trump.jpg
Tren Global

Trump Naikkan Tarif Impor, Gen Z Makin Sulit Checkout Shopee?

  • Kebijakan tarif 32% dari Trump terhadap produk Indonesia berdampak luas pada harga barang, PHK massal, hingga nilai tukar rupiah. Simak cara anak muda bisa bertahan di tengah gejolak ini.

Tren Global

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump kembali mengguncang perekonomian global dengan kebijakan proteksionisnya termasuk ke Indonesia. Mulai 1 Agustus 2025, AS akan memberlakukan tarif impor tambahan sebesar 32% terhadap Indonesia. 

Kebijakan ini tertuang dalam salah satu dari 14 surat resmi yang dikirim Trump kepada negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, Tunisia, Thailand, dan Indonesia. "Mulai 1 Agustus 2025, kami akan menjatuhkan tarif 32 persen kepada semua produk Indonesia yang dikirim ke AS, terpisah dari tarif sektoral yang dijatuhkan," ujar Trump dalam surat tersebut.

Meski Trump menyatakan ruang negosiasi masih terbuka hingga tenggat waktu baru pada 1 Agustus, sinyal peringatan sudah jelas, negara yang membalas tarif akan menghadapi resiprokal lebih tinggi.

"Mohon Anda mengerti bahwa tarif yang kami jatuhkan penting untuk mengoreksi tahun-tahun yang berisi tarif dan hambatan perdagangan yang ditetapkan Indonesia terhadap AS, yang memicu defisit perdagangan. Hal ini mengancam ekonomi dan keamanan nasional kami!" kata Trump.

Imbas kebijakan ini diperkirakan tidak hanya memukul pangsa ekspor, tapi juga berdampak langsung ke anak muda di Indonesia dari belanja sehari-hari hingga peluang kerja.

Kena Tarif, Harga Barang di Marketplace Melejit

Tarif 32% memperparah beban biaya impor barang dari luar negeri, mulai dari elektronik, fesyen, hingga kebutuhan sekunder lainnya. Akibatnya, harga-harga di marketplace seperti Shopee, Tokopedia, atau Zalora diprediksi melonjak.

Selain barang impor, produk lokal yang bergantung pada bahan baku dari luar negeri juga tak luput dari efek domino. Contohnya, industri fesyen lokal yang mengandalkan tekstil impor kini menghadapi lonjakan harga produksi.

Sektor padat karya seperti tekstil dan alas kaki yang menyumbang 27,5% ekspor ke AS terancam kehilangan pasar utama. Ketua Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan, Muhammad Zuhri, memperkirakan potensi PHK mencapai 280 ribu orang, banyak di antaranya adalah Gen Z,  akan terkena PHK, khususnya di kawasan ekspor seperti Jawa Barat dan Batam. 

"Prediksi dan potensi korban PHK yang akan terjadi untuk tahun 2025 sekitar 280 ribu korban. Ini baru prediksi," ujar Zuhri dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR, Selasa, 20 Mei 2025.

Kebijakan Trump juga menekan nilai tukar rupiah yang kini menyentuh angka Rp16.800 per dollar AS. Bagi anak muda yang belanja barang impor melalui marketplace berbasis dolar, seperti Amazon atau reseller produk global, ini menjadi pukulan telak.

Dampak lain dari kebijakan ini adalah potensi masuknya produk murah dari negara-negara seperti Vietnam dan China yang kesulitan menembus pasar AS. Indonesia berisiko dibanjiri produk dengan harga rendah tapi kualitas tidak terjamin, mempersulit pelaku UMKM bersaing dengan produk tersebut.

Tips Bertahan untuk Anak Muda di Tengah Gejolak Tarif Global

1. Beralih ke Produk Lokal Berbasis TKDN

Anak muda dianjurkan untuk mulai beralih ke produk-produk dalam negeri yang memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tinggi. Langkah ini bukan hanya mendukung ekonomi nasional, tapi juga mengurangi ketergantungan pada barang impor yang harganya melonjak.

2. Ubah Pola Konsumsi

Hindari perilaku panic buying yang justru akan mempercepat inflasi. Alih-alih menumpuk barang, lebih baik belajar memantau tren harga dan menyesuaikan konsumsi. Dalam 3–6 bulan ke depan, tren harga barang kemungkinan fluktuatif. Menjadi konsumen yang bijak dengan membeli barang yang benar-benar dibutuhkan akan memberi ruang bagi kestabilan ekonomi.

3. Buka Peluang di Sektor Strategis

Krisis global membuka peluang di sektor domestik yang berbasis lokal. Anak muda bisa melirik bidang agrikultur, digital kreatif, energi terbarukan, dan pariwisata. Sektor-sektor ini lebih tahan terhadap tekanan global dan mendukung kemandirian ekonomi.

4. Bangun Solidaritas Ekonomi Lokal

Bangkit dari krisis memerlukan kolaborasi, bergabung dalam komunitas kewirausahaan muda, koperasi digital, atau program inkubasi UMKM dapat memperkuat daya tahan bersama. Belanja dari teman, promosi produk lokal di media sosial, atau terlibat dalam gerakan #BanggaBuatanIndonesia bisa menjadi kontribusi nyata dari generasi muda.