
Trump Pusing! Utang AS Melonjak 38% Meski Defisit Dagang Rontok
- Kebijakan Presiden Donald Trump kembali disorot setelah data terbaru menunjukkan penurunan signifikan defisit perdagangan Amerika Serikat (AS) pada April 2025. Di balik capaian itu, masalah defisit anggaran dan utang nasional justru terus membayangi AS.
Tren Global
JAKARTA - Kebijakan Presiden Donald Trump kembali disorot setelah data terbaru menunjukkan penurunan signifikan defisit perdagangan Amerika Serikat (AS) pada April 2025. Di balik capaian itu, masalah defisit anggaran dan utang nasional justru terus membayangi AS.
Pertanyaannya, seberapa efektif kebijakan ekonomi Trump dalam memperbaiki kesehatan fiskal AS? Mengolah dari berbagai sumber, TrenAsia menyajikan sejumlah data hasil kepemimpinan Trump dalam beberapa bulan terakhir sebagai berikut.
Defisit Perdagangan AS Turun Drastis
Pada bulan April 2025, defisit perdagangan AS menyusut tajam sebesar 55,5% menjadi US$ 61,6 miliar, level terendah sejak September 2023. Capaian tersebut merupakan kabar baik di tengah kekhawatiran pasar atas ketegangan dagang dan ketidakpastian tarif.
Sebelumnya, pada bulan Maret, defisit sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa yakni US$ 138,3 miliar. Penurunan defisit terutama disebabkan oleh turunnya impor sebesar 16,3% menjadi US$ 351 miliar, rekor penurunan terbesar dalam sejarah AS.
Impor barang bahkan anjlok 19,9%, dipicu oleh berakhirnya strategi front-loading menjelang pemberlakuan tarif baru, serta penurunan pembelian produk dari Irlandia, China, dan Kanada.
Di sisi lain, ekspor AS naik 3% menjadi US$ 289,4 miliar, tertinggi sepanjang masa, didorong oleh peningkatan penjualan logam, emas, dan minyak mentah. Namun, ekspor kendaraan bermotor justru mengalami penurunan.
- Dirjen Bea Cukai Djaka Diharapkan Terapkan Moratorium Kenaikan Cukai Rokok 3 Tahun Demi Optimalkan Penerimaan Negara
- Panduan Investor Muda: Peluang di Balik Saham ICBP dan SIDO Saat Ekonomi Global Galau
- PT GAG Masih ‘Bernapas’ di Pulau Kecil, Kebijakan Prabowo Dikritik ‘Diskriminatif'
Shifting Rantai Pasok dan Ketegangan Dagang
Relokasi rantai pasok global juga mulai terasa. Impor dari Vietnam dan Taiwan justru mencatat rekor tertinggi, menunjukkan semakin kuatnya pergeseran industri dari China ke negara-negara Asia Tenggara dan Asia Timur lainnya.
Sementara itu, kebijakan tarif Trump ditunda pelaksanaannya hingga Juli untuk sebagian besar negara, dan hingga Agustus untuk China. Hal ini menandakan pelaku usaha masih menunggu arah pasti dari strategi dagang Trump, yang dikenal agresif sejak periode kepemimpinannya sebelumnya.
Defisit Anggaran dan Utang Nasional Masih Jadi Beban Berat
Meski berhasil menurunkan defisit perdagangan, situasi anggaran negara justru menunjukkan tanda-tanda memburuk. Hingga lima bulan pertama tahun fiskal 2025, defisit anggaran AS telah mencapai US$ 1,15 triliun, naik 38% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Puncaknya terjadi pada Februari, ketika defisit bulanan mencapai US$ 307 miliar, hampir 2,5 kali lipat dari Januari. Penyebab utama lonjakan ini adalah pengeluaran yang terus meningkat, terutama untuk bunga utang, jaminan sosial, dan tunjangan kesehatan.
Sementara itu, penerimaan negara belum mampu mengimbangi lonjakan pengeluaran, dan kebijakan fiskal Trump belum memberikan dampak signifikan terhadap rasio defisit.
- Dirjen Bea Cukai Djaka Diharapkan Terapkan Moratorium Kenaikan Cukai Rokok 3 Tahun Demi Optimalkan Penerimaan Negara
- Panduan Investor Muda: Peluang di Balik Saham ICBP dan SIDO Saat Ekonomi Global Galau
- PT GAG Masih ‘Bernapas’ di Pulau Kecil, Kebijakan Prabowo Dikritik ‘Diskriminatif'
Reformasi dan Eksperimen Trump: Efektif atau Tidak?
Untuk merombak sistem birokrasi dan mengefisienkan belanja, Trump membentuk lembaga baru bernama Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) yang sebelumnya dipimpin oleh Elon Musk sebelum mundur.
Kebijakan awal DOGE mencakup pemangkasan tenaga kerja dan insentif pensiun dini. Namun, hingga pertengahan 2025, belum terlihat dampak nyata terhadap penurunan pengeluaran negara.
Trump juga berencana memperpanjang Undang-Undang Pemotongan Pajak dan Pekerjaan, kebijakan yang sebelumnya diandalkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun, lembaga independen memperkirakan bahwa perpanjangan kebijakan justru akan menambah defisit sebesar US$ 3,3 triliun dalam satu dekade ke depan. Secara keseluruhan, kebijakan Trump dalam perang dagang dan efisiensi birokrasi menunjukkan hasil campuran.
Di satu sisi, penurunan defisit perdagangan bisa dianggap sebagai pencapaian signifikan. Namun, membengkaknya defisit anggaran dan utang menunjukkan bahwa fondasi fiskal AS masih rapuh. Tanpa perbaikan struktural pada belanja dan penerimaan negara, keberhasilan mengurangi defisit perdagangan bisa saja hanya bersifat sementara.