Dunia

Menengok Rekam Jejak Paus Leo XIV

  • Pemilihan nama "Leo" bukan tanpa makna. Dalam sejarah Gereja Katolik, para Paus bernama Leo dikenal sebagai sosok yang tegas dalam mempertahankan ajaran Gereja, namun juga terbuka terhadap perubahan zaman.
Robert Francis Prevost atau Paus Leo XIV.
Robert Francis Prevost atau Paus Leo XIV. (Yara Nardi/Reuters)

VATIKAN - Sejarah baru terukir di jantung Gereja Katolik Roma. Kardinal Robert Francis Prevost dari Chicago, Amerika Serikat, resmi terpilih sebagai Paus ke-267 dengan nama Paus Leo XIV, menggantikan Paus Fransiskus yang telah berpulang.

Ia menjadi Paus pertama dalam sejarah Gereja Katolik yang berasal dari Amerika Serikat, dan salah satu dari sedikit yang membawa pengalaman lintas budaya, dengan akar keluarga dari Peru.

Pemilihan nama "Leo" bukan tanpa makna. Dalam sejarah Gereja Katolik, para Paus bernama Leo dikenal sebagai sosok yang tegas dalam mempertahankan ajaran Gereja, namun juga terbuka terhadap perubahan zaman. 

Pilihan nama ini mengisyaratkan gaya kepemimpinan Paus baru, berakar pada tradisi, tetapi tak berpaling dari kenyataan sosial kontemporer.

Vokal kepada Trump

Sebelum terpilih sebagai Paus, Prevost telah menunjukkan keberanian menyuarakan keprihatinan terhadap isu-isu global, bahkan terhadap negaranya sendiri. 

Pada tahun 2020-an, ia tercatat pernah mengkritik keras kebijakan imigrasi Presiden AS Donald Trump, khususnya soal deportasi massal yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai Katolik soal kasih, penerimaan, dan perlindungan terhadap kaum rentan.

Kritiknya tak berhenti di situ, pada bulan Februari 2025, hanya beberapa bulan sebelum terpilih sebagai Paus, Prevost mengunggah ulang artikel dari National Catholic Reporter yang menyanggah pernyataan Wakil Presiden AS JD Vance. 

Vance saat itu mengatakan bahwa umat Kristen seharusnya "mencintai keluarganya terlebih dahulu" sebelum membantu dunia luar, alasan yang digunakannya untuk membela pemotongan bantuan luar negeri AS. 

Prevost membagikan artikel dengan judul keras, "JD Vance salah: Yesus tidak meminta kita untuk menentukan peringkat cinta kita kepada orang lain." Ini menjadi sinyal bahwa Prevost menolak eksklusivisme nasional dalam nama iman.

Sikap Paus Leo Soal Gaza

Kini, dunia menanti bagaimana Paus Leo XIV akan menyikapi salah satu konflik kemanusiaan terbesar saat ini, agresi Israel ke Jalur Gaza. 

Pendahulunya, Paus Fransiskus, dikenal sebagai pendukung kuat perdamaian dan pembela rakyat Palestina. Ia rutin berkomunikasi dengan komunitas Katolik di Gaza, termasuk Gereja Keluarga Kudus yang kini menjadi tempat pengungsian bagi lebih dari 450 orang. baik Kristen maupun Muslim. 

Bahkan, Fransiskus menyumbangkan popemobile yang dimodifikasi menjadi klinik keliling anak-anak di Gaza. Meski hingga saat ini Paus Leo XIV belum mengeluarkan pernyataan resmi soal Gaza, berbagai pihak, termasuk komunitas Kristen di wilayah itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas, hingga kelompok Hamas, telah menyampaikan ucapan selamat dan harapannya agar Paus baru melanjutkan jejak kemanusiaan Fransiskus.

Tradisi Nama "Leo"

Nama "Leo" dalam sejarah para Paus mencerminkan karakteristik unik, keteguhan dalam ajaran, kepemimpinan moral, dan keberanian melawan ketidakadilan. 

Paus Leo I (Leo Agung) terkenal karena melindungi Roma dari invasi dan memperkuat doktrin Kristologi. Paus Leo XIII, salah satu yang paling dikenal, merilis ensiklik Rerum Novarum yang membela hak-hak buruh dan menyerukan keadilan sosial di tengah revolusi industri.

Paus Leo XIV tampaknya meneruskan semangat itu. Seperti Leo IX yang mengusung reformasi moral di Gereja atau Leo X yang membuka jalan bagi seni dan budaya di masa Renaissance, Paus baru ini juga menunjukkan bahwa iman tidak bisa dipisahkan dari solidaritas terhadap mereka yang menderita, baik akibat perang, migrasi paksa, maupun ketimpangan sosial.

Dengan latar belakang sebagai pemimpin ordo dan uskup yang banyak bersentuhan dengan isu-isu pastoral di Amerika Latin, Leo XIV dianggap mampu menjembatani antara Gereja di utara yang makmur dan Gereja di selatan yang menderita. 

Banyak pihak bertanya-tanya, apakah ia akan melanjutkan arah reformis Paus Fransiskus, termasuk dalam isu LGBT, peran perempuan dalam Gereja, dan relasi antaragama.

Namun satu hal telah jelasl Paus Leo XIV memulai masa kepemimpinannya dengan rekam jejak yang menolak diam terhadap ketidakadilan. Jika sejarah para Paus bernama Leo menjadi petunjuk, dunia Katolik dan mungkin dunia secara luasmakan melihat seorang pemimpin yang tidak hanya menjaga iman, tetapi juga memperjuangkan kasih.