Dunia

Sejarah Berdirinya Kepausan Katolik (Bagian 1)

  • Kisah kepausan dimulai pada abad pertama Masehi. Sosok sentralnya adalah Santo Petrus, salah satu dari dua belas murid utama Yesus.
Vatikan.
Vatikan. (uniquetoursfactory)

VATIKAN - Di tengah hiruk pikuk Kota Roma, berdiri sebuah negara kota mungil seluas 44 hektare yang menjadi pusat spiritual bagi lebih dari satu miliar umat Katolik di seluruh dunia. 

Negara itu adalah Vatikan, dan pemimpinnya, sang Paus, adalah figur yang tidak hanya disegani dalam urusan keagamaan, tetapi juga dalam diplomasi dan kebudayaan global.

Namun bagaimana awal mula tradisi ini terbentuk? Siapa sebenarnya Paus pertama, dan bagaimana Gereja Katolik bertahan di tengah kerasnya Kekaisaran Romawi?

Dari Murid ke Pemimpin: Petrus, Sang Paus Pertama

Kisah kepausan dimulai pada abad pertama Masehi. Sosok sentralnya adalah Santo Petrus, salah satu dari dua belas murid utama Yesus. Dalam Katolik, Petrus dipercaya menetap dan berkarya di Roma, menjadikannya sebagai uskup pertama kota itu atau yang kemudian dikenal sebagai Paus pertama.

Istilah Paus sendiri berasal dari kata Latin papa, yang berarti "ayah". Bagi umat Katolik, gelar itu bukan hanya simbol spiritual, tetapi juga warisan sejarah dari para pemimpin Gereja sejak zaman kerasulan.

Menurut sumber-sumber gerejawi, Petrus dihukum mati di bawah kekuasaan Kaisar Nero, disalibkan dengan posisi terbalik antara tahun 64 hingga 68 M, sebuah bentuk eksekusi yang ia minta karena merasa tidak layak mati seperti gurunya, Yesus.

Penerus Petrus dan Awal Struktur Kepausan

Setelah wafatnya Petrus, Linus dipercaya sebagai penerusnya. Nama Linus bahkan tercatat dalam surat Rasul Paulus kepada Timotius. Ia menjadi bagian dari deretan awal pemimpin Gereja Roma, bersama tokoh-tokoh seperti Anekletus, Klemens I, Evaristus, dan Aleksander I.

Pada masa-masa awal ini, para pemimpin Gereja hidup dalam bayang-bayang penganiayaan. Kekristenan dianggap ajaran sesat oleh Kekaisaran Romawi, sehingga umat Kristen kerap beribadah diam-diam di rumah-rumah atau katakombe bawah tanah.

Konstantinus dan Titik Balik Sejarah

Segalanya berubah pada awal abad keempat. Kaisar Konstantinus I menjadi titik balik penting dalam sejarah Kekristenan. Pada tahun 312 M, setelah memenangkan Pertempuran Jembatan Milvian, ia mengaku mendapat ilham dari lambang salib dan sejak saat itu mulai bersikap terbuka terhadap agama Kristen.

Meskipun ia baru dibaptis menjelang akhir hayatnya, Konstantinus berperan besar dalam mengubah wajah Kekristenan dari sekte yang terpinggirkan menjadi agama sah negara. Ia juga mendanai pembangunan gereja-gereja monumental yang menandai babak baru dalam sejarah Gereja.

Gereja-Gereja yang Menjadi Simbol Abadi

Di masa Konstantinus, beberapa gereja penting mulai dibangun, yang sebagian besar masih berdiri hingga kini sebagai simbol iman dan sejarah.

Basilika Santo Yohanes Lateran, Gereja ini adalah katedral resmi Uskup Roma, bukan Basilika Santo Petrus, dan menjadi pusat administratif Gereja Katolik. Basilika Santo Paulus di Luar Tembok, dibangun di atas lokasi yang diyakini sebagai makam Rasul Paulus.

Basilika Santo Petrus, berdiri di atas bukit Vatikan, dipercaya sebagai lokasi pemakaman Petrus. Di sinilah berdiri jantung spiritual Gereja Katolik saat ini.

Dari penganiayaan hingga pengakuan resmi negara, dari rumah-rumah tersembunyi hingga basilika megah, institusi kepausan terbentuk perlahan sebagai penopang Gereja dan simbol keberlangsungan iman.

Pemilihan Paus pun kemudian dikukuhkan lewat konklaf, di mana para kardinal berkumpul untuk memilih penerus takhta Petrus. Tanpa kampanye, tanpa nominasi publik, hanya doa dan diskusi rohani dalam tradisi panjang berusia hampir dua milenium.

Sejarah ini bukan sekadar perjalanan religius, melainkan potret kekuatan ide dan keyakinan yang bertahan melampaui zaman.