Prabowo Hidupkan Lagi Proyek DME Batu Bara, Apakah Realistis?
- Pemerintahan Prabowo Subianto memutuskan proyek DME didanai langsung oleh negara dengan melibatkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara.

Debrinata Rizky
Author


JAKARTA - Hilirisasi masih menjadi fokus di pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Pemerintah disebut akan mempercepat 21 proyek hilirisasi yang bernilai sekitar US$45 miliar atau Rp734,4 triliun (kurs Rp16.300 per dolar AS).
Dari 21 proyek tersebut, proyek hilirisasi batu bara, yakni gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) merupakan proyek yang mengocek investasi terbesar. Untuk proyek DME diperkirakan memerlukan investasi mencapai US$11 miliar atau sekitar Rp180 triliun.
Pemerintahan Prabowo Subianto memutuskan proyek DME didanai langsung oleh negara dengan melibatkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara.
- Naik 151 Poin, IHSG Hari Ini 05 Maret 2025 Ditutup di 6.531,40
- LQ45 Ditutup Naik, CPIN Berkibar MBMA Tiarap
- Apple Luncurkan iPad Air M3, Cek Spesifikasi dan Harganya
Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi dan Pertambangan (PUSHEP) Bisman Bhaktiar menilai langkah Prabowo sangat bagus dalam konteks pengembangan energi. Namun, dari aspek investasi dan keuangan, upaya tersebut merupakan langkah berani dan berisiko tinggi.
"Untuk saat ini jika proyek DME dilakukan 100% biaya negara pasti tidak realistis karena memang kemampuan dana yang terbatas, faktor risiko dan juga masih masih banyak kebutuhan lain yang jauh lebih urgen bagi negara," kata Bisman kepada TrenAsia.com pada Rabu, 5 Maret 2025.
Sekadar informasi, proyek DME batu bara sebelumnya mandek usai ditinggal oleh investor asal Amerika Serikat, Air Products & Chemical Inc (APCI). Menurut Bisman jika dilihat dari alasan mandeknya proyek DME sebelumya akibat faktor keekonomian proyek.
Dia mengatakan, proyek DME membutuhkan biaya sangat besar, sementara balik modalnya lama sehingga terdapat risiko finansial yang cukup tinggi.
PR lainnya, pemerintah harus mengkaji dan mempertimbangkan ulang terkait dengan urgensi, kemampuan negara, dan risiko dalam pengembangan DME sebagai subtitusi LPG. Pasalnya potensi gagalnya proyek DME. Sebab, proyek ini memerlukan teknologi tinggi yang belum banyak diterapkan.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, Presiden Prabowo Subianto menghidupkan lagi proyek Dimethyl Ether (DME) batu bara.
Kata Bahlil, proyek yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) dengan memanfaatkan batu bara itu dibahas lagi dalam rapat malam-malam yang digelar Prabowo dengan para menterinya.
"Kita juga mau bangun DME yang berbahan baku daripada batu bara low (rendah) kalori sebagai substitusi daripada LPG. Ini kita lakukan agar produknya bisa dipasarkan sebagai substitusi impor," kata Bahlil di Istana Negara dilansir pada Rabu, 5 Maret 2025.
Saat Air Products mundur, investor dari China dikabarkan masuk proyek ini. Tapi Bahlil menyebut tidak cocok dengan Negara Panda itu. Saat ini pemerintah tidak butuh investor baru. Arahan Prabowo, akan memanfaatkan sumber dari dalam negeri semua.
Untuk modalnya, Bahlil menyebut akan dibiayai dari Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara yang baru berdiri. Lokasi proyek DME yang akan dikembangkan ada di Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dam Kalimantan Selatan.

Amirudin Zuhri
Editor
