green-financing.jpg
Tren Inspirasi

Usaha Makin Cuan, Lingkungan Tetap Aman: Berkenalan dengan Pembiayaan Hijau

  • Jenis pembiayaan ini sangat cocok bagi pelaku usaha yang tidak hanya ingin berkembang, tapi juga berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Dengan pendekatan ini, usaha tidak hanya dinilai dari sisi profit semata, tetapi juga dari dampaknya terhadap sosial dan ekologi.

Tren Inspirasi

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Bayangkan kamu punya bisnis rumahan yang keren. Produkmu dibuat dari bahan daur ulang, dikemas dengan material ramah lingkungan, dan limbah produksinya bisa diolah kembali. Bisnis ini bukan cuma memberi keuntungan finansial, tapi juga berdampak positif bagi bumi. Tapi, saat kamu siap melangkah lebih jauh—meningkatkan kapasitas produksi atau memperluas pasar—modal jadi kendala. Inilah saat di mana pembiayaan hijau hadir sebagai solusi nyata.

Pembiayaan hijau atau green finance adalah skema pendanaan khusus untuk mendukung proyek-proyek ramah lingkungan. Cakupannya luas, mulai dari energi terbarukan, efisiensi energi, pengelolaan limbah, pertanian berkelanjutan, hingga kemasan produk yang lebih ramah lingkungan.

Jenis pembiayaan ini sangat cocok bagi pelaku usaha yang tidak hanya ingin berkembang, tapi juga berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Dengan pendekatan ini, usaha tidak hanya dinilai dari sisi profit semata, tetapi juga dari dampaknya terhadap sosial dan ekologi.

Dukungan Pemerintah: Insentif untuk Bisnis Hijau

Keseriusan pemerintah mendorong pembiayaan hijau juga terlihat dari berbagai insentif yang diberikan. Bank Indonesia, misalnya, menawarkan DP 0% untuk pembelian mobil listrik dan properti hijau, serta insentif likuiditas bagi bank yang menyalurkan kredit hijau.

Selain itu, ada skema blended finance seperti program SIO-GFF dari PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI). Program ini memadukan dana publik dan swasta untuk mendanai proyek-proyek hijau, mulai dari skala besar hingga level usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Studi Kasus Lokal: Ketika Inisiatif Hijau Membuahkan Hasil

Di tingkat lokal, kita bisa belajar dari contoh seperti UMi AMBO di Sumatera Barat. Lembaga ini memberikan pembiayaan mikro syariah berbasis prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Tak hanya bebas bunga, pelaku usaha juga mendapatkan pendampingan intensif untuk menjaga kualitas dan keberlanjutan usahanya.

Sementara itu, Bankaltimtara Syariah di Kalimantan Timur menilai kelayakan usaha tidak hanya dari sisi finansial, tetapi juga dari dampak sosial dan lingkungannya. Mereka menggunakan analisis SWOT yang terintegrasi dengan aspek keberlanjutan—sebuah pendekatan yang makin relevan di era transisi hijau saat ini.

Komitmen Bank-Bank Besar dalam Pembiayaan Hijau

Sejumlah bank besar di Indonesia sudah mengambil langkah konkret dalam mendukung agenda keberlanjutan. Berikut ulasan lengkapnya:

1. BNI: Fokus pada Energi Bersih dan Uji Ketahanan Iklim

Hingga Mei 2025, BNI mencatat portofolio pembiayaan hijau sebesar Rp13,37 triliun, atau sekitar 18,19% dari total kredit hijau bank tersebut—naik 2,9% secara year-to-date (YTD).

BNI menyalurkan pembiayaan untuk proyek-proyek energi bersih seperti tenaga surya, angin, air, dan biogas. Di saat yang sama, mereka mengurangi eksposur terhadap sektor karbon tinggi seperti migas dan batu bara. Pendekatan ini diperkuat dengan penerbitan green bonds, penggunaan sustainability-linked loans (SLL), serta penerapan prinsip ESG (environmental, social, governance) dalam proses penyaluran kredit.

