Energi

Dilema UMKM, Gas 3 Kg Langka, Pakai 12 Kg Modal Tak Cukup

  • Selama penjualan gas melalui pangkalan justru tak membuat masyarakat mudah mendapatnnya. Apalagi kebutuhan gas untuk berjualan dan masak sehari-hari bisa menghabiskan 1 hingga dua tabung gas.
IMG-20250210-WA0016.jpg
Warung penyedia LPG 3 KG (TrenAsia/Debrinata )

JAKARTA - Para pemilik usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terus terhimpit usai Pemerintah memutuskan untuk mendistribusikan LPG 3 Kg dengan menggunakan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Seperti mobil tak memiliki bensin, para pedagang kebingungan hilir mudik mencari keberadaan gas melon sumber utama mata pencariannya. Pilihan memakai gas 12 kg atau bahkan 5 kg dinilai tak masuk akal untuk perputaran modal para pedagang yang tak seberapa.

Seminggu terakhir Putri (36) pedagang nasi tempong makanan khas Banyuwangi di wilayah Pasar Minggu, Jakarta Selatan mengaku kesulitan memperoleh gas melon ini lantaran stoknya habis di mana-mana.  Ketidakpastian pedagang mendapat gas subsidi membuatnya mati kutu dan berimbas tak bisa berjualan seperti biasa.

"Seminggu terakhir saya harus mengundur waktu buka warung dan meluangkan waktu lebih untuk mencari gas 3 kg, hal ini berpengaruh ke omset penjualan saya," katanya kepada TrenAsia.com pada Senin, 10 Februari 2025.

Putri lebih memilih menggunakan gas LPG 3 Kg dengan alasan harga gas non subsidi 5 kg dan 12 kg menurutnya lebih mahal dan tak menutup modal warung makanannya. Sehingga mau tak mau ia ketergantungan gas subsidi 3 kg.

Dia menjelaskan, karena warung makannya juga melayani pesanan makanan, serta menjual menu siap saji, Putri mengaku menggunakan hingga dua kompor untuk memasak. Hal ini lantaran warungnya menyajikan berbagai macam menu mulai dari ayam goreng, lele, kakung tumis, tempe tahu hingga nasi tempong.

“Di sini kan masakannya banyak, paling enggak dua (elpiji 3 kg) harus ada, satunya serep takutnya nanti habis, biar gampang,” kata dia.

Putri mengatakan, selama penjualan gas melalui pangkalan justru tak membuat masyarakat mudah mendapatnnya. Apalagi kata dia, kebutuhan gas untuk berjualan dan masak sehari-hari bisa menghabiskan 1 hingga dua tabung gas.

Senada dengan Putri, David (42) pemilik bakmi di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan mengatakan selisih harga LPG subsidi 3 Kg dengan LPG non subsidi 5 Kg yang cukup jauh membuatnya berfikir dua kali untuk membelinya.

Sekadar informasi, gas pink adalah tabung gas merek Bright yang sering ditemukan di Indomaret atau supermarket lainnya.  Selain warna pink, tabung gas Bright juga menyediakan tabung berwarna biru.

Gas pink tersedia dalam dua ukuran, yaitu 5,5 kg dan 12 kg. Karena tidak termasuk barang bersubsidi, harga gas pink Bright Gas Pink 5.5 kg di banderol seharga Rp98.000 dan Bright Gas Pink 12 kg di harga Rp209.000 per tabung.

David meminta kepada pemerintah untuk kembali memperbanyak distribusi LPG 3 Kg termasuk untuk UMKM. Jika tidak David khawatir usahanya tidak dapat bertahan di tengah gempuran mahalnya bahan-bahan saat ini.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memastikan kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mendapat alokasi khusus LPG 3 kg. Skema itu nantinya masuk sebagai pendataan distribusi LPG bersubsidi.