
US$60 Miliar Mengalir ke Kripto: Tanda Bull Market atau Sekadar Euforia?
- Dengan segala dinamika makro yang terus berkembang, investor—terutama di pasar kripto—perlu tetap rasional dan fleksibel. Keputusan The Fed, arah inflasi, dan sentimen pasar global akan terus mempengaruhi volatilitas dan potensi pertumbuhan aset digital.
Tren Pasar
JAKARTA – Berdasarkan laporan terbaru dari JPMorgan, total dana masuk (inflow) ke aset kripto sepanjang tahun 2025 sudah menembus angka US$60 miliar—naik hampir 50% dibandingkan posisi akhir Mei. Apakah ini tanda bull market?
Jelang pertemuan penting Federal Open Market Committee (FOMC) pada 29–30 Juli 2025, para pelaku pasar global—mulai dari pasar saham, mata uang, hingga kripto—sedang dalam mode "wait and see".
Harapan akan pemangkasan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve mulai memudar setelah rilis data inflasi Juni menunjukkan angka yang lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya.
- Kota Podomoro Tenjo Gelar Funwalk dan Resmikan Podomoro Food Center
- BSU 2025: Data Masih Amburadul, 1,3 Juta Pekerja Gugur Verifikasi
- Harga Emas Boncos Gara-gara Deal Dagang, Analis Malah Bilang Ini Peluang Serok
Kondisi ini bikin pelaku pasar, terutama investor kripto, kembali menghitung ulang strateginya. Banyak yang kini memilih bersikap lebih hati-hati, sambil menanti sinyal tegas dari bank sentral Amerika Serikat (AS) terkait arah kebijakan moneternya.
Sempat muncul spekulasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada Juli 2025. Tapi, data inflasi Juni yang naik justru jadi penanda bahwa tekanan harga-harga belum sepenuhnya reda.
Salah satu pemicu utama adalah dampak dari kebijakan tarif impor yang diberlakukan kembali oleh Presiden Donald Trump. Kenaikan tarif ini membuat harga barang-barang konsumsi di AS ikut melonjak, memperberat beban masyarakat dan menggerus optimisme investor.
Situasi ini juga ikut berdampak ke pasar kripto. Menurut Fahmi Almuttaqin, Analis Reku, meskipun harga Bitcoin dan altcoin seperti Ethereum masih menunjukkan kekuatan, aksi ambil untung (profit taking) mulai terlihat di setiap reli yang terjadi.
“Beberapa investor lama tampaknya mulai mengurangi eksposur risiko. Ini kemungkinan dilakukan untuk menunggu kepastian arah kebijakan moneter The Fed ke depan,” ujarnya melalui hasil riset yang diterima TrenAsia, Selasa, 29 Juli 2025.
Kunjungan Trump ke The Fed Jadi Sorotan Pasar
Menambah ketegangan pasar, Presiden Trump melakukan kunjungan langka ke kantor pusat The Fed pada 24 Juli 2025. Ini adalah kunjungan pertama presiden AS ke markas bank sentral tersebut dalam dua dekade terakhir—dan tentu saja langsung memicu spekulasi pasar.
“Setelah pertemuan yang berlangsung dalam suasana cukup intens, pasar menafsirkan bahwa The Fed akan tetap bersikap hati-hati. Meskipun Trump sempat mendesak Jerome Powell agar segera memangkas suku bunga dan mengkritik proyek renovasi gedung The Fed yang dinilai boros, Powell menekankan pentingnya independensi bank sentral dan menolak tekanan politik secara langsung,” jelas Fahmi.
Dana Masuk ke Pasar Kripto Meroket
Meski ketidakpastian membayangi, pasar kripto justru menunjukkan geliat yang positif. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dana masuk (inflow) ke aset kripto sepanjang tahun 2025 sudah menembus angka US$60 miliar atau naik hampir 50% dibandingkan posisi akhir Mei.
“Peningkatan ini bahkan melampaui pertumbuhan sektor private equity dan private credit sepanjang 2024. Hal ini menunjukkan bahwa minat investor terhadap aset digital kian besar,” kata Fahmi.
Ia menambahkan, lonjakan ini didorong oleh berbagai perkembangan positif di sisi regulasi AS, termasuk disahkannya GENIUS Act yang memperjelas status legal stablecoin berbasis dolar, serta kemajuan pembahasan CLARITY Act yang mengatur kejelasan hukum aset digital secara umum.
Baca Juga: Pajak Kripto akan Disetarakan Saham? Ini Keuntungannya untuk Kamu!
Volume Perdagangan Spot Hampir Tembus US$500 Miliar
Volume transaksi di pasar kripto pun ikut melonjak. Per 28 Juli 2025, volume perdagangan aset kripto di pasar spot tercatat hampir mencapai US$500 miliar—meningkat hampir 20 kali lipat dibandingkan periode yang sama dua tahun lalu (Juli 2023), menurut data dari CoinMarketCap.
Tidak hanya Bitcoin yang kebanjiran perhatian, altcoin juga ikut mencuri panggung. Aset digital berbasis Layer 1, DeFi, AI, memecoin, hingga stablecoin menjadi sektor yang paling ramai diperdagangkan dalam beberapa bulan terakhir. Ethereum, misalnya, semakin banyak diadopsi oleh korporasi besar sebagai bagian dari treasury mereka dan fondasi utama ekosistem DeFi.
“Beberapa manajer aset ternama mulai mempertimbangkan integrasi fitur staking ke dalam produk ETF spot berbasis Ethereum. Ini menunjukkan nilai tambah dari Ethereum sebagai aset yang bisa memberikan imbal hasil (yield) dan cocok untuk diversifikasi portofolio,” lanjut Fahmi.
Edukasi Kripto Jadi Peluang dan Tantangan
Dengan pertumbuhan industri kripto yang kian pesat, edukasi publik menjadi hal penting yang tidak boleh ditinggalkan. “Tren dan hype yang muncul bisa jadi peluang untuk mengedukasi masyarakat soal utilitas teknologi terdesentralisasi dan aset kripto secara lebih mendalam,” ujar Fahmi.
Ia juga mengingatkan pentingnya menggunakan platform investasi yang legal dan terdaftar, seperti Reku, agar masyarakat bisa berinvestasi kripto secara aman dan nyaman. Transparansi, perlindungan investor, dan kepatuhan terhadap aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi nilai tambah bagi platform seperti ini.
Menanti Keputusan FOMC: Saatnya Pasar Bersabar
Keputusan suku bunga The Fed pada akhir Juli ini mungkin tidak akan langsung mengubah arah pasar secara drastis. Namun, yang lebih penting justru adalah sinyal komunikasi dan pandangan The Fed terhadap arah ekonomi ke depan.
“Jika inflasi masih bandel, maka suku bunga tinggi bisa bertahan lebih lama. Ini bisa memperlambat reli pasar atau bahkan memicu koreksi tajam,” jelas Fahmi.
Untuk itu, strategi yang bisa dipertimbangkan investor antara lain:
- Mencermati perkembangan inflasi inti AS
- Memperhatikan sinyal komunikasi The Fed pasca FOMC
- Mengikuti regulasi kripto terkini, termasuk dampaknya ke stablecoin dan altcoin
- Mengawasi peluncuran produk baru seperti ETF staking berbasis altcoin
- Waspadai rotasi kapital dari Bitcoin ke altcoin jika volatilitas pasar meningkat
Penutup: Tetap Rasional dan Siapkan Strategi
Dengan segala dinamika makro yang terus berkembang, investor—terutama di pasar kripto—perlu tetap rasional dan fleksibel. Keputusan The Fed, arah inflasi, dan sentimen pasar global akan terus mempengaruhi volatilitas dan potensi pertumbuhan aset digital.
Buat kamu yang baru masuk atau sudah cukup lama di pasar kripto, momen-momen seperti ini justru bisa jadi peluang. Selama kamu punya strategi yang matang, memahami risiko, dan terus update informasi, peluang untuk tumbuh di pasar ini masih terbuka lebar.
Selamat menanti keputusan FOMC, dan jangan lupa DYOR—do your own research—sebelum investasi, ya!