Menariknya, BNI juga telah mulai melakukan climate risk stress testing pada portofolio kredit mereka dan menargetkan cakupan 100% pada tahun 2025.

2. Bank Mandiri: Sustainability Jadi Kerangka Utama

Per Maret 2024, total portofolio keberlanjutan Bank Mandiri mencapai Rp264 triliun, terdiri dari Rp130 triliun untuk portofolio hijau dan Rp134 triliun untuk portofolio sosial. Jumlah ini mencakup sekitar 25% dari total kredit Bank Mandiri.

Dengan pangsa pasar sekitar 30% pembiayaan hijau nasional, Bank Mandiri mengadopsi Sustainability Framework berbasis tiga pilar utama:

  • Sustainable Finance
  • Sustainable Operations
  • Sustainability Beyond Banking

Pendekatan ini mencerminkan komitmen menyeluruh, tidak hanya dalam pembiayaan, tetapi juga pada operasional dan dampak sosial yang dihasilkan.

Baca Juga: Masih Asri, Ini 6 Rekomendasi Wisata Alam di Majalengka

3. BRI: Menggerakkan UMKM dan Transisi Hijau

BRI adalah contoh nyata bank yang mengintegrasikan pembiayaan hijau dalam skala besar. Hingga akhir kuartal I-2025, portofolio pembiayaan berkelanjutan BRI mencapai Rp796 triliun, atau sekitar 64,16% dari total kredit mereka.

Penyaluran tersebut terdiri dari social loan senilai Rp700,6 triliun, green loan senilai Rp89,9 triliun untuk sektor Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan (KUBL), serta investasi pada ESG-based corporate bonds sebesar Rp5,5 triliun.

4. BCA: Dorong Kendaraan Listrik dan Properti Hijau

er kuartal I/2025, BCA mencatat penyaluran kredit hijau sebesar Rp105 triliun, meningkat 31,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan pembiayaan di berbagai sektor, termasuk kendaraan listrik, energi terbarukan, dan sektor berkelanjutan lainnya. 

BCA secara konsisten menunjukkan komitmennya terhadap prinsip-prinsip ESG dan  keuangan berkelanjutan. Hal ini terlihat dari peningkatan penyaluran kredit hijau, serta berbagai inisiatif yang dilakukan oleh Bakti BCA untuk mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) di Indonesia. 

5. DBS Indonesia: Pendanaan Hijau yang Tumbuh Pesat

Pada 2024–2025, portofolio ESG bank ini naik 14,8%. Beberapa proyek yang didukung DBS antara lain:

  • SLTF US$20 juta untuk PT Indo-Rama Synthetics,
  • Club loan Rp1,7 triliun untuk PT Princeton Digital Group,
  • SLL Rp350 miliar untuk PT CJ Feed & Care Indonesia,
  • Trade financing US$50 juta untuk pendanaan biodiesel dan pendinginan rendah karbon,
  • ADB loan US$15 juta untuk proyek motor listrik.

6. Danamon: Targetkan 25% Portofolio Kredit Hijau

Pada tahun 2025, Bank Danamon menargetkan porsi pembiayaan hijau sebesar 20% dari total penyaluran kreditnya. Target ini sejalan dengan visi dan misi keberlanjutan yang diusung oleh MUFG, pemegang saham mayoritas Bank Danamon. Selain itu, Bank Danamon juga aktif mendukung percepatan kendaraan listrik melalui berbagai solusi pembiayaan. 

7. BSI: Sentuhan Syariah dalam Pembiayaan Hijau

Hingga Maret 2025, BSI telah menyalurkan pembiayaan berkelanjutan sebesar Rp72,6 triliun, yang terdiri dari pembiayaan sosial Rp58 triliun dan pembiayaan hijau Rp14,6 triliun. BSI juga menerbitkan Sustainability Sukuk senilai Rp5 triliun untuk mendukung pembiayaan hijau dan sosial.