar 305,73%, meningkat dari 281,16% pada akhir 2021.

Selanjutnya, rasio kredit yang diberikan kepada pihak ketiga atau loan to deposit ratio (LDR) BRI menempati level 87,09% dan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) tercatat di posisi 25,54%.