
Uang Korupsi di Indonesia Bisa Beli Teknologi Tercanggih Dunia dan Masih Sisa
- Nilai kerugian negara akibat korupsi di Indonesia ternyata bisa membeli teknologi tercanggih di dunia, bahkan masih bersisa
Tren Ekbis
JAKARTA – Nilai kerugian negara akibat korupsi di Indonesia ternyata bisa membeli teknologi tercanggih di dunia, bahkan masih bersisa.
Dua kasus mega korupsi yang baru-baru ini mencuat ke publik menjadi contoh paling terang soal betapa besarnya kebocoran anggaran di negeri ini.
Untuk memberi gambaran, mari bandingkan dengan biaya beberapa proyek teknologi paling mutakhir di dunia.
- Strategi BRI Perkuat Kontribusi terhadap SDGs
- THEBLACKLABEL Kian Bersinar dan Menjadi Agensi Incaran Kaum Elit Korea
- Investasi Raksasa China di Afrika: Pembangunan atau Perangkap Utang?
USS Gerald R. Ford, kapal induk terbaru dan tercanggih milik Amerika Serikat, menelan biaya sekitar Rp208 triliun. Teleskop luar angkasa James Webb milik NASA yang memungkinkan manusia melihat lebih jauh ke alam semesta menghabiskan Rp160 triliun. Pesawat tempur siluman B-2 Spirit dibanderol sekitar Rp32 triliun per unit.
Bahkan proyek pengembangan ChatGPT (versi GPT-4) yang sedang menjadi salah satu teknologi kecerdasan buatan paling revolusioner di dunia nilainya diperkirakan tak sampai Rp1 triliun.
Jika semua proyek itu digabungkan, nilainya bahkan belum menembus Rp500 triliun.
Bandingkan dengan kasus-kasus korupsi di Indonesia. Kasus dugaan korupsi di Pertamina yang belakangan disorot publik ditaksir merugikan negara hingga Rp968 triliun. Sementara kasus korupsi timah di Bangka Belitung diperkirakan menimbulkan kerugian negara sekitar Rp271 triliun. Total kerugian dari dua kasus itu saja sudah menembus Rp1.239 triliun.
Artinya, hanya dari dua kasus korupsi, nilai uang yang raib dari kas negara lebih dari dua kali lipat total biaya seluruh proyek teknologi paling canggih milik negara-negara maju.
Bisa Bangun Kapal Induk Sampai Pendidikan Gratis
Jika dana sebesar Rp1.239 triliun itu digunakan sebagaimana mestinya, Indonesia bukan hanya bisa membeli empat kapal induk tercanggih seperti USS Gerald R. Ford. Anggaran itu bahkan cukup untuk membangun 10 teleskop sekelas James Webb, mendanai riset dan pengembangan AI setingkat ChatGPT selama bertahun-tahun, hingga memodernisasi pertahanan, pendidikan, dan layanan publik.
Lebih dari itu, jumlah uang sebesar itu bisa membiayai pendidikan gratis, layanan kesehatan yang lebih merata, serta mempercepat pembangunan infrastruktur penting di seluruh pelosok negeri.
Masalah Bukan Soal Uang, tapi Sistem
Namun pada kenyataannya, korupsi di Indonesia terus berulang. Praktik ini bukan hanya soal individu yang rakus, tetapi sistem yang lemah, longgar, dan minim akuntabilitas.
Proses pengadaan proyek yang tertutup, pengawasan yang hanya formalitas, hingga hukuman yang tak menimbulkan efek jera membuat korupsi terus tumbuh subur. Pelaku bisa berganti, namanya bisa berbeda, tapi polanya tetap sama: merugikan rakyat.
Masalah terbesar Indonesia bukan karena negara ini kekurangan uang. Melainkan karena uang itu tak sampai ke tempat yang semestinya.
Pertanyaannya apakah kita sudah cukup marah? Dan apakah kita siap untuk bersuara lebih keras agar perubahan nyata terjadi? Tanpa tekanan publik yang konsisten, uang negara akan terus bocor ke tangan yang salah.