
Trump vs Energi Hijau: Pasar Mobil Listrik Terpecah, Nasib Ekspor RI di Ujung Tanduk
- Kebijakan baru Trump soal EV bisa bikin harga mobil listrik naik dan pukul ekspor nikel Indonesia secara langsung.
Tren Global
JAKARTA - Kebijakan baru Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mencabut mandat penggunaan kendaraan listrik (EV) berpotensi mengguncang pasar global. Penghapusan insentif pajak sebesar US$7.500 (sekitar Rp119 juta) untuk mobil listrik diperkirakan mendorong kenaikan harga jual kendaraan ramah lingkungan itu sebesar 15–25%.
Efeknya langsung terasa, proyeksi penjualan mobil listrik di AS tahun 2025 direvisi turun hingga 30%. Beberapa produsen besar seperti General Motors dan Ford bahkan telah menunda peluncuran model EV terbaru mereka karena beban biaya dan anjloknya permintaan.
Berbeda dengan pesaingnya, Tesla yang dikenal memiliki rantai pasok lebih ramping dan biaya produksi lebih rendah diprediksi akan diuntungkan. Langkah proteksionis Trump, termasuk menaikkan tarif impor EV dari China hingga 60%.
Ini menyebabkan ekspor kendaraan listrik China dialihkan ke pasar lain, seperti Inggris. Lonjakan suplai menyebabkan harga EV di Inggris anjlok hingga 10 -15%. Merek-merek asal China seperti BYD, MG, dan GWM ORA kini mendominasi 33,4% pasar EV Inggris.
Kehadiran mereka menekan produsen lokal, memicu kekhawatiran akan potensi kebijakan tarif serupa dari pemerintah Inggris. Namun, wacana pembatasan impor dikhawatirkan akan menghambat pencapaian target emisi nol bersih pada 2050.
Kebijakan Trump bertolak belakang dengan arah kebijakan energi global, termasuk Inflation Reduction Act (IRA) yang sempat menjadi tonggak transisi energi bersih di era pemerintahan sebelumnya. Banyak pihak menilai langkah ini berpotensi menghambat kesepakatan Paris serta menurunkan ambisi dekarbonisasi secara global.
“Jika mandat kendaraan listrik dihapus hingga Kesepakatan Paris, kemitraan transisi energi akan sulit diandalkan,” ujar Direktur Eksekutifs Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, dikutip Antara, Rabu, 2 Juli 2025.
- Heboh Tarif Rp1,9 Juta di GBK: Apakah Komunitas Wajib Bayar untuk Kegiatan?
- Harga Emas Antam Hari ini Naik 17000
- Harga Sembako di DKI Jakarta Rabu, 02 Juli 2025, Kelapa Kupas Naik, Beras IR. II (IR 64) Ramos Turun
Indonesia dan Arah Transisi Energi Global Terancam
Berbeda dengan AS, Indonesia justru mempertahankan berbagai insentif untuk mendorong adopsi kendaraan listrik. Pemerintah memberikan diskon Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10% untuk pembelian mobil listrik serta potongan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).
Program subsidi motor listrik juga tetap bergulir, dengan diskon hingga Rp7 juta per unit untuk mendorong penggunaan kendaraan ramah lingkungan secara masif. Namun, tantangan besar masih mengadang. Ketersediaan infrastruktur pengisian daya (SPKLU) masih belum merata, terutama di luar Pulau Jawa.
Pemerintah tengah berfokus memperluas jaringan SPKLU untuk mengatasi kekhawatiran konsumen terhadap jangkauan dan kepraktisan kendaraan listrik. Kebijakan baru Trump juga membawa konsekuensi berat bagi Indonesia sebagai pemasok utama nikel dunia komponen penting dalam baterai kendaraan listrik.
Celios bulan Januari lalu telah mencatat, anjloknya permintaan global akibat pasar EV AS yang melemah membuat harga nikel turun 3,7% secara tahunan, sementara harga kobalt merosot 16,6%. “Kinerja ekspor nikel olahan tahun ini diproyeksi makin terpuruk dan berimbas pada penurunan surplus neraca dagang,” tambah Bhima.
- Heboh Tarif Rp1,9 Juta di GBK: Apakah Komunitas Wajib Bayar untuk Kegiatan?
- Harga Emas Antam Hari ini Naik 17000
- Harga Sembako di DKI Jakarta Rabu, 02 Juli 2025, Kelapa Kupas Naik, Beras IR. II (IR 64) Ramos Turun
Sementara itu, dominasi perusahaan asal China dalam rantai pasok hilirisasi nikel Indonesia semakin menguat. Namun, perlambatan ekonomi di China ikut menekan harga nikel olahan dan bahan baku stainless steel, memperburuk proyeksi ekspor Indonesia.
Dampaknya, surplus neraca dagang bisa tergerus jika tren ini berlanjut. Di tengah kebijakan proteksionis dan pergeseran strategi, pasar kendaraan listrik global diperkirakan mengalami fragmentasi.
Pangsa pasar EV di AS diprediksi stagnan di angka 13 persen, sementara Eropa dan Inggris justru dibanjiri kendaraan listrik murah dari China. Di sisi lain, Indonesia tetap optimistis mengejar pertumbuhan pasar EV domestik melalui skema subsidi dan pengembangan infrastruktur